Hampa

5.7K 354 0
                                    

Andrean bergegas pergi. Dia harus ke studio untuk melihat wanitanya. Ya. Andrean sudah mendeklarasikan Arina Larasati sebagai wanitanya. Sekarang dia harus ke studio tempat wanitanya itu latihan. Dari data yang diberikan detektifnya, Andrean tahu, sudah dua bulan sejak dia pindah ke Jakarta, Arin selalu datang setiap jum'at malam ke sebuah studio senam tari.

Demi melancarkan rencananya, Andrean membeli tempat fitness itu dan melakukan renovasi dadakan di studio senam itu.

Dan di sinilah Andrean. Di sebuah ruangan yang terhubung dengan studio senam aerobik yang biasa Arin sewa. Dua ruangan itu dipisahkan dengan kaca besar. Dari ruangan di sampingnya, orang hanya akan melihat bayangannya sendiri. Tapi dari ruangan di mana Andrean berada sekarang, dia bisa melihat dengan jelas, siapapun yang ada di ruangan sebelah.

Dan sekarang Andrean tengah melihatnya. Arin yang secantik bidadari. Ekspresinya datar tapi tidak mengurangi kecantikkannya. Setelah mengunci studio yang disewanya per jam itu, Andrean bisa melihat Arin melepas sepatu ketsnya dan membuka jaket putihnya. Bola mata Andrean terbelalak ketika melihat Arin hanya mengenakan tanktop yang memperlihatkan siluet tubuhnya dengan jelas. Belum lagi celana trainingnya ia buka hingga meninggalkan celana hot pants yang membuat darah Andrean berdesir hebat. Junior Andrean berdenyut-denyut dan membuatnya sesak. Arin kini di depan kaca besar. Andrean tepat di hadapannya, menelannya dengan tatapan lapar, sedang Arin sedang mengencangkan kuncirannya lalu memulai streching. Demi Tuhan! Streching!!

Arin memang jago menari. Selama tiga tahun belakangan, dia ikut online modern dance course untuk mengalihkan pikirannya. Saat menari, dia meluapkan emosinya dengan cara yang positif. Dan tentunya menyehatkan. Makanya, ketika dia pindah permanen ke Jakarta dua bulan yang lalu, dia langsung mencari tempat fitness yang menyediakan sewa studio agar dia bisa menari sekaligus berolah raga.

Andrean masih mengamati Arin. Kini wanitanya itu sedang memilih lagu di menu. Cukup lama dia memilih sebelum akhirnya, pilihannya jatuh ke lagu 'LOVE ME LIKE YOU DO' nya Ellie Goulding.

Arinpun mulai meliuk-liukkan tubuh indahnya. Menggoda Andrean yang semakin kepanasan. Dia ingin sekali menerkam Arin saat ini, tapi dia harus bersabar kalau tidak, dia akan kehilangan Arin bahkan sebelum ia tahu, siapa wanita misterius yang membuat jantungnya berpacu itu.

Setelah kurang lebih setengah jam, 5 lagu, Arin berhenti. Dia terengah-engah dan menjatuhkan dirinya di lantai kayu studio. Dadanya memburu merangsang Andrean yang sudah sangat kesakitan di bagian bawah.

Lama-lama terdengar isakan. Andrean bisa mendengarnya lewat audio yang terkoneksi ke ruang sebelah. Isakan itu makin menjadi hingga Arin terduduk dan memeluk kedua kakinya. Menghayati rintihannya.

"Kenapa dia? Kenapa dia menangis seperti itu?"

Arin lalu bangkit dan mendekati kaca besar di hadapannya. Dia berhenti tepat di depan Andrean yang sangat mencemaskannya.

"Aku membencimu. Aku benar-benar membencimu. Aku membencimu karena kau terus saja mematahkan jiwaku. Aku membencimu karena walau setelah lima tahun, aku tidak juga bisa melupakanmu. Andrean Brama Wijaya, aku membencimu. Aku sangat membencimu."

Kata-kata itu membuat Andrean terpaku. Wanita itu. Wanita sedu itu jelas-jelas menyebutkan namanya. Bidadari yang terlihat hancur itu memang mengenal Andrean. Mata Andrean berkilat. Entah kenapa Andrean yakin, Arina Larasati adalah gadis di masa lalunya dan ketika dia mengingat mimpi-mimpinya, tersadarlah Andrean kalau Arina adalah gadis remaja di kebun bunga matahari di mimpinya. Tidak salah lagi.

'Siapa kau sebenarnya Arina? Apa yang sudah terjadi di antara kita? Sejahat apa aku dulu hingga membuatmu begitu membenciku?'

Andrean langsung keluar ketika Arin mulai merapikan barang-barangnya. Andrean masih harus menjalankan rencananya. Kalau Arin selalu menghindar, maka dia akan menjebaknya dalam pertemuan yang tak terhindarkan.

***

Arin keluar. Dia memasangkan topi pada rambutnya yang basah. Arin memang tidak berniat mandi di studio. Dia selalu mandi sepulangnya. Arin baru saja akan menelepon seseorang ketika dia melihat sosok yang tak pernah hilang dari pikiran dan hatinya itu.

Arin terkejut tapi ia harus bersikap biasa saja. Dia mengeluarkan ponsel dan menelepon Rama.

"Bisa kau menjemputku sekarang?"

"...."

"Hmm. Love you too suamiku." ucapnya lalu melewati Andrean yang berdiri di samping mobil sport metalicnya. Ada sebuah coffee shop di depan studio, sepertinya Arin akan minum jus sambil menunggu jemputannya.

Tapi sial, Andrean malah mengikuti Arin dan duduk di meja yang sama. Arin tak heran jika Andrean melakukan hal itu, tapi Arin masih harus tenang dan tetap memainkan aktingnya.

"Tidak masalah kan kalau aku duduk di sini? Meja yang lain penuh."

Arin tidak menjawab. Dia hanya mengambil handphonenya ketika Andrean memanggil waiter dan memesan secangkir latte untuknya.

"Aku tahu siapa kau." tanya Andrean yang membuat jari-jari lentik Arin berhenti.

"Saya juga tahu siapa anda." balas Arin cepat.

Andrean menaikkan alisnya. Raut wajah Arin saat ini mengingatkan Andrean pada kucing liar. Galak tapi menggemaskan.

"That's good Miss. Jadi aku tidak usah berbasa-basi. Aku ingin kau menggambar untuk proyek baruku. Dan maaf, karena kau tidak punya kantor aku jadi menemuimu seperti ini."

"Sorry Sir. Tapi job saya sudah penuh sampai setahun ke depan. Saya sudah mengambil beberapa proyek. Anda bisa mencari yang lain."

Tak lama, pesanan mereka datang. Arin lansung menyedotnya, membuat Andrean tersiksa lagi.

"Apa kita saling mengenal sebelum ini,  Miss? Kenapa aku merasa sangat mengenalmu, dan kau tahu, kau membuat darahku mendidih."

Arin terkekeh. Kepala Andrean rusak parah, tapi mesumnya tidak berubah sedikitpun.

'Dia terkekeh, tapi tidak terkejut. Aku pasti selalu menggodanya dulu.'

"Semua laki-laki merasakan seperti itu, hanya saja, mereka tidak sevulgar anda."

'Sial! Akan kubunuh mereka semua.' Andrean lalu menarik ujung bibirnya sedikit dan menyesap kopinya.

"Aku tidak tahan lagi." ucapnya lalu bangkit.

Arin yang berusaha terus mengabaikan Andrean lansung terkejut ketika Andrean menarik lengannya hingga jus yang Arin pegang jatuh berantakan.

Arin berteriak, berontak, tapi Andrean tidak peduli. Dia malah menggendong Arin seperti karung beras. Orang-orang melihat kejadian itu tapi kemudian para body guard mengusir mereka semua. Membuat keadaan menjadi tenang kembali. Bagi mereka, bukan bagi Arin.

Secepat kilat, Andrean membawa wanitanya ke studio yang tadi Arin digunakan dan langsung melucuti pakaian Arin. Andrean begitu lapar, dia harus melampiaskannya kalau tidak dia akan mati berdiri. Dia ingin Arin saat ini juga. Dia ingin menyalurkan hasratnya yang sudah sampai ke ubun-ubun. Arin mungkin akan lebih membencinya setelah ini, tapi dia akan tetap memiliki hasratnya itu. Selama 4 tahun belakangan ini hidupnya hampa, tapi sekarang dia akan mengisinya kehampaan itu dengan pemilik mata manik ini. Arina Larasati.

LOVE WILL FIND A WAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang