Pink Flower

8K 445 3
                                    

Darah Arin benar-benar mendidih mendengar perkataannya. Properti katanya. Semua yang di atas lahan ini propertinya? Apa dia tidak tahu ada kurang lebih sepuluh desa di wilayah ini, dan di atasnya terdapat ratusan jiwa ? bahkan mungkin lebih. Dan dia bilang, semua adalah propertinya? Terkutuklah ia.

Arin melepaskan diri dari cengkraman posessif pada lengan kurusnya. Dia melihat pria maskulin itu dengan tatapan kebencian.

Pria itu menaikkan satu alisnya dan menyimpulkan senyum liciknya. Arin masih mencoba mencari keburukan di tubuh si Tegap nan tampan itu. Tapi tidak ada. Dia seperti mahakarya sang dewa. Menawan dan indah. Tapi mendengar ucapannya tadi, dia tidak lebih dari sekedar iblis beraga indah.

"Kau bisa memandangiku lagi nanti mungil. Pulanglah dulu. Aku akan menyelesaikan masalahku dengan Pak Tua Bangka ini. Kau setuju kan, aku memanggilnya Tua Bangka?"

Cih! Mungil katanya. Arin tidak sudi menerima julukan itu dari mulut tidak manusiawi pria tegap itu. Tapi dia sangat setuju dengan julukan tua bangka itu. Tua bangka, bandot botak, rentenir penghisap darah. Arin rasa semua itu cocok untuk si brengsek yang kini masih saja meringis ketakutan. Rasakan itu.

***

"AYAH!"

Arin begitu terkejut melihat ayahnya yang sudah tergeletak tak berdaya di lantai rumah sederhana mereka. Dia dan ibunya berusaha membangunkan tubuh kaku itu. Mata ayahnya mendelik dan tubuhnya seperti kejang. Sungguh, Arin sangat ketakutan.

Ibu Arin yang sama takutnya dengan sang anak, berteriak minta tolong dan tetangga merekapun bermunculan. Dengan mengendarai mobil pick up salah satu tetangga, ayah Arin yang tak sadarkan diri langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat. Sebenarnya ada klinik di dekat perkebunan bunga matahari itu, tapi melihat kondisi ayahnya yang sudah seperti itu, semua tetangga sepakat membawa ayah Arin ke rumah sakit.

"Ayah...ayah...Arin mohon...bertahanlah."

***

Beberapa waktu sebelumnya.

Andrean baru saja tiba bersama tangan kanannya dan beberapa pekerja proyek handalan serta beberapa pengawalnya yang selalu siaga menjaganya ketika hari mulai terik. Dia adalah seorang eksmud yang tersohor. Bukan hanya saja karena nama Wijaya yang berada di belakang namanya, tapi karena kepiawaiannya di dunia bisnis sudah tidak diragukan lagi.

Hari itu, Andrean sedang mensurvei lahan untuk mega proyek yang akan segera dieksekusinya ketika dia tiba-tiba menangkap bidadari dari teropong yang sedang dipakainya. Terlihat si mungil menikmati keindahan kebun bunga matahari yang akan segera diratakan dalam waktu dekat ini. Mengingat betapa bidadari itu menikmati keindahan bunga matahari di bawah sana, membuat Andrean merasa sayang menghancurkan kesenangan si Bidadari belia. Apakah dia harus memikirkan kembali rencana penghancuran kebun bunga raksasa itu?

Andrean masih asik dengan tontonannya. Dia melihat si bidadari berambut sepunggung itu menciumi daun bunga matahari yang Andrean tahu tidak ada wanginya itu.

'Gadis Aneh.' Pikirnya.

Tapi kemudian, keasikannya terganggu ketika gadis itu tiba-tiba terlihat bingung. Ada yang tidak beres. Andrean tahu pasti ada yang tidak beres dengan bidadari mungil itu.

'Shit! Si Tua Bangka itu.' umpat Andrean dalam hati ketika dia melihat Ujang, salah satu rentenir di daerah itu membuat si bidadari memekik ketakutan.

"Bagaimana Pak? Apakah landscapenya sesuai dengan yang Anda inginkan?" tanya salah satu mandor proyek yang bertugas mencari lahan untuk mega proyek perusahaan Wijaya.

"Ron, ambilkan pistolku. Aku ingin berburu bandot." ucap Andrean dingin membuat orang-orang yang bersamanya keheranan.

***

Andrean's POV

Akan kuhabisi dia. Ketika aku menangkap siluetnya dengan teropongku, di lahanku, saat itu juga aku mengklaim Pink flower itu sebagai propertiku. Berani sekali dia mengusik apa yang berada di daerah kekuasaanku.

Aku memang tidak mengenal pink flower itu, tapi bandot tua itu harusnya tahu siapa yang sekarang berkuasa di sini.

Pink Flower? Apa aku sudah gila? Kenapa juga aku menamainya begitu. Gadis itu hanya menarik perhatianku saja. Wajahnya yang nampak jelas di teropong baruku, rambut panjang hitam lurus yang bak menari-nari itu, juga senyum bidadarinya yang membuatku tersenyum. Ya. Aku hanya tertarik padanya. Kurasa setiap pria normal pasti akan tertarik padanya.

Shit! Entah kenapa memikirkan banyak pria yang tertarik padanya membuat darahku mendidih.

Nah, dapat. Aku mendelik ketika melihat si pink flower terjerembab karena ulah manusia berotot yang tak punya otak itu. Berani sekali dia. Aku akan memastikan tulang-tulangnya patah nanti.

"Apa kau sedang berulah lagi Pak Tua?" kataku tegas dan mantap. Aku harus menunjukkan wibawaku agar dihormati dan ditakuti.

"Siang Tuan Muda. Saya tidak tahu kalau Tuan Muda berkunjung hari ini." Ucapnya agak gemetar. Dasar tua bangka.

"Perusahaanku sudah mengakuisisi semua lahan di sini termasuk lahan yang kau tempati Pak Tua. Jadi semua yang ada di sini adalah propertiku. Berani sekali kau menyentuh propertiku? Apa kau ingin mati?"

Okay, mungkin itu berlebihan karena apa yang aku ucapkan barusan membuat si Pink Flower terlonjak dan menatapku geram. Lihatlah itu! Apa dia pikir aku akan takut dengan tatapan kucing liarnya? Tentu tidak. Akupun hanya menaikkan alisku seraya mengulas senyumku. Well, dia tidak terpengaruh. Dia berbeda. Dia tidak seperti wanita-wanita gila yang selalu mengejarku. Memuja karena ketampanan dan kekuasaanku. Dia......menarik.

"Kau bisa memandangiku lagi nanti mungil. Pulanglah dulu. Aku harus menyelesaikan masalahku dengan Pak Tua Bangka ini. Kau setujukan, aku memanggilnya Tua Bangka?"

Dia pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun. Biarkan saja dulu. Aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi sampai si Pink flower itu berurusan dengan bandot tua ini.

"Well, Pak Tua. Kau ingin menjelaskannya semua kekacauan ini atau ingin berbaring di rumah sakit?" ucapku memainkan pistolku yang pelurunya masih penuh. Aku tidak akan menggunakannya. Aku hanya senang menakuti bandot licik sepertinya.

Dan si Bandotpun menceritakan segalanya dan membuatku menari di atas awan. Aku bisa memanfaatkan situasi gadis itu dan menjadikannya milikku? Bagaimana menurutmu?

LOVE WILL FIND A WAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang