A wild cat

6.5K 392 3
                                    

Andrean terus saja menggaruk-garuk tengkuknya dan memijit-mijit pelipisnya yang mulai berdenyut-denyut. Pasalnya Pink flower yang menggemaskan sekarang sudah berubah menjadi wild cat yang mulai mengeluarkan cakar-cakarnya yang menggemaskan. Bagaimana tidak? Tak lama setelah kepergian wild cat itu, sebuah surat bermap dengan cap resmi pengadilan di bagian depannya datang ke villa mewah Andrean.

"Rentenir licik itu memang menyalahi aturan karena menaikkan suku bunga secara sepihak. Dan sekarang, kita kena kena getahnya." ucap Roni dengan santainya. Dia tidak menganggap itu masalah besar, walaupun bossnya terlihat tidak baik-baik saja karena terlalu memikirkan masalah sepele itu.

"Si Bandot Tua Sialan itu terus saja membuat masalah. Lalu, masalah eksekusi tanah? Gadis itu bilang ada cacat prosedur dalam pelaksanaannya."

Roni menaikkan ujung bibirnya. Dia akui gadis itu memang sangat pintar. "Well, itu hal biasa dalam pembebasan lahan. Kadang ada kalanya masalah lahan menjadi masalah pokok bagi para developer. Dan entah bagaimana, gadis itu begitu cerdas menemukan kesalahan kita. Yah, mengingat nilai akademisnya memang tidak aneh sih."

"So?" tanya Andrean berharap ada jalan keluar terbaik untuk masalahnya ini.

"Tenang saja. Itu bukan masalah besar. Tujuan gadis itu hanya ingin mendapatkan kembali tanah dan rumahnya, karena dia butuh uang untuk operasi ayahnya, jadi kurasa kita akan membereskannya secara damai."

'Operasi ayahnya?' ucap Andrean dalam hati. Dia hampir saja tercekat dan menjadikan dirinya bulan-bulanan tangan kanannya itu. Tapi Andrean sangat mahir memasang tampang dingin dan flatnya itu. Well, untuk saat ini.

"Dan untuk masalah pembebasan lahan, kita akan mengaturnya. Gadis itu pasti akan kalah di pengadilan." ucap Roni lagi penuh percaya diri.

"Baiklah, tanda tangani cek ini agar aku bisa menemui beberapa pihak. Paling tidak, setengah masalah kita selesai."

Alih-alih menanda tangani cek dengan nominal yang tidak sedikit itu, Andrean malah sibuk dengan pikirannya. Entah kenapa dia merasa begitu hebat dan gadis itu pasti akan bertekuk lutut padanya.

"Boss?"

"......."

"Boss?"

"Biarkan aku bertemu dengan gadis itu di pengadilan untuk kasus rumahnya, aku rasa ini akan menarik." ucap Andrean yang menopang dagu dengan kedua tangannya yang sudah bertautan.

"Apa? Aku berusaha menyelesaikan masalahmu, tapi sepertinya kau malah ingin menambah masalah baru. Kucing Liar itu benar-benar mempengaruhimu ya?"

Andrean hanya tersenyum mendengar ocehan tangan kanannya. Ya. Wild cat itu memang mempengaruhinya. Teramat sangat mempengaruhi sampai Andrean tidak bisa tidur karenanya.

'Well well well...Arina Larasati. Kita lihat, keadilanmu atau uangku yang akan menang. Walaupun aku sudah tahu jawabannya. Aku akan tetap menanti bagaimana kau akan mencakarku di pengadilan nanti, Sweet!"

***

Dua minggu kemudian.

Semua orang terlihat mengenakan pakaian resmi. Suasana begitu hikmad saat ketua hakim menyatakan sidang praperadilan untuk kasus hutang piutang rumah kediaman Arina Larasati ditutup. Tuntutan itu dibatalkan karena kurang memenuhi syarat. Terlebih, Pihak Andrean hanyalah pihak ketiga yang mengambil apa yang menjadi haknya dari Ujang. Pengadilan beranggapan, pihak penggugat, yakni Arina Larasati harusnya menuntut Ujang, bukan Andrean Brama Wijaya.

Palu sudah diketuk tiga kali. Para hakim yang terhormatpun telah keluar dari ruang persidangan.

Sedang Arin, dia tengah menyembunyikan kekesalan dan kesedihannya. Pasalnya, ini adalah harapan terakhir Arin untuk kesembuhan ayahandanya. Sekarang, dia tidak tahu harus bagaimana lagi.

"Ada apa, Nona? Apa sekarang kau sudah mengerti? Inilah dunia yang sebenarnya. Hukum rimbalah yang berlaku. Jadi kusarankan kau menerima tawaranku. Menikahlah denganku dan semua akan selesai."

Arin yang tertunduk menggebrak meja dan bangkit dengan cepat. Membuat Andrean sedikit terkejut.

'Yah ampun kucing liar ini. Lihatlah tampangnya sekarang!' Andrean merasa iba dengan gadis di hadapannya. Kesusahan terlihat jelas di mata jeli Arin yang sembab, hidungnya yang merah dan sebagian rambutnya yang menempel di wajah karena air mata.

Tapi kemudian ekspresi itu membuat Andrean mengrenyitkan keningnya. Dia tidak akan tertipu lagi. Senyuman itu hanyalah muslihat. Andrean sangat yakin, kalau Arin akan menyerangnya, seperti sebelumnya.

Arin bergerak mendekati Andrean yang mencoba tetap tenang. Tapi kemudian jantungnya berdebum tidak karuan ketika Arin mulai melingkarkan tangannya di pinggang Andrean. Andrean masih mencoba tenang dan berwibawa, tapi sebenarnya dia mulai gemetar. Salivanya naik turun tak kala tubuh mungil Arin merapat ke tubuh tegapnya.

'Oh Gosh! Aku benar-benar tak tahan...dia benar-benar menyiksaku.'

"Maafkan aku Tuan Muda, aku benar-benar menyesal. Aku akan..."

'Mau apa gadis ini?'

Andrean bergidik ketika Arin menyeruk ke lehernya, membuat darahnya mendidih sampai ke ubun-ubun. Tapi kemudian si Kucing liar beraksi.

"Arrgh!!" Pekik Andrean ketika Arin menggigitnya tanpa ampun dan memberikan bekas di leher kekar Andrean. Ck! Andrean merasa harga dirinya sebagai pria telah dijatuhkan. Harusnya Andrean yang memberikan bekas di lehernya, bukan sebaliknya.

"Menerimamu? Begitu? Apa kau pikir aku ini salah satu jalang yang bisa kau beli dengan uang brengsekmu itu? Hah? Hah?" teriak Arin menjadi-jadi. Dia mendorong-dorong Andrean, tapi Andrean tidak bergeming dan hanya menikmati tiap sentuhan Arin pada dada bidangnya. Efek gelenyar karena gigitan Arin masih belum hilang, dan tiap sentuhan gadis itu hanya memberikan kenikmatan lebih pada tubuh tegap pria itu.

Andrean yang sudah tak tahan pun menangkap kedua tangan Arin dan menguncinya di tembok. Arin masih berkaca-kaca. Tatapannya penuh kebencian.

"Listen!!! Kamu itu miskin. Kamu tidak punya apapun selain harga dirimu yang mahal itu. Jadi nona manis, kalau kau memang sepintar itu, juallah harga dirimu padaku. Aku jamin, itu pasti menyelesaikan masalahmu. Bukan begitu?" pekik Andrean yang kini begitu dekat dengan Arin. Wanginya, deru nafasnya yang memburu, serta panas tubuh Arin membuat Andrean panas dingin. Dia harus memiliki kucing liar itu, kalau tidak dia pasti jadi gila. Ah, salah! Dia bahkan sudah gila saat ini.

"Aku bersumpah, jika sesuatu yang buruk terjadi pada ayahku, aku pasti akan membunuhmu dengan tanganku sendiri. Aku bersumpah."

"Dan aku bersumpah, aku pasti bisa memilikimu sebentar lagi. Kau tahu dimana harus menemuiku...my wild cat."

Arin menganga tak percaya. Sumpah Andrean seperti kutukan baginya. Bagaimana ada orang sejahat itu. Menyuruhnya menjual harga dirinya, katanya? Arin tidak pernah berkecil hati dengan keadaannya. Tapi kali ini, dia merasa harga dirinya telah diinjak-injak oleh pria sok berkuasa itu.

"Ah, one more thing. Thanks buat kiss marknya. Aku akan menganggap itu DP darimu. Okay?" Ucap Andrean yang kemudian pergi lagi. Meninggalkan Arin dalam tangisnya. Iba, tapi dia yakin semua akan berjalan sesuai skenarionya. Ya, Andrean yakin akan hal itu.

'Jangan membuatku menunggu terlalu lama, Wild cat. Kau mungkin membenciku, tapi aku tetap ingin memilikimu.'

LOVE WILL FIND A WAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang