Takut

6.4K 356 4
                                    

Arin masih bergeming dengan gemetar di pelukan Andrean. Sepertinya Andrean berbicara sesuatu kepadanya, tapi Arin yang masih shock tidak bisa mencerna dengan baik apa yang suaminya itu katakan.

"Arin!" Teriak Andrean sembari mengguncang-guncangkan bahu Arin yang sudah terbebas dari pelukan Andrean, mencoba menyadarkan istri belianya.

Arin akhirnya tersadar ketika Andrean menangkup wajah mungilnya dan iapun bisa melihat mata tajam Andrean yang mempesona.

Mata Arin lalu berkaca-kaca dan langsung menghambur ke tubuh tinggi Andrean, bersusah payah menggapai leher yang terasa begitu tinggi itu dan memeluk tubuh itu dengan erat. Seakan-akan takut dia akan tersesat lagi. Arin tidak menangis. Begitu dia merasakan tengkuknya direngkuh erat dan rambutnya yang lembut terasa dibelai, ketakutan Arinpun berkurang. Entah kenapa dia yakin, orang yang ia gelayuti itu bisa melindunginya, meski dengan nyawanya sendiri.

***

Andrean's POV

Wanita sialan itu sudah membuat gadis pemberaniku menjadi shock dan ketakutan setengah mati. Aku masih bisa merasakan tubuhnya bergetar bahkan ketika kami sudah tiba di apartemen.

"Minum dulu." suruhku memberikan teh madu hangat ke jemarinya yang juga masih bergetar. Ya Tuhan! Aku benar-benar iba padanya. Dia, yang biasanya galak dan pemberani, seseorang yang selalu melampaui batas umurnya, kini dia tidak lebih dari seorang gadis remaja yang ketakutan. Dia bahkan menjadi seperti bocah 5 tahun. Kasihan sekali.

Setelah dia menghabiskan tehnya, aku duduk di sampingnya dan meraupnya ke dalam dadaku lagi. Dia hanya pasrah.

"Listen! Tidak akan ada yang bisa menyakitimu selama ada aku. Jadi jangan takut dan percaya saja padaku." ucapku di atas puncak kepala Arin yang tengah bersandar di dadaku.

Gadis itu lalu melepaskan diri dariku. Aku sedikit tidak rela. Tapi aku harus menjaga sikapku karena aku juga termasuk daftar salah seorang yang bisa membuatnya ketakutan.

"Apa sewaktu di pasar malam? Saat kau tiba-tiba memelukku?"

Aku tahu arah pertanyaannya dan tidak berniat menyembunyikannya lagi. Arin harus tahu dia sedang diincar dan aku butuh kepatuhannya 100 % agar aku bisa melindunginya secara maksimal.

"Ya. Seorang pria hampir mencelakaimu dengan pisau. Untung saja bodyguard yang mengikutimu langsung dapat meringkus si Brengsek itu. Aku berlari secepat yang aku bisa dan menamengimu dengan tubuhku. Aku takut si Brengsek itu lebih cepat dari bodyguardku." ucapku sambil menariknya kembali ke dadaku. Entah kenapa aku merasa nyaman karena Arin begitu bergantung padaku.

"Maaf. Kau hampir celaka gara-gara aku. Kau memang menyebalkan, tapi aku pasti merasa bersalah jika sesuatu yang buruk menimpamu. Apalagi itu karenaku." katanya sembari satu tangannya memainkan kancing kemejaku. Ya Tuhan! Aku ingin sekali menciumnya saat ini. Kenapa dia bisa sangat menggemaskan dan sekaligus membakar hasratku seperti ini?

"Jadi kau tidak marah karena selama ini aku tetap menyuruh bodyguard mengikutimu kan?"

Dia menggeleng. Memberikan sensasi luar biasa pada tubuhku ketika gelengannya menggesek jiwaku.

"Dan karena aku juga yang menyuruh Nyonya Ann memecatmu?"

Dia masih menggeleng. Tapi aku tetap merahasiakan masalah CCTV di rumah. Aku tidak mau merusak moment sweet ini dan aku tidak yakin jika ia tidak marah jika mengetahui perihal CCTV itu. Aku mengusap-usap kepalanya dan dia terbangun lagi. Oh yah ampun. Tidak bisakah dia membiarkan aku menikmati kenyamanan ini.

"Ma-maaf. Aku hanya...takut tadi..jadi..." ucapnya lirih ketika sadar dia sedari tadi bersandar padaku.

Dia mulai lagi. Arin dan sifat sok dewasanya yang menghancurkan romansaku. Aku tidak akan membiarkannya kali ini.

"Look at me, Pink! Jangan menghindar. Kau merasa aman dan nyaman bersamaku, aku tahu itu. Pada akhirnya, tidak ada orang yang bisa kau cintai selain aku. Jadi mulailah dengan belajar menerimaku. Understood?" kataku sambil menangkup wajahnya yang memerah seperti tomat. Ingin sekali aku melumat bibir merekahnya. Tapi pada akhirnya, aku hanya mengecup lembut keningnya dan menariknya lagi ke dalam dadaku. Mulai hari ini, ini adalah posisi favouriteku.

"Aku lapar!"

Ya Tuhaaannnn......Benar-benar perusak suasana.


LOVE WILL FIND A WAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang