Di sisiku

6K 348 2
                                    

"HENTIKAN!!! APA KAU SUDAH GILA?" teriak Arin sambil berusaha merapikan kembali pakaiannya yang sudah tidak karuan.

Nafas mereka sama-sama memburu. Andrean tidak bisa menahannya lagi. Dia benar-benar membutuhkan Arin. Arin adalah candunya sejak pertama kali ia melihatnya di pesta beberapa hari yang lalu. Dia memang baru bertemu dengan Arin, tapi jantungnya dan tubuhnya menginginkan Arin seperti Andrean membutuhkan oksigen untuk bernafas. Andrean bisa apa?

"YA. I'm totally nut now. Aku menginginkanmu sekarang. Aku mungkin tidak mengingatmu, tapi jantungku, tubuhku, mereka langsung bereaksi saat melihatmu. Aku tidak boleh tertekan, Miss. Terakhir kali aku tertekan, aku berada di UGD dan harus diopname selama seminggu. Jadi kumohon, tolong aku sekarang. Karena kalau tidak, kepalaku pasti akan pecah karena memikirkanmu. Understood?"

Arin hanya mematung. Tapi mendengar Andrean mengatakan sesuatu tentang UGD dan opname membuatnya kalah. Dia hanya membeku, bahkan ketika Andrean mulai bergerilya di tubuhnya, Arin masih membeku. Di kaca besar itu, Arin bisa melihat bagaimana Andrean menjelajahi tubuhnya bagai musafir yang kelaparan. Arin mencoba menahan gejolaknya, walau pada akhirnya beberapa erangan lolos dari mulutnya. Arin berpegangan pada pegangan di depan kaca, menunggu Andrean menyelesaikan pelampiasannya.

"Arrgh..." Dan Arin hanya memejamkan mata ketika merasakan cairan hangat menyembur deras di dalam tubuhnya yang lemas.

Setelah pemaksaan itu selesai, Arin langsung mendorong Andrean dan mengenakan bajunya. Dia tidak boleh kelihatan berantakan di depan Rama. Setelah memastikan pakaiannya rapi, Arin kemudian mengeluarkan sisir dan mencoba merapikan rambutnya. Mengabaikan Andrean yang sudah rapi dan mengamatinya sambil melipat tangan di dada. Tentu saja. Si bossy itu hanya mengeluarkan apa yang ia perlukan.

"Ini bukan yang pertama. Kita pernah melakukannya, iya kan? Aku melihat sekelebat memori ketika tadi kita melakukannya. Kau. Aku melihat kau dalam ingatanku. Kau juga gadis di kebun bunga matahari dalam mimpiku. Iya kan?"

Arin sedikit terkejut tapi tidak mengatakan apapun. Dia harus segera keluar. Ini sudah hampir setengah jam. Rama mungkin sudah berada di bawah.

Dan benar, Rama sudah berada di bawah dan kaget melihat pria yang mengekori calon istrinya itu.

"Sayang, aku pikir kau sudah pulang duluan. Maaf ya, tadi jalanan agak macet." ujar Rama sembari menangkap Arin dalam pelukannya.

"Lepaskan dia! Jangan pernah menyentuhnya lagi brengsek!" teriak Andrean yang langsung mendorong Rama untuk memisahkan pengacara itu dengan wanita yang baru disentuhnya itu.

Rama langsung panas seketika melihat kelakuan Andrean. Sudah lima tahun Rama menunggu datangnya hari ini. Kini, saingan terbesarnya justru muncul dan membakar emosinya seketika. Rama bisa menahan emosinya ketika di pesta waktu itu, tapi sekarang, dia tidak perlu menahan-nahannya. Gara-gara pria indo di hadapannya, setelah empat tahun, Arin belum juga menerimanya. Tak sedetikpun, Arin memberi kesempatan pada Rama untuk masuk ke dalam hatinya. Pintu hatinya sudah tertutup, dan mengunci Andrean rapat-rapat di dalamnya.

Bugh.

Rama mengawali. Mengantarkan pukulan yang mendarat tepat di rahang kanan Andrean hingga mengeluarkan darah segar. Arin tidak berbuat apa-apa. Andrean memang pantas dihajar.

"Siapa kau berani melarangku menyentuh istriku?"

Andrean terkekeh. Istrinya? Yang benar saja. Empat orang menghampiri Andrean, tapi dia menyuruh mereka mundur kembali. Andrean tak akan kalah dengan pengacara sok itu.

"Aku tidak bodoh Tuan Pengacara. Aku tahu dia bukan istrimu. Dia tidak terdaftar pernah menikah dengan siapapun."

Gantian Rama yang terkekeh. Dia bukan orang yang mudah di kalahkan dan dia juga tidak suka diremehkan.

"Karena memang pernikahan kami belum terdaftar, Idiot. Apa kau tidak pernah mendengar nikah siri? Tapi jangan cemas, kami akan segera melakukan resepsi dan mendaftarkan pernikahan kami. Mungkin kami bisa mengundangmu ke pesta kami nanti."

"DIA MILIKKU BRENGSEK. Aku tahu ada pihak yang sengaja memisahkan aku dan siapapun Miss ini dalam hidupku. Tapi aku akan membongkar semuanya. Dan kau, Miss. Arina Larasati. Datang ke kantorku besok. Understood?"

***

Rama's POV

Aku melihat ada tanda merah di leher Arin. Manusia rendahan itu. Dia pasti sudah berbuat kurang ajar pada Arin. Sekarang Arin hanya terdiam menatap ke luar jendela. Entah apa yang dipikirkannya.

"Aku akan segera mempersiapkan pernikahan kita. Setelah itu kita akan memasukkan Andrian ke dalam kartu keluarga kita. Secara sah, dia adalah anak kita berdua. Dengan dokumen yang lengkap, tahun depan kita sudah bisa memasukkannya ke TK." ujarku mencoba menarik perhatian Arin yang entah ada di mana.

"Apa yang terjadi jika dia ingat semuanya kak? Tadi dia bilang, aku adalah gadis di kebun bunga matahari dan lainnya. Aku bahkan tidak tahu kalau dia melihatku di kebun bunga itu."

Aku mengepalkan tanganku di stir. Aku sudah bersabar selama empat tahun. Tidak akan kubiarkan usahaku sia-sia.

"Tidak akan ada yang berubah. Kamu tidak mungkin bersamanya dan kau tahu itu. Kalian tidak ditakdirkan bersama. Fokuslah pada Andrian. Kalau keluarga sialan itu tahu kau punya anak, kau pikir mereka akan diam saja. Mereka pasti akan merampas anakmu. Makanya, kita harus segera memasukkannya ke kartu keluarga agar mereka tidak bisa mengambil hak asuh Andrian di kemudian hari."

Aku melihat Arin memikirkan segala perkataanku. Aku harus sedikit memaksa Arin. Perasaannya hanya akan menyusahkan dirinya sendiri nanti.

"Kakak benar. Lakukanlah apa yang menurut kakak baik. Aku tidak akan membiarkan mereka mengambil Andrian. Dia anakku. Hanya anakku."

Aku mengusap lembut rambut Arin dan kugenggam tangannya yang gemetar. Aku berjanji akan melindunginya. Dari apapun juga.

'Tinggallah di sisiku Arina. Aku lah yang seharusnya bersamamu dari awal. Tinggallah di sisiku dan aku berjanji akan membuatmu bahagia. Aku berjanji.'

LOVE WILL FIND A WAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang