PLAK.
Andrean merasakan perih di pipinya tat kala putri tunggal Pramudipta melayangkan tamparan tiba-tiba. Saat itu, Andrean baru keluar dari aula meeting setelah melakukan rapat intern dengan bawahannya. Dan cap lima jari itu langsung mendarat tanpa permisi.
Semua orang membeku, tapi sesaat kemudian mereka langsung pamit ke ruangannya masing-masing. Mencoba memberikan privasi pada CEO yang sudah mulai merengut itu. Roni yang berada di samping Andrean memijat-mijat dahinya. Andrean pasti akan menyalahkan masalah tamu tak diundang ini padanya.
Andrean menatap tajam Roni. Asisten itu mengerti. Dia harus segera menghubungi Arin agar ia dan anaknya tidak usah datang. Perang akan berkobar lebih panas jika istrinya bertemu dengan tunangannya. Kenapa juga wanita guci itu datang saat istrinya akan datang? Membuat kepala Andrean langsung berdenyut-denyut. Jangan lupa kalau dia tidak boleh tertekan.
Sebelum Helena mengoceh tidak karuan, Andrean menarik lengan wanita 25 tahun itu. Dia bahkan sampai tak mengacuhkan 3 sekretarisnya yang mengucapkan salam serentak saat atasannya itu lewat.
"Dasar manusia rendahan. Kau pikir dengan mengirimiku tiket keliling dunia kau bisa menghindariku? Heh? Kenapa aku harus mendengar dari seorang pengacara yang tidak kukenal kalau kau merebut tunangannya? Dan bagaimana bisa jalang itu tiba-tiba menjadi nyonya Wijaya? Heh?"
'Pengacara brengsek. Beraninya dia menyebut istriku tunangannya? Akan kupatahkan batang hidungnya.'
"Really? Now you tell me? Are you are my real fiance? Kalau kau lupa, akan aku ingatkan. Aku bangun dari tidur panjang, lalu kau sudah ada di sana dengan orang tuaku yang mengatakan kau selalu menjagaku di rumah sakit selama setahun belakangan. Tapi kenapa, ada berita yang menyebutkan kalau kau baru datang 2 minggu sebelum aku sadar. Itupun karena informasi yang mengatakan, kondisiku mulai stabil."
"Jangan mengalihkan pembicaraan, Andrean. Aku membahas masa sekarang. Bukan masa-masa komamu." Teriaknya dengan muka yang memerah karena kesal.
"Well. Aku hanya sedang memvalidasi data, karena kau tahu aku hilang ingatan. Meski begitu aku akhirnya tahu, dari mulut-ayahku-sendiri, kalau Arina Larasati adalah istriku dan aku bahkan punya punya anak yang hidup tanpa kasih sayang ayahnya."
Helena membeku seketika, terkejut tapi kemudian dia menguasai tubuhnya lagi.
"Itu bukan salahku. Yang jelas seluruh orang tahu, aku adalah tunanganmu dan kita akan menikah secepatnya karena orang tua kita sudah membahas tentang persiapannya. Kau akan menikah denganku. Titik!"
Andrean geram dan hampir saja memekik jika saat itu sebuah suara tidak menghentikannya.
*
"Helena?"
"......." Helena yang menoleh ketika dipanggil lagi-lagi membeku. Tapi karena alasan yang lain.
"Helena pramudipta?"
"........"
Bukan hanya Helena yang terkejut dengan kedatangan rekan kerjanya itu, tapi juga Andrean. Ah ya. Sekarang Andrean ingat. Dia juga mengundang orang itu ke perusahaannya. Mereka akan membahas masalah joint venture.
Helena masih membeku. Matanya terbelalak dan mulutnya tertutup jemari lentiknya yang memakai cincin berlian. Cincin pertunangan palsunya.
"Oh Jaan! You're here. I'm almost crazy to find you. 4 years Jaan, 4 years. I heard you went to London. But you here...here..." pria itu menangkup wajah yang sepertinya sangat ia rindukan. Menyatukan kening mereka dan keduanya hampir lupa dengan Andrean yang memperhatikan reuni mereka.
Mr. Sattar Khan. Dia datang di saat yang tepat karena kedatangan pria itu membuat pikiran Helena teralihkan sepenuhnya. Helena tiba-tiba saja menjadi emosional, menangis dan pergi secepat yang ia bisa. Mereka sangat saling mengenal. Dan jelas ada masalah di antara mereka. Entah kenapa Andrean merasa senang.
"I'm very sorry Mr. Wijaya. I have to go now. Angel, thank you so much dear."
'What the f**k?' Umpat Andrean ketika dengan mudahnya Sattar mencium pipi istrinya yang entah kapan munculnya.
Roni yang juga sudah berada di dalam kantor Andrean terkekeh melihat raut garang Andrean. Kemudian dia keluar dan menutup pintu. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya.
***
Arin's POV
"Susu brengsek itu menciummu. Berani sekali dia. Aku akan memutuskan kontrak dengannya."
Manisnya suamiku kalau cemburunya sedang kumat. Dia pergi ke sofa dan melepaskan jas dan dasinya. Sangat menggoda.
"Take a chill mister, take a chill. Ingat apa yang aku bilang, dia itu kronimu. Dialah yang mungkin bisa membantu kita dengan masalah pertunanganmu itu." Kataku sambil memainkan kancing mejanya. Aku tahu kepalanya pasti sakit sekarang, aku harus merelaksasikannya sebelum dia jatuh pingsan. Aku ingat apa yang dikatakan Roni. Begitu sakit kepalanya kumat, Andrean bisa pingsan seketika jika tidak meminum obatnya.
Dia memang keras kepala. Dia kekeh tidak ingin ke dokter ataupun menebus kembali resep obatnya. Dia begitu yakin bisa bertahan asal aku ada di sisinya. Dan di sinilah aku, bersikap manja, duduk di pangkuan suamiku yang matanya mulai memerah, tanda kalau sakit kepala itu sedang menyerangnya.
Aku mulai treatment pengalihan nyerinya. Duduk menghadapnya sembari memainkan rambutnya, mengadukan hidung bangirnya dengan hidung pesekku. Menyatukan kening kami. Kurasakan nafasnya mulai teratur. Diapun mengeksplorasi sesuatu yang lembut dan basah di diriku. Sesuatu yang dia sebut dengan pink flowernya.
*
"Istriku semakin nakal saja. Heh?" Katanya setelah menyudahi ciuman panas kami. Aku membantunya mengancingkan kemeja sedang dia hanya memainkan rambut panjangku.
"Aku belajar dari ahlinya."
Dan diapun terbahak. Aku turun dan merapikan dressku. Tak lupa aku mengeluarkan tas make up yang selalu ada di tas kecilku. Menyisir rambutku dan merapikan make up tipisku yang agak lengket karena perlakuan Andrean. Suamiku yang possesive.
"Okay! Sekarang ceritakan semuanya. Dari awal dan jangan ada yang terlewat."
Kulihat dia mengambil tas kerja dan kunci mobilnya. Fix. Dia pasti tidak berniat melanjutkan pekerjaannya. Dan lupakan meeting kami dengan pelaksana mega proyek baru yang diberi nama MAGENTA. Roni pasti akan menghela nafas karena lagi-lagi, dia harus mereschedule meeting mereka hari ini.
Pertunangan palsu. Selesai. Sekarang dia hanya suamiku dan bukan tunangan siapapun. Hanya suamiku. Lupakan Arina Larasati yang dulu. Dia sudah bertransformasi menjadi Arina yang tangguh. Aku akan mempertahankan milikku. Suamiku. Cinta dalam hidupku.
*Jaan = sayang ( bahasa pakistan )
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE WILL FIND A WAY
RomanceArin adalah gadis yang nyaris sempurna. Cantik, ramah dan cerdas. Di usianya yang baru menginjak 15 tahun, dia berhasil mendapatkan beasiswa di perguruan tinggi negeri favorit. Dan ketika usianya genap 17 tahun, dia sudah menyelesaikan jenjang sarja...