Gadis manis

6K 396 27
                                    

Bagi Arin, kalau ada orang yang paling menjengkelkan di dunia ini, maka Andrean Brama Wijaya adalah orangnya. Hanya karena dia tidak bisa mengendarai sepeda, Andrean menganggapnya  seolah-olah Arin adalah orang paling idiot di dunia ini. Well, setidaknya itulah yang disimpulkan kepala cantik gadis manis itu. Nilai akademis Arin memang menakjubkan, tapi nilai olah raganya, semuanya mengenaskan. Arin cukup beruntung jika nilai olah raganya melebihi passing grade, walaupun hanya lebih satu atau dua point di belakang koma. Itu sudah luar biasa.

Sebenarnya Arin tidak ingin menangis, tapi cara Andrean meremehkankannya dengan kata-kata membuatnya kesal setengah mati sehingga air matanya langsung merebak setelah ia dibentak. Andrean memang minta maaf dan mengatakan pada Arin untuk tidak memaksakan diri, tapi Arin bisa melihat pria itu mencebik kecewa, pastinya, karena dia sudah susah payah membelikan Arin sepeda baru. Itupun di saat semua toko sepeda masih tutup. Apalagi, dia pasti menggunakan kekuasaannya untuk mendobrak toko sepeda hanya karena dia ingin membeli sepeda pagi-pagi buta. Hey! Dia Andrean Brama Wijaya. Dia bisa melakukan banyak hal dengan uangnya.

Untuk menenangkan Arin, Andrean membonceng gadis manisnya di depan. Rasanya canggung, bahkan bagi pria seconfident Andrean. Alhasil, baru satu putaran taman, Arin meminta berhenti dan pulang. Ish!

***

Pukul 08.00

Arin dan Andrean sudah pulang sejak pukul setengah delapan. Setelah menunggu Arin mandi, Andrean pun mandi untuk membersihkan tubuhnya yang lengket.

"Apa? Kau mau bilang sesuatu?" tanya Andrean ketika melihat Arin yang terlihat gugup.

Itu adalah kelebihan Andrean. Entah bagaimana dia bisa tahu jika Arin sedang gugup atau memikirkan sesuatu yang tidak bisa dia ucapkan secara verbal.

"Humm, selama sebulan ini aku menggunakan semua bahan-bahan makanan di kulkasmu." Ucap Arin yang membuat Andrean tak mengerti ke arah mana pembicaraan mereka.

"Lalu?"

"Kulkasmu tadinya penuh, tapi sekarang sudah hampir kosong." Ucapnya lagi yang masih tak dimengerti Andrean.

"Jadi masalahnya?"

"Kupikir kau harus belanja."

Arin bisa melihat jelas Andrean yang masih terdiam dan mencoba mencerna kata-kata sederhana Arin. Dahinya pun mengkerut kebingungan.

"Maksudmu, kau ingin aku belanja, begitu?"

"Hmm, uangku tidak cukup untuk belanja jadi...ya...kau yang harus belanja, walaupun aku yang sudah menghabiskan stok persediaanmu. Sorry!"

Andrean benar-benar mengerutkan dahinya, tak mengerti jalan pikiran istri mungilnya itu.

Tapi kemudian, Andrean terkekeh sambil terus menggeleng-gelengkan kepalanya. Giliran Arin yang mengerut keheranan. 'Kenapa juga dia terkekeh? Dasar aneh!' Pikir Arin.

Tapi apa yang dilakukan Andrean sungguh membuat Arin terkejut. Dilihatnya Andrean menangkup wajah mungil Arin agar tertarik ke depan, mengantarkan sengatan listrik lewat sentuhan jemari dan tangan kekarnya.

"Kau meributkan uang belanja, Pink? Apa kau masih saja tidak menyadari posisimu?Hmm?"

Dengan dada yang berdebum tak karuan, Arin menatap manik elang Andrean sambil menggigiti bibir tipisnya. Wajah mereka terlalu dekat. Arin bahkan bisa merasakan hembusan nafas pria matang di hadapannya saat ini.

"Kau, Arina Larasati. Istri Andrean Brama Wijaya. CEO BW Grup. Salah satu orang terkaya di negeri ini dan kau meributkan uang belanja? For God Shaken, Pink! Dimana dompet yang kuberikan? Itu dompetmu. Dengan kartu di dalamnya kau bahkan bisa membeli tanah berhektar-hektar. Dan kau adalah nyonya di rumah ini. Bukan aku yang harus mengurus masalah belanja. Tapi kau sayang. Jadi kalau makanan habis, kaulah yang bertanggung jawab untuk belanja. Understood?"

Blush.

Muka Arin sudah terasa begitu panas saat ini, belum lagi jantungnya makin berdebum tak karuan. Bukannya berkata sesuatu, dia malah hanya menggangguk seperti kucing peliharaan yang penurut. Membuat Andrean tersenyum lebar.

"Good. Sekarang aku harus ke kantor. Kalau kau mau aku temani belanja, datanglah ke kantor. Office hourku selesai jam 5."

Cup.

Arin yang masih membeku hanya bisa terdiam ketika Andrean lagi-lagi mencuri kecupan darinya dan anehnya, Arin bahkan tak berusaha untuk melawannya.

"Tunggu!" ucap Arin membuat Andrean berbalik seketika.

"Ya?" jawab Andrean setelah menoleh. Arin berani bersumpah gerakan turn arroundnya seperti slow motion di film-film roman. Mendadak, segala hal tentang Andrean membuatnya tak karuan. Apa dia sedang tak enak badan?

Andrean melihat Arin mengambil sesuatu dari sudut pantry dan menyerahkan bekal yang sudah ia siapkan untuk suaminya. Andrean mengreyitkan dahinya penasaran. Tapi Arin mencoba tidak mengacuhkan tatapan penasaran itu.

"Kaumembuatkanku bekal?" tanya Andrean dengan mata yang berbinar-binar setelah membuka kotak makan merah yang sudah diisi dengan mie goreng, telur mata sapi dan sisa french fries di freezer.

"Ya. Tapi maaf. Tidak banyak bahan yang tersisa. Jadi ya...seadanya."

Tiba-tiba, Andrean mengecup Arin di pipi halusnya. Membuat gadis manis itu merinding seketika.


"Kau manis sekali. Trims. Pasti akan kuhabiskan. Aku akan mengantarmu belanja, jadi datanglah ke kantorku sebelum jam 5."

"Tapi aku tidak tahu dimana kantormu?" Cicit Arin membuat Andrean mendelikkan mata tak percaya.

"Jalanlah ke samping komplek apartemen. Sky Scraperku, tepat di samping tempat ini. Dan aku sudah pernah mengatakan hal itu kepadamu dulu." Lalu ia pergi dengan terkekeh.

Lihat! Andrean sungguh menyebalkan. Bagaimana dia membuat si Jenius yang selalu mendapat predikat terbaik itu menjadi idiot tiap kali di hadapannya? Sungguh mengesalkan.

***

Pukul 16.45

Benar saja. Sky craper di samping memang tempat kerja Andrean, karena ketika Arin tiba di resepsionis, Roni sudah lebih dulu menghampirinya.

"Hey, Gadis manis." sapa seorang dengan stelan mahalnya tak lama setelah Roni menemukan Arin di meja resepsionis.

Arin melihatnya tersenyum dan menyadari orang-orang mulai memandangi kehadirannya. Si man in suit itu menarik tangan Arin dan membawanya ke arah lift. Tak lama pintu lift pun terbuka.

Entah kenapa Arin sedikit gugup. Dipandangi tangan mungilnya yang belum juga dilepas Andrean. Sedang Andrean hanya terus menatap ke depan dengan tangan kanannya berada di kantong celana bahannya.

*

"Aku ganti baju dulu, duduklah sebentar." kata Andrean setelah mendudukkan istrinya di sofa nyaman.

Dan Arin langsung terkejut lalu membalikkan tubuhnya ketika melihat Andrean mulai membuka jas dan kemejanya tanpa malu.

"Ada apa ini, Cute girl? Kenapa kucing liarku menjadi sangat pendiam? Apakah kau mulai merasakannya?" tanyanya di hadapanku.

'Merasakannya? Merasakan apa?'

Andrean kini tampak 10 tahun lebih muda setelah mengganti stelan kerjanya dengan T-Shirt blaster hitam putih dan jeans. Tak lupa kaca mata dan topi penyamarannya.

Cup.

Andrean yang kini hobby mencuri kecupan tal tahan ketika menyadari gadis manisnya itu tengah melamun.

"Jangan melamun! Kau akan terbiasa nanti. Ayo belanja."

Dan Arin hanya membiarkan dirinya hanyut dengan perasaan barunya ini. Mungkin waktu akan menjawab dan memberi nama rasa baru ini suatu saat nanti. Ya. Suatu saat nanti.

LOVE WILL FIND A WAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang