Kembali

5.8K 359 2
                                    

Arin terlihat begitu bersemangat ketika dia menceritakan dongeng fabel pada anak-anak didiknya. Dia bekerja di sebuah Playgroup selama hampir sebulan ini. Dia bersyukur, LITTLE EINSTEIN mau memberinya gaji lebih awal setelah mendengar permintaan Arin. Selain bekerja di Playgroup, Arin juga mengajar gambar di ruko sebrang komplek apartemennya. Di tempat itu juga Arin meminta gaji di muka, dan dia mendapatkannya walau hanya separuh gaji. Itu sangat membantu kehidupan Arin.

Yang paling menyenangkan adalah tempat kerjanya begitu dekat dengan tempat tinggalnya. LITTLE EINSTEIN terletak di Lobby apartemennya, sedangkan Ann's Art, tempat ia mengajar gambar, benar-benar terletak di sebrang apartemennya.

"So, that's the point and thanks for listening dears" ucapnya riang menyudahi dongengnya tersebut.

Semua anak berusia rata-rata 3-5 tahun itu bertepuk tangan riang, begitu juga dengan beberapa motivator lain, rekan kerja Arin.

Arin yang sudah menahan lapar bergegas merapikan barangnya dan kembali ke apartemen. Tempat dia memikirkan banyak hal di waktu sebulan yang diberikan kepadanya itu.

Setelah memakan omelete dengan roti bakar, Arin mencoba membersihkan peralatan dapur yang memang tadi pagi belum sempat ia cuci.

Waktu menunjukkan pukul 12.45, Arin bergegas ke Ann's Art. Dia selalu datang tepat waktu dan akan selalu begitu.

Sebenarnya, Arin ingin segera pulang dan membersihkan rumah setelah mengajar, tapi tiba-tiba, kepala unit Ann's Art yang tengah hamil besar kontraksi dan harus segera dilarikan ke rumah sakit. Belum lagi suaminya yang di luar kota masih dalam perjalanan. Jadilah Arin masih berada di rumah sakit menemani Mrs. Ann yang sekarang sedang tertidur pulas setelah proses melahirkan yang melelahkan.

***

Di sisi lain, Andrean yang menempuh perjalanan udara
Frankfurt-Jakarta selama 16 jam membuatnya jetleg parah. Meski begitu dia tetap bersemangat karena akan bertemu dengan gadis yang begitu ia rindukan. Semua lelah ini akan terbayar ketika dia bisa melihat istri tercintanya itu.

"Welcome home, Boss!!" ujar Roni yang menjemput bossnya sendiri di airport. Selama Andrean di Jerman, Ronilah yang mengurus perusahaan di Jakarta.

"Thanks. Ini sudah sangat malam, pulanglah."

Roni hanya tersenyum, lalu menggas mobil sedannya.

Andrean menghela nafas. Dia membiarkan dua orang potter membantunya membawa koper-kopernya yang berat itu.

Dan di sinilah Andrean, di sarang wild catnya. Dia pikir istrinya itu pasti sudah tidur sekarang, tapi Andrean tetap ingin melihat bidadarinya itu. Jadi dia membuka pintu kamar Arin dan menyalakan lampunya.

Kosong.

Andrean melirik jam. Sekarang sudah hampir tengah malam dan Arin tidak ada.

'Apa dia pergi karena dia tahu aku akan pulang?'

'Dia pergi? Tidak..tidak...tidak mungkin.'

Andrean langsung menghubungi Ron yang kemudian menghubungi orang suruhannya.

"APA??? RUMAH SAKIT???"

Andrean yang tadinya setengah sadar langsung mendelik ketika mendengar istrinya di rumah sakit. Dengan cepat Andrean turun dan menuju rumah sakit yang diberitahu Ron. Panik, kalut, takut, semua bercampur jadi satu ketika dia mendengar berita itu. Dia takut, Arin melakukan kebodohan yang sama seperti yang dulu pernah ia lakukan.

'Tidak Pink, kau tidak bisa menghancurkan aku seperti ini. Tidak untuk yang kedua kalinya'

***

Arin lega ketika suami Bossnya datang. Setelah memberi ucapan selamat, Arin pun pamit pulang. Tubuhnya sangat lelah dan mengantuk. Kalau saja bossnya tidak baik padanya, Arin pasti tidak akan sampai seperti ini. Baginya, hutang budi tak ubahnya seperti pantulan bola. Seberapa budi yang kau dapatkan dari seseorang, sebanyak itulah kau harus membalasnya. Bahkan lebih.

Tak lama setelah sampai di apartemen, Arin langsung menuju pantry dapur dan membuat susu sereal untuk mengisi perutnya yang lapar. Setelah itu, dia menuju kamar mandi dan mencuci muka. Kemudian dia mengganti pakaiannya dengan dress polos tanpa tangan. Arin tidak mandi karena sudah sangat larut, dia juga tidak suka menyalakan AC jadi kalau pakai piyama utuh, dia pasti akan merasa gerah dan gatal. Jadi, Arin tidak ingin mengenakan piyama utuh untuk malam ini.

Ketika sedang bermimpi, Arin sedikit terganggu dengan cahaya, tapi itu tidak membangunkannya. Dia masih terlelap. Dia begitu kelelahan sampai tidak sadar dengan kehadiran seseorang. Ya. Andrean. Setelah berkeliaran seperti orang gila, akhirnya dia menemukan bidadarinya sedang terlelap dengan nyaman di ranjangnya.

Sebelumnya, Andrean yang panik langsung ke rumah sakit yang diberitahukan Roni. Tapi sesampainya di rumah sakit, pihak resepsionis bersikukuh kalau tidak ada pasien bernama ARINA LARASATI.

Andrean sampai memaki-maki resepsionis itu dan baru berhenti ketika teleponnya berdering.

"WHAT?? Apa kau sedang mempermainkanku, RON??"

"....."

"Okay! Sampai jumpa."

Andrean ternyata salah paham. Well, sebenarnya Ronilah yang awalnya salah paham, dan karena panik dia segera memberitahukan informasi yang baru ia tahu setengah itu, yang akhirnya membuat Andrean salah paham juga. Dan setelah mendengar penjelasan Roni yang bilang Arin sudah pulang ke apartemen, membuat Andrean malu pada sang resepsionis yang tadi ia caci maki itu. 'Akan kubunuh kau, Ron!!'

Dan benar. Ia mendapati istrinya tengah bergelung seperti janin di ranjangnya. Dia begitu menggiurkan dengan dress tidur tanpa lengannya itu. Dress tidur itu mengekspos punggung Arin yang indah, serta bagian depan yang hampir membuat Andrean kesetanan. Untung saja, Arin menyelimuti tubuhnya sampai ke pinggang, kalau tidak, mungkin Andrean bisa kehilangan akal. Tapi Andrean menahan hasratnya untuk yang kesekian kalinya. Dia hanya naik ke ranjang dan bergelung di samping tubuh mungil Arin. Dia sangat lelah. Sangat-sangat lelah. Mungkin nanti pagi Arin akan membunuhnya ketika melihat Andrean tidur di sebelahnya, tapi dia sangat menginginkan gadisnya sekarang. Dia takut ketika bangun, Arin tidak ada disampingnya. Dia takut gadis itu pergi dan itu akan membuatnya frustasi. Yang terjadi esok biarkanlah terjadi nanti, dia hanya ingin tidur saat ini.

'Aku merindukanmu. Setengah mati merindukanmu.'

LOVE WILL FIND A WAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang