Di sebuah company besar dan ternama, di ruang rapat dengan meja oval besarnya, terdengar suara amarah yang menggema. Membuat para bawahannya tertunduk takut. Pasalnya pria yang tengah marah-marah itu adalah CEO baru mereka. Dia baru datang dari London dua bulan yang lalu karena bersikeras ingin mengawasi sendiri mega proyek baru yang sedang ditangani cabang perusahaannya.
"Apa tidak ada satupun anti mainstream di sini? Heh? Saya tidak datang jauh-jauh dari London hanya untuk melihat ketidak becusan semua orang di sini. Ganti semua cetak birunya dan serahkan yang baru akhir bulan ini. Kalau kalian tidak bisa menyelesaikannya, serahkan surat pengunduran diri kalian. Understood?"
Semua orang mengatakan 'Mengerti' secara serempak. Tak lama CEO baru itu pergi meninggalkan ruang rapat dan mengendurkan dasinya. Di belakangnya, asisten pribadinya yang setia terus mengekorinya.
"Tolong Boss. Kontrol emosi. Anda tidak boleh tertekan. Bagaimana kalau sakit kepala anda kumat?"
"Are you kidding, Ron? Bagaimana aku tidak kesal. Kau bilang kita banyak SDM yang bagus di sini, makanya kau dan dad bersikeras melarangku ke sini. Tapi apa yang kulihat di sini? Proyek ini akan diikut sertakan dalam pritzker, Ron. Tidakkah itu sangat bernilai untuk nama baik perusahaan kita?"
"Saya hanya mencemaskan kesehatan Boss."
"Kalau kau mencemaskanku, carikan aku arsitek brilliant yang bisa memuaskanku. Aku ingin segera memulai proyek ini."
Roni hanya tersenyum, dia bukannya tidak tahu orang yang bisa memuaskannya itu, tapi sampai mati pun, Roni tidak akan memberi tahu bossnya tentang si brilliant itu. Dan tugasnya kini sangat berat, karena dia tidak yakin apa dia bisa menemukan brilliant lain untuk mega proyek perusahaannya itu.
***
Andrean's POV
Shit! Gara-gara orang bodoh itu, kepalaku jadi sakit. Mana lagi obat sialan itu.
Drrt....drrrt...
"Ya, Len?"
"......"
"I know. I'll be there at seven."
"......"
"Hmmm."
Dasar perempuan membosankan. Entah kenapa aku bisa bertunangan dengan wanita seperti itu? Awalnya, aku merasa terharu karena dia mendampingiku therapy selama setahun. Tapi begitu aku sembuh, dia mulai agresif dan membuatku tak nyaman. Sekarang, dia memaksaku untuk menemaninya ke pesta pernikahan sahabatnya yang merupakan saingan businessku. Benar-benar mengesalkan.
Setelah meminum dua pil obat sialan yang terus saja harus aku konsumsi setiap sakit kepalaku kambuh, aku mencoba merebahkan tubuhku. Hari ini sangat melelahkan, tapi aku hanya punya waktu dua jam sebelum aku harus menjemput wanita yang katanya tunanganku itu.
Heran juga aku, karena setelah lima tahun, aku masih tidak juga bisa mengingat apapun. Ingatan yang kupunya hanyalah, ingatan empat tahunku sejak aku terbangun dari tidur panjang selama setahun.
Tapi terkadang aku bermimpi aneh. Aku bermimpi melihat seorang gadis remaja di antara kebun bunga matahari. Aku pikir itu adalah bagian dari masa laluku. Tapi sialnya, aku tidak pernah bisa mengingatnya. Dan tiap kali aku berusaha mengingat sesuatu, aku akan berakhir di rumah sakit. Jadi, well, aku tidak pernah mengusik masa laluku lagi.
Hufft! Tahu-tahu sudah jam segini saja. Aku mandi dan segera memakai setelan yang ada. Aku tahu semua orang akan memperhatikanku. Para wanita-wanita dengan tatapan jalang terus saja menatap di manapun aku berada, tak peduli jika ada seorang wanita menggelayuti lenganku, tunanganku yang tidak kuingat, Helena Pramudipta.
*
Pukul 19.30
Aku dan Helena tiba di ballroom hotel mewah. Tapi tentunya tidak semewah hotel yang kubuat. Para paparazi mulai mengganggu. Para body guardku menyingkirkan mereka yang menghalangi jalanku. Kulihat Helena memberikan pose murahan dan menebar senyuman murahannya. Aku ingin sekali melemparnya jauh-jauh dariku.
*
Pesta berjalan meriah. Semua orang dari kalangan elite menikmati suguhan hiburan dan makanan yang ada. Aku mulai bosan dengan basa-basi orang yang mendekatiku, sampai ketika pandanganku menangkap seseorang yang baru saja datang.
Shit! Dia bukan hanya menarik perhatianku saja. Dia juga menarik perhatian semua tamu undangan. Aku menyipitkan mataku pada seseorang itu. Siapa dia hingga bisa mengalihkan semua perhatian orang-orang padanya? Lihatlah pria angkuh yang bersamanya! Dia pasti merasa besar kepala karena semua orang iri padanya. Setelah pasangan itu memberi selamat pada pasangan pengantin, orang-orang silih berganti menghampiri mereka.
Semua, ya para direktur, ya CEO muda dan bahkan para pasangan jetset juga menghampirinya, mengaguminya. Aku rasa tujuan mereka bukan si pria angkuh itu. Tapi pasangannya, pasangannya yang menjadi magnet di ruangan ini sekarang. Siapa dia?
Aku lebih intens memperhatikannya. Dia sangat......cantik. Rambutnya yang hitam legam terurai indah sampai hampir ke pinggang atas. Hanya sedikit kepangan di bagian kiri yang membuat rambut itu tidak bisa menari-nari sepuasnya. Lihatlah si angkuh sialan di sampingnya. Dia membelai rambut panjang indah itu dan menyampirkannya ke belakang. Aku bisa lihat dia hanya ingin menyentuh bahu terbuka itu.
Shit!! Shit!! Dia 'membangunkanku'. Bahkan Helena yang tampil lebih sexy dan terbuka tidak 'membangunkanku'. Siapa bidadari itu? God dammit! Aku menginginkannya. Tubuhku bereaksi karenanya. Apapun yang terjadi, aku harus memilikinya.
Mungkin karena gaun kuning gadingnya, atau karena kulit susunya, atau karena pinggang rampingnya, atau karena mata maniknya. Yah ampun, aku menyukai semua yang ada padanya. Apa aku sudah tergila-gila padanya?
Kulihat dia sedikit melihat ke arahku. Hanya sedetik, tapi kemudian dia mengalihkan pandangannya lagi ke arah si angkuh sialan yang kini menyentuh pinggang ramping itu.
Serriouly? Dia? Mengacuhkan Andrean Brama Wijaya? Mengacuhkanku? Aku tahu dia sudah memiliki pasangan tapi siapa yang berani mengacuhkan tatapanku? Tidakkah dia tahu siapa aku?
"Sayang, kau lihat wanita yang memakai gaun kuning di sana?"
Aku menoleh ke Helena. Dia mungkin akan memberi tahu jawaban dari pertanyaanku sedari tadi. Aku mendengarkannya.
"Kenapa? Kau kenal dengannya? Dia terlihat murahan. Tersenyum pada semua pria yang mendekatinya."
Aku harus menampar mulut sialanku ini. Dia bukan wanita murahan. Bukan salahnya jika semua orang menginginkannya. Dia memang terlalu indah untuk diacuhkan.
"Oh Dear! Jangan bicara seperti itu. Dia sangat misterius. Kudengar dia menolak bekerja pada perusahaan. Perusahaanku juga ingin mengontraknya, tapi dia menolak. Kau tahu, pria di samping itu adalah suaminya dan katanya mereka sudah punya anak yang berusia empat tahun. Coba pikir sayang. Kalau sekarang usianya 22 tahun dan anaknya berusia 4 tahun, itu berarti dia menikah ketika usianya baru 17 tahun, kau bisa percaya itu? Sayang sekali. Dia tidak menikmati masa mudanya."
Dan Andrean hanya mengepalkan tangannya. Dia tidak berpikir sejauh itu. Apa dia harus jadi perusak rumah tangga orang sekarang?
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE WILL FIND A WAY
DragosteArin adalah gadis yang nyaris sempurna. Cantik, ramah dan cerdas. Di usianya yang baru menginjak 15 tahun, dia berhasil mendapatkan beasiswa di perguruan tinggi negeri favorit. Dan ketika usianya genap 17 tahun, dia sudah menyelesaikan jenjang sarja...