Rama's POV
Mataku terasa berat dan bahuku teramat sangat nyeri. Anastesiku pasti sudah habis dan membuatku terjaga serta merasakan nyeri hebat karena aksi heroikku yang lalu.
Natasya Renault. Terkutuklah wanita itu. Aku sudah memperingatkannya untuk tidak menyakiti Arina, tapi dia memang tidak bisa dipercaya. Dendamnya sudah membutakan matanya. Aku memang membenci Andrean Brama Wijaya, aku memang ingin pria brengsek itu pergi dari kehidupan Arina, cintaku. Tapi setelah sejauh ini, kurasa sudah waktunya aku menyerah. Dia dan Andrean memang saling mencintai dan tak ada ruang untukku.
"Kakak sudah bangun. Aku akan panggil dokter."
Itu Aurel. Ya, adik si Brengsek yang sudah mencuri cinta pertamaku. Aku berharap Arinalah wanita pertama yang aku lihat ketika aku tersadar, tapi nyatanya malah orang lain. Aurel jugalah yang sudah seminggu ini setia mondar-mandir kamar inapku. Sedang Arin, dia hanya datang sekali, itupun bersama suaminya yang brengsek yang baru sadar dari operasi kepalanya yang rusak itu. Aku penasaran? Apakah sekarang dia sudah mengingat kembali semua memorinya?
Ah, kenapa juga aku peduli? Dan sekarang, aku malah bersimpati pada adiknya yang ternyata adalah adik kelasku saat di Harvard. Gadis yang sekarang berprofesi sebagai model kenamaan. Gadis yang sejak dia masuk ke universitas tempatku belajar selalu saja intens mendekatiku, tidak mengacuhkan segala penolakan dan pengacuhanku. Aku pikir aku tidak akan bertemu dengannya lagi, apalagi setelah aku tahu, dia adalah adik dari pria yang sudah merebut cinta pertamaku, tapi ketika aku terjaga setelah aksi heroik itu, dia muncul dan tak kunjung pergi. Kakak dan adik sama saja. Agresif dan possesive. Plus tak tahu malu.
Sejenak aku berpikir untuk membalaskan patah hatiku pada adik si Brengsek yang kudengar sudah keluar dari rumah sakit itu. Tapi tidak. Aurel terlalu baik. Terlalu baik sampai yang bisa kuingat hanya kebaikannya. Sampai setelah aku melihatnya lagi setelah 4 tahun tidak bertemu, membuat ada desiran aneh yang menggangguku. Apa karena penampilannya tidak sepeti dulu? Aurel yang dulu sangat simple dalam berpakaian, tapi coba lihatlah dia sekarang, pria manapun akan tergiur melihatnya.
Seperti yang aku katakan, aku tidak mengacuhkannya. Aku sudah menyuruhnya pergi, tapi dia tetap kekeh ingin menjagaku yang memang sebatang kara ini. Melihatnya yang terus saja bersabar membuatku berpikir kembali. Dia memang agresif seperti kakak sialannya itu, tapi jika diingat-ingat. Gadis itu sudah banyak susah karena perbuatanku dulu. Ah salah! Aku banyak berhutang budi pada gadis tinggi semampai itu. Apa-apaan ini, kenapa aku jadi memikirkannya terus?
Tapi kurasa percuma. Hatiku telah mati dan terkunci. Tidak ada celah untuk wanita lain selain Arina Larasati. Kini aku hanya ingin menjalani hidupku sendiri. Memulihkan nama baikku sebagai pengacara handal yang sempat tercoreng karena tersangkut paut kasus keluarga Wijaya. Wijaya. Aku benar-benar tidak menyukai nama keluarga itu.
***
Aurel's POV
"Apa kau tuli? Aku bilang batalkan semua jadwalku sampai aku bilang, aku free."
"......."
"I don't care. Kau pikir aku menjadi model karena ingin mencari uang? Denda berapapun, akan aku bayar. Pokoknya aku off dulu. Bye."
Hufft! Benar-benar pengganggu. Aku memang suka menjadi model, tapi bukan untuk mendapatkan uang. Aku hanya ingin jadi terkenal agar seseorang yang pergi tanpa pamit dalam hudupku akan melihatku dan berharap dia akan mencariku. Tapi, setelah 2 tahun menjadi orang terkenal, dia tidak juga datang menemuiku. Padahal aku tidak pernah merahasiakan PH yang mengontrakku karena aku berharap mungkin dia mencariku di PH. Aku memang tahu dia menjadi pengacara handal ditambah ketampanannya yang selalu membuat hatiku tak karuan, tapi pengacara dan model? Kami tidak punya benang merah untuk bertemu. Kecuali aku membuat kasus yang tidak mungkin aku lakukan karena nama belakang Wijaya yang harus selalu aku jaga.
Tapi kemudian benang merah itu muncul, ketika aku mendengar kabar dia tertembak karena menyelamatkan seseorang. Seseorang yang selalu membuatku selalu gagal membuka hati pengacara itu. Seseorang yang ternyata, tak lain dan tak bukan adalah kakak iparku sendiri, Arina Larasati.
"Ini." Kataku memberikan novel detektif kesukaannya. Dia mengambilnya dengan setengah hati. Tapi tidak apa. Dia menerimanya saja aku sudah sangat bersyukur.
"Pergilah. Jangan menyusahkan orang lain. Aku tahu kau orang kaya, jadi bisa seenaknya, tapi orang lain di luar sana benar-benar bekerja untuk hidupnya." Katanya mulai membuka halaman novel barunya.
Aku tersenyum. Dia memang selalu tidak mengacuhkanku, terlebih sekarang dia tahu, aku adalah adik yang telah merebut cintanya. Tapi aku tahu, dia tidak jahat. Tidak sekalipun dia membuat hatiku berpaling meninggalkannya.
"Setidaknya, aku mengikuti kata hatiku. Mengambil hukum, adalah keinginan ayahku, jadi kalau terjadi masalah hukum, aku bisa membantu keluargaku, tapi itu bukan mimpiku. Kakak tahu kan apa mimpiku?"
Dia tersenyum. Kurasa dia tidak sungguh-sungguh membaca. Dia hanya tidak ingin terlihat intens denganku. Kenapa sih dia susah sekali move on? Padahal aku sengaja merubah gaya penampilanku hanya demi untuknya.
"Dan kakak sendiri. Kapan kakak move on dari patah hati kakak? Mereka sudah bahagia. Tidakkah kakak ingin bahagia juga?"
BRAK.
Dia membanting novel bercover tebal hingga membuatku terlonjak. Aku tersenyum. Sudah saatnya aku menyembuhkan kedegilannya itu. Suka ataupun tidak suka. Dia harus mulai melihatku. Hanya itu caranya agar aku bisa menghapus Arina dari hati dan pikirannya. Dulu aku mungkin tidak bisa, tapi aku yang sekarang pasti bisa menembus hatinya. Aku yakin itu.
***
Author's POV
Enam bulan kemudian.
Rama dan Aurel menjalani hidup mereka masing-masing. Yang berbeda adalah, Rama harus bersabar dengan pola Aurel yang selalu membuatnya kesal. Kini bahkan mereka sudah digossipkan mempunyai hubungan khusus. Rama dibuat sakit kepala karenanya.
Bagaimana tidak jika Aurel terus saja datang ke kantor Rama dengan segudang alasan sepele. Mengundang paparazzi mendapatkan gambar-gambar ekslusifnya. Rama rasanya sudah kehabisan ide untuk menghentikan kelakuan Aurel yang makin menjadi itu. Jadi lama kelamaan, Rama membiarkan Aurel berkeliaran di hidupnya yang hambar.
*
Hari ini Rama diundang ke pesta pernikahan bekas kliennya. Dia hendak ke toilet ketika dia mendengar suara pekikan wanita. Rama yang familiar mencari suara rintihan itu. Dan matanya terbelalak melihat wajah yang tak asing baginya tengah merintih ketakutan di sudut balkon yang memang sepi karena tertutup dinding ukiran kayu jepara.
"Ayolah Rel, jangan jadi wanita menyedihkan. Pengacara sombong itu tidak menginginkanmu. Lebih baik kamu bersama kami dan kita habiskan malam ini. Kamu nggak pernah ML kan? Kita ajarin threesome dan kita jamin kamu pasti ketagihan. Okay cantik?" Seorang pria berstelan armani busuk dengan lancang menyentuh wajah Aurel, sedang busuk yang satu memakai setelan DC mengunci tangan Aurel dari belakang.
Entah kenapa Rama merasa jiwanya terbakar. Melihat Aurel yang agresif dan periang merintih tak berdaya. Dan akhirnya si tak berdaya itu melihat Rama, membuat tangisannya semakin pecah.
"Lepaskan dia sebelum aku patahkan tangan kalian!" Tegas Rama yang membuat dua busuk itu menghentikan kegiatan mereka yang menjijikan.
Si Dua busuk terbahak, sedang Aurel sudah membebaskan diri dan bersembuyi di belakang tubuh tegang Rama. Rama bisa merasakan Aurel bergetar di belakangnya. Rama benar-benar iba. Entah apa yang akan terjadi pada gadis itu jika dia tidak datang dan menemukannya.
"Memang kau itu siapanya si muna ini, heh?" Tanya si busuk satu sambil memasukkan tangannya ke saku celana. Malu karena juniornya sudah terlanjur bangun karena Aurel.
"Masa kalian belum dengar beritanya? Aku adalah tunangannya. Bukan begitu sayang?" Ucap Rama menarik erat pinggang ramping Aurel, membuat Aurel terkejut dan menubruk dada bidang Rama yang atletis.
Dan Aurel saat itu yakin, dia sudah berhasil membuka hati Rama. Karena setelah hari itu, Rama benar-benar menjadikan Aurel tunangannya dan pernikahan pun akan digelar tahun depan. Jangan tanya reaksi Andrean, karena dia sudah mencoret Aurel dari orang yang boleh berkunjung ke rumahnya, tempat dimana istrinya berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE WILL FIND A WAY
RomanceArin adalah gadis yang nyaris sempurna. Cantik, ramah dan cerdas. Di usianya yang baru menginjak 15 tahun, dia berhasil mendapatkan beasiswa di perguruan tinggi negeri favorit. Dan ketika usianya genap 17 tahun, dia sudah menyelesaikan jenjang sarja...