Konferensi pers

6.1K 352 1
                                    

Arin sedang asyik di perpustakaan pribadinya. Tenggelam dalam bacaannya, ketika putranya datang bersama sang papa yang sangat menyayanginya. Sang papa yang begitu protektif sampai-sampai menyewa beberapa body guard untuk putra semata wayangnya dan tambahan body guard lagi untuk istri cantiknya.

"Mama! Papa's here." panggil sang jagoan sambil tetap menggelayut di leher papanya yang menunduk untuk mendaratkan ciuman lembut di kening istrinya. Tak lama sang anak diturunkan di sofa mewah berwarna merah marun. Hanya sekejap, karena setelah itu sang anak langsung menuju ke paper bag di dekat salah satu rak. Menyusun buku-buku baru yang dibeli secara online oleh ibunya tadi siang.

"Bagaimana progress MAGENTA? Tidak ada masalah kan? Apa aku harus ke lokasi? Terakhir kau bilang ada sedikit miss persepsi dengan pimpinan proyek itu. Sekarang bagaimana?" tanya Arin sembari melepaskan dasi sang suami yang terlihat lelah. Diselidiki mata dan urat pelipis sang suami. Tidak merah dan tidak tegang. Sepertinya dia baik-baik saja.

"Oh please! Seharusnya kau tanya kabarku dulu, apa aku sudah makan, apa aku merindukanmu, bukannya langsung memborbardirku dengan proyek yang pasti baik-baik saja karena aku yang menanganinya langsung. Kau seperti tidak tahu kemampuanku saja."

Arin terkekeh lalu meletakkan dasi Andrean di nakas persegi di samping sofa. Sekarang dia membuka kemeja Andrean yang berbau parfum Prancis ternama. Membiarkan suaminya hanya mengenakan kaus putih polos. Sedang yang diurus hanya merengut sambil menunggu dirinya selesai diurus.

Arin berubah 180 derajat menjadi seorang istri yang semestinya. Sedang Andrean, dia juga berubah 180 derajat. Kalau dulu Andrean yang Arin kenal dingin dan tegas, kini Andrean hanyalah sekedar suami manja, possesive, plus over protective yang teramat sangat berlebihan. Jangan lupa rengekannya dan ini itu yang harus segera dituruti. Tapi itu hanya terhadap Arin. Begitu dengan orang lain, dia kembali bersikap dingin dan kaku. Arin bersyukur, Andrean selalu bersikap hangat terhadap putra semata wayang mereka dan selalu ada untuk putra semata wayangnya. Seandainya Arin tahu, semua itu Andrean lakukan untuk menebus 5 tahunnya yang hilang.

"Aku tahu kau baik-baik saja dan pasti merindukanku. Dan aku juga tahu kau belum makan karena kau selalu makan bersama kami. Dan.... proyek itu akan masuk nominasi PRITZKER, tentu saja aku harus mengawasinya. Dan karena kau tidak pernah membiarkanku ke lokasi, aku tidak punya pilihan selain bertanya pada suamiku yang over protective ini. Jadi bisakah kau tersenyum sekarang, suamiku yang tampan. Hmm?" Jelas Arin yang kini sangat suka mendebat suaminya yang hampir selalu memenangkan setiap perdebatan mereka.

Tentu saja Andrean tidak akan membiarkan Arin ke lokasi proyek. Terlebih itulah yang sangat diinginkan Roni. Belum lagi semua yang di proyek adalah laki-laki. Mengajak Arin yang memang selalu menarik perhatian ke sarang laki-laki? Hell no!

"Ma, Drian lapar. Apa kita sudah bisa makan sekarang?" Tanya pangeran kecil mereka yang sudah selesai menyusun buku-buku barunya. Andrean memang baru menambahkan satu rak buku baru, khusus untuk putranya yang hebatnya sudah lancar membaca dan berhitung. Andrean sangat bangga kejeniusan istrinya menurun pada pangeran kecil tampan mereka.

"Ya Tuhan! Papa bekerja keras agar Drian tidak kekurangan makan, tapi mama malah membiarkan pangeran papa ini kelaparan. Ckck! Come on, champ! Biar papa yang mengurusmu. Paling tidak, papa tidak akan membiarkanmu kelaparan."

Arin memutar bola matanya. Begitulah cara Andrean selalu memenangkan perdebatan. Dia membuat Arin terlihat buruk. Tapi si kecil Drian malah tertawa. Sepertinya dia tahu, sang papa hanya menggoda mamanya.

Arin kemudian mengambil dasi dan kemeja suaminya. Menyusul dua belahan jiwanya yang bermain seperti pesawat terbang. Arin hanya bisa menggelengkan kepala. Konyol. Tapi di luar semua itu, dia sangat bahagia.

Arin tidak tahu sekacau apa keadaan di luar sana karena dia memang tidak tertarik menonton TV dan dia juga tidak terlalu tertarik ke luar rumah selain ke home schooling anaknya atau makan di luar seperti kemauan suaminya. Tapi Arin yakin, Andrean akan menyelesaikan segalanya dan dia percaya pada suaminya.

***

Keesokkan harinya.

"Panggil security. Secepatnya!" Ucap Andrean di intercom ketika ia kedatangan tamu tak diundang. Seorang wanita yang menurunkan kepadanya wajah indo dan putrinya.

"Please Andrean. Don't be like this! Let's talk to your daddy. I promise everything will be alright Son. I promise." Wanita berambut coklat itu sudah menangis, tapi Andrean tidak merasa iba sama sekali.

Sebelum Andrean mengetahui kebenaran itu, dia menganggap ibunya adalah jelmaan malaikat. Tapi ketika dia tahu ibunya bahkan tidak melakukan apapun selama 4 tahun selama ia dibohongi, Andrean sudah mencoret jelmaan malaikat ibu bersama ayah dan adiknya sekaligus dari daftar orang-orang yang harus ia pedulikan.

Kalaupun Andrean bertahan di perusahaan, itu semata-mata karena istrinya. Arinlah yang meminta Andrean tetap bertanggung terhadap jabatannya dan 3 ribu karyawan yang bekerja pada perusahaannya. Tapi kalau sedikit saja kelurganya itu mengusik kehidupannya, Andrean bersumpah dia akan menghancurkan perusahaannya sendiri. Tak peduli apa yang dikatakan istrinya nanti.

"Kalau kalian masih ingin aku hidup, jangan pernah menggangguku, istri dan anakku. Jangan sekalipun kalian menampakkan batang hidung kalian di depan keluargaku. Jangan lupa! Kalian telah menyakiti mereka bertahun-tahun."

"Mom nggak punya pilihan, Brother. Dia tidak mungkin melawan ayah. Dan asal kau tahu, ayah terkena serangan jantung karena berita yang kau sebabkan. Apa kau masih akan berkata begitu jika ayahmu sudah terbujur kaku?" Tambah gadis yang kini berprofesi sebagai model kenamaan itu.

"Why not? Don't forget miss! I have amnesia. Ingatanku kepada kalian hanyalah ingatan 4 tahun ini. Aku bahkan tidak tahu apakah kita punya kontak batin karena darah Wijaya sialan ini."

"KAKAK!" teriak gadis bernama Aurel itu. Dilihatnya ibu sudah terisak.

"Aku akan mengadakan pers conference. Lihat saja jika kalian berani menghentikanku."

Dan Andrean bersungguh-sungguh dengan ucapannya.




LOVE WILL FIND A WAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang