Andrean mencoba menghabiskan sarapannya_ scrammble egg veggi buatan Arin yang ternyata sangat lezat. Dilihatnya Arin sedang menyiapkan lunch box untuk Andrean. Andrean meenghela nafas berat. Tadinya, Andrean pikir Arin sudah siap untuk menerima Andrean seutuhnya, tapi ketika Andrean menghempaskannya ke ranjang, dia justru menangis seperti bocah lima tahun yang dinakali temannya. Terpaksa Andrean harus gigit jari karena hasratnya lagi-lagi tak bisa terlampiaskan.
"Bisakah kau duduk dan makan sarapanmu?"
Dilihatnya Arin terkejut dan menjatuhkan tutup lunch box yang ia pegang. Andrean benar-benar merasa bersalah. Dia seperti penjahat yang melecehkan anak di bawah umur saja rasanya.
"I'm sorry okay. Aku tadi hanya ingin bercanda. Aku tidak bermaksud memaksamu." ucap Andrean bohong, sebenarnya dia sangat serius tadi.
Dilihatnya Arin sudah duduk dan mencoba menghabiskan sarapannya yang mulai dingin. Dia tidak ada niat sama sekali untuk menjawab Andrean. Tubuhnya masih bergetar hebat, dan jantungnya berdebum seperti genderang perang. Setiap sentuhan Andrean membuat semua panca inderanya waspada. Membuat dirinya serasa tersetrum jutaan volt listrik yang mungkin bisa membunuhnya seketika.
"Aku tidak akan kemana-mana sampai kau bilang, kita baik-baik saja." ucap Andrean membuat Arin mengangkat wajahnya dan terlihat jelas rona di wajahnya.
'Apakah dia merona karena kejadian tadi?'
"Dengar Tuan seenaknya! Aku tahu mungkin meledekku adalah hal yang lucu bagimu. Tapi sungguh. Itu tidak lucu sama sekali. Aku sangat ketakutan tadi." ucapnya sambil menahan lagi air matanya.
"Maaf karena sudah membuatmu takut. Aku tidak akan memaksamu. Walau bagaimanapun, kau masih terlalu kecil untuk hal seperti. Aku hanya tidak sabaran and I'm sorry for that."
Arin melihat penyesalan di wajah Andrean yang membuatnya terlihat semakin tampan. Dada Arin terasa berpacu lagi, semakin keras dan semakin keras. Entah rasa aneh apa yang ia rasakan pada Andrean sampai dia selalu bergetar hebat setiap melihat Andrean.
"Apa kau sedang meledekku dengan mengatakan aku anak kecil, Tuan Dewasa?" Arin tidak berkaca-kaca lagi. Dia mulai terlihat galak. Sepertinya semua akan baik-baik saja.
"No baby, I mean is...you just too early to have bed scene with me. What can I say? You still 17. That's my bad luck."
"Apa itu buruk?" ucap Arin yang wajahnya sudah semerah tomat.
Andrean terbahak. Apanya yang buruk jika dia memiliki istri cantik, pintar dan menggemaskan sepertinya? Sebenarnya apa yang ada di kepala Arin saat ini?
"No no baby, serriously? You just too perfect for me. But, you just not ready yet for that. And I will not insist you, I promise."
Arin tidak menjawab lagi dan hanya merapikan piring bekas mereka. Meletakkannya di tempat cucian piring kotor dan mengambil tas selempangnya.
"Aku akan ke LE sekarang. Ada briefing dengan para motivator pagi ini. Dan ya, kita baik-baik saja."
"Together please." ucap Andrean yang langsung meneguk air mineralnya setelah itu menyusul Arin yang meninggalkannya di belakang. Andrean tersenyum, karena akhirnya mereka bisa saling bicara tanpa ada tatapan benci di mata Arin. Andrean bahkan tidak sadar kapan tatapan benci itu hilang dari manik gadisnya.
Mereka berpisah ketika keluar dari lift. Andrean sengaja tidak mengantar Arin karena takut Arin akan lebih terekspos lagi. Saat ini, publik baru mengetahui Arin adalah kekasih Andrean. Mereka belum tahu jika Andrean tinggal bersama ataupun menikah. Tapi Andrean harus segera mendaftarkan pernikahan mereka. Dia tidak ingin menunggu lebih lama lagi. Dia harus memiliki Arin secepatnya dan membuat orang-orang mengetahuinya.
***
Pukul 12.10
Andrean sedang menatap makan siangnya dan tersenyum bahagia. Menu makan siangnya mungkin sederhana, tapi Andrean lebih memilih lunch box buatan istrinya ketimbang harus makan di restoran berbintang.
Tak butuh waktu lama bagi Andrean untuk menghabiskan lunch sederhana itu. Dia baru hendak menyuruh sekretarisnya untuk memanggil OB ketika seseorang menerobos masuk ke kantornya.
Mata Andrean langsung berapi-api melihat wajah liar itu masuk ke ruangannya dan mencemari udara yang ada di dalamnya.
"What the f**k are you doing here, Bitch?" maki Andrean yang langsung memanggil security lewat intercom.
"Kau menghancurkan hidupku dan keluargaku hanya demi jalang kecilmu itu. Kau bahkan kumpul kebo dengannya. Apa kau tidak tahu malu? Usianya bahkan belum 20 tahun. Kau menjijikan, Andrean." Caci wanita modis yang terlihat kalut itu.
Bagaimana tidak? Perusahaan ayahnya bangkrut seketika. Hal itu tidak lain karena Andrean menarik semua saham dan mengakuisisi anak perusahaannya. Natasya juga hampir yakin kasus hukum yang membuat ayahnya terkena serangan jantung adalah karena Andrean dan kekuasaannya juga.
"Tutup mulut kotormu itu. Jangan sampai aku kehilangan kesabaran dan lupa kalau kau itu wanita. Dan jangan pernah berani kau mendekati Arin apalagi menyakitinya. Jika itu terjadi, aku sendiri yang akan menghabisimu. Camkan itu!"
"Kalau aku tidak bisa memilikimu, maka tidak ada seorangpun yang boleh memilikimu. Kemarin aku gagal membunuhnya, tapi lain kali, aku pastikan mayatnya dengan mataku sendiri." nyinyir perempuan yang sudah mengincar Andrean selama dua tahun belakangan ini. Tapi Andrean tidak pernah memberinya kesempatan sama sekali. Siapa juga yang mau dengan wanita iblis sepertinya.
Andrean yang tidak sudi bicara dengan wanita sihir itu lebih lama lagi hanya mencengkram leher Natasya dan mendorongnya hingga ke tembok. Saat itulah, pintu terbuka dan 4 orang security masuk. Mereka terkejut melihat petinggi mereka sedang mencekik seorang wanita.
"Lamban sekali kalian. Cepat bawa wanita gila ini dari hadapanku sebelum aku membunuhnya." teriak Andrean yang menyesal mengirim Roni dinas luar ketika dia benar-benar membutuhkan kehadirannya. Paling tidak, Roni pasti bisa mencegah wanita itu menerobos masuk ke ruangannya. Tapi kemudian Andrean terpaku. Dilihatnya Arin sedang membeku melihat wanita sihir itu meronta-ronta.
'Shit!' Pekik Andrean yang langsung berlari ke arah Arin dan menyembunyikan Arin di dalam pelukannya ketika Natasya berhasil lepas dari ke empat securitynya.
"Aku akan membunuhmu jalang kecil. Jangan harap kau bisa bahagia di atas penderitaanku. Kemarin hanya kegagalan pertama. Lain kali aku pasti bisa membunuhmu. Aku akan membunuhmu. Kau dengar itu?"
Arin yang shock hanya meremas pakaian suaminya yang masih memeluknya erat. Siapapun akan shock dengan ancaman seperti itu, apalagi seorang belia seperti Arin. Arin membatin. Ada apa sebenarnya? Siapa wanita itu dan kenapa dia ingin membunuhnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE WILL FIND A WAY
RomanceArin adalah gadis yang nyaris sempurna. Cantik, ramah dan cerdas. Di usianya yang baru menginjak 15 tahun, dia berhasil mendapatkan beasiswa di perguruan tinggi negeri favorit. Dan ketika usianya genap 17 tahun, dia sudah menyelesaikan jenjang sarja...