Chapter 23

2.7K 193 19
                                    

Aura membuntuti aldric yang saat ini baru saja mengganti pakaian seragam sekolahnya menjadi kaos basket. Niatnya ingin mencuri perhatian aldric.

" kak aldric! " Panggil seorang gadis di pinggir lapangan basket. Aldric menoleh karena merasa namanya dipanggil.

" Ngapain tu cewe " Ujar bara memandang sinis ke arah sang gadis, tak lain adalah Aura.

" kenapa? " tanya aldric saat sudah berada di hadapan Aura.

" Aku mau kasi ini " Aura memberikan sebotol minuman dingin, aldric menatap minuman itu lalu mengernyit. Saat aldric masih sibuk dengan pemikiranya, tiba-tiba saja seseorang telah mengambil minuman itu dari tangan Aura, bukan aldric.

Aldric menoleh dan mendapati seorang gadis dengan tampang garang memplototi gadis sang pemberi minuman.

" Ck.. Makasi banget, lo tau aja kalo gue lagi aus " Ucap gadis itu lalu membuka tutup botol dan dengan santainya meminum minuman yang bukan untuknya.

" Tapi itu untuk kak aldric! " Kesal Aura dengan wajah ingin menangis.

" Gue salah minum ya? " Verena, gadis itu hanya terkekeh pelan lalu membuang asal botol minuman di tangannya.

" Lo kenapa sih?! Gue gak ada urusan ya sama lo!! " Bentak Aura geram. Aldric menatap Verena yang masih dengan mimik wajah tenang.

Verena maju selangkah, mempertipis jaraknya dengan Aura. Verena pun berbisik.

" hati-hati sama ucapan lo. Gue udah berusaha tenang, jangan membangunkan singa betina yang tertidur " Verena tersenyum sinis lalu menepuk bahu Aura 2 kali.

" Dric! Maaf ya, minuman kamu aku minum " Aldric terkekeh mendengar ucapan Verena.

" Gpp, kali " Senyum hangat terukir indah di wajah Aldric.

" Nih, aku ganti " Verena memberikan Aldric sebotol minuman yang sama perisis dengan pemberian Aura.

Dengan geram, Aura pun pergi dari sana. Verena yang melihat itu tersenyum penuh kemenangan.

Cup

Tubuh Verena seketika menegang, sentuh hangat dan lembut sangat kentara di rasanya. Aldric mencium kening Verena, gejolak aneh tiba-tiba menjalar ke seluruh tubuhnya, padahal belum lama ini Aldric pernah menciumnya dan itu tepat di bibir. Verena merasakan sesuatu yang aneh di perutnya, sensasi menggelitik.

Aldric menjauhkan wajahnya untuk melihat reaksi Verena, dan hatinya merasa puas karena melihat Verena yang masih tertegun.

" Wajahmu merona " Ujar Aldric sembari mengusap lembut wajah Verena. Verena pun tersadar lalu menatap Aldric yang sepertinya tenah mengejek.

" D-disini p-panas, itu yang m-membuat wajahku memerah " Alasan Verena membuat Aldric merasa geli sendiri.

" Kamu mau pulang atau tunggu aku latihan basket dulu? " Tanya Aldric dengan tampang coolnya.

" Aku tunggu kamu aja " Aldric mengangguk lalu berlari kembali ke lapangan untuk bermain basket.

Disisi lain, seorang gadis menjambak rambutnya sendiri untuk menyalurkan rasa kesalnya. " Sh*t! " Batinya berbicara.

" Gue siep tempur, Axella Verena " Ujarnya sinis, terlihat menakutkan.

Aura belum mengetahui Verena seorang SA, entah apa yang akan terjadi bila dia mengetahui rahasia besar itu.

" Aku membutuhkan kalian, berkumpul di camp " Uca Aura berbicara dengan seseorang yanh di telfonnya.

" Siap bos " Jawab seseorang di sebrang sana.

Maintain [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang