Chapter 32

1.8K 139 10
                                    

Verena benar-benar tidak habis pikir mengapa kehidupannya sangat menyedihkan. Orang yang mengatakan bahwa mereka menyayanginya sekarang sudah benar-benar pergi. Mereka yang membuatnya nyaman dan selalu diinginkan sudah menghianatinya. Verena tersenyum kecut, dia sudah lelah menangis. Hatinya mulai mengeras perlahan, tidak ada keinginan dan tujuannya hidup.

Dilain sisi seorang pria tampan tenah mencekik seorang wanita seksi yang sekarang merambat sebagai sekretarisnya di kantor. Wanita itu juga yang menjadi inti permasalahannya dengan sang gadis. Dengan tanpa dosa Aldric menyeret wanita itu dan melemparkannya ke dinding.

" M maaf k kan s sa yya tuan ". Ucap wanita itu dengan nada putus-putus.

" Bangsat!! Karena lo! Karena lo dia ninggalin gue!!! Arggg. Anjing ". Aldric mendekati wanita itu dengan nafas memburu karena marah.

" J jang ngan bu bunuh sa ya. Arhh ". Aldric seakan tak ingin memberi wanita itu kesempatan untuk berbicara.

Aldric sudah kalap, akal sehatnya sudah terlempar entah kemana. Saat melihat gadisnya menangis dan juga tatapan kecewa aldric seakan merasa ditikam oleh belati tepat di dadanya.

" Velic!! ". Aldric yang merasa sudah muak akhirnya meminta orang kepercayaannya untuk menarik paksa wanita itu dari hadapannya.

Dengan secepatnya Aldric mengambil kunci mobil yang berada di meja kerjanya lalu berniat ingin segera menemui verena dan menjelaskan kesalahpahaman itu di rumah verena sekarang juga. Mobil sport hitam itu pun melaju dengan aldric sebagai pengemudinya, aldric bahkan tidak berfikir akan keselamatannya saat ini, yang ada di otaknya hanya "Verena". Membutuhkan waktu 35 menit akhirnya aldric sampai, gerbang rumah mewah itu terbuka karena ada seorang penjaga yang sepertinya mengenal dan mengingat aldric.

" Dimana verena? ". Tanya aldric masih berdiam diri di mobilnya.

" Nona belum kembali sejak tadi ". Jawab penjaga itu takut-takut karena mendapat tatapan tajam dari aldric.

"Jangan membohongiku!!". Bentak aldric emosi dengan wajah memerah.

" Benar, tuan. Saya tidak berbohong. Nona belum kembali setelah pergi tadi pagi ". Penjaga itu menunduk.

Tak berselang lama sebuah mobil berwarna silver juga berhenti di depan gerbang rumah verena.

" Dimana verena? ". Axel keluar dari mobil itu dan berucap datar.

" Nona belum kembali tuan. Nona hanya berpamitan tadi pagi untuk sekolah dan sampai sekarang belum kembali". Jawab penjaga itu menjelaskan lagi. Axel yang baru sadar akan kehadiran aldric segera mengalihkan pandangan.

" Kamu bukannya kekasih anak saya?". Axel menghampiri aldric yang sudah bersandar pada mobilnya.

" Iya om. Saya ada kesalahpahaman dengan verena ". Aldric menekan dirinya agar tidak kelepasan membentak calon ayah mertunya.

" Astaga. Kemana aku harus mencarinya sekarang ". Axel mengusap wajahnya gusar lalu bergumam dan mampu di dengar aldric.

" Saya akan mencarinya ". Ucap aldric yakin.

" Kemanapun itu. Walaupun dia pergi ke ujung dunia pun saya akan tetap mencarinya ". Axel menepuk bahu aldric merasa sangat tertolong. Kedudukan aldric memang sangat mampu untuk membantu disaat seperti ini.

Sedangkan di tempat rumah axel, rachel tak henti-hentinya menangis. Dia bahkan tidak sadar akan apa yang dia ucapkan pada anaknya sendiri, anak kandungnya. Dengan memeluk foto verena, rachel menangis dalam diam. Seorang gadis di balik pintu kamar rachel tersenyum kemenangan karena dendamnya sudah terbalas.

Maintain [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang