Chapter 40

1.7K 114 17
                                    

Loading. . .
█ 1%
██ 10%
███ 20%
████ 30%
█████ 40%
██████ 50%
███████ 60%
████████ 70%
█████████ 80 %
██████████ 90%
Loading . . .
████████████100%
Success 

(> " " <)
( ='o'= )
-(,,)-(,,)-
Enjoyed!

╔═════════════════╗
║̶ «̶ː̖́[Mα̲̲̅̅̅ι̅ntα̲̲̅̅ιn̅̅]ː̗̀»̶ ║
̖́[α̲̲̅̅̅lexα̲̲̅̅] & ̖́[α̲̲̅̅̅ldric̲̲̅̅]
╚═════════════════╝

Aldric mension. Jakarta––Indonesia|| 16.20 PM

Mension dengan bangunan klasik itu terlihat sangat sepi untuk Aldric, disini hanya ada pelayan dan pekerja lainnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mension dengan bangunan klasik itu terlihat sangat sepi untuk Aldric, disini hanya ada pelayan dan pekerja lainnya. Aldric merindukan Alexa, saat ini Alexa berada di rumah orang tuannya. Mereka akhirnya saling memaafkan. Sebelum pulang tadi Aldric mendapat pukulan di bahunya oleh Axel, dan Aldric membalasnya dengan lirikan saja. Aldric memiliki pemikiran lain tentang Axel sekarang, yaitu konyol dan gila.

"Tuan. Jam 8 nanti anda ada meeting dengan perusahaan yang dipimpin oleh tuan Axel ".  Velic– orang kepercayaan Aldric memberitahukan jadwal meetingnya.

"Jadi selain menjadi pemimpin secret agent, dia juga memiliki perusahaan?". Tanya Aldric geli pada Velic.

"Tuan Axel juga menjual pulsa jika ingin–". Belum Velic berhenti berbicara Aldric sudah lebih dulu tertawa terbahak-bahak. Sungguh konyol calon mertuannya itu.

"Kalau begitu siapkan semuannya. Aku akan ke kamar". Aldric melangkah menaiki tangga dengan tawa yang masih menggema ketika mengetahui Axel penjual pulsa.

Tepat jam 7 Aldric sudah siap dengan kemeja, jas, celana kain dan juga sepatu hitamnya. Dengan langkah arogannya dia mulai berjalan mendekati mobilnya yang sudah disiapkan oleh Velic. Mobil sport hitamnya membelah jalan raya jakarta yang sedikit padat, Aldric menggerutu saking kesalnya. Ingin sekali rasannya dia menggusur semua mobil yang berada di depannya, namun karena mengingat indonesia bukanlah daerah kekuasannya maka dengan berat hati dia hanya bisa menggerutu. Jam tangannya menunjukkan pukul 19.30 meetinya akan segera di mulai. Dia tidak ingin Axel mencapnya sebagai menantu yang tidak baik karena telat dan membuatnya harus menunggu lama.

Waktu terus bergulir. Akhirnya Aldric sudah dapat keluar dari kemacetan yang sejak tadi mampu membuatnya kesal bukan kepalang. Aldric segera memasuki loby kantornya, langkah Aldric tergesa-gesa. Bagaimana tidak? Saat Aldric menatap jam yang melingkar di tangannya sudah menunjukkan pukul 21.45 dia mengutuk dirinya mengapa dia tidak menggunakan transportasi udara miliknya saja tadi.

Maintain [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang