Fate-7

6.9K 454 13
                                    

Sejujurnya, aku sedang berjuang untuk melindungimu dengan cara yang tak pernah kamu duga.

-Davi Exavario

🍁🍁🍁

Matahari berlabu tepat di atas kepala, membuat para peserta ospek Universitas Trisakti mnggeram, ada yang kesal sambil berkipas menggunakan tangan, ada juga yang menunduk merasakan panas matahari yang membakar kulit.

Mereka berada di lapangan tribun, berdiri memandangi para senior yang berdiri di lantai dua tribun. Dan ada beberapa orang yang berdiri di belakang barisan, untuk berjaga-jaga jika nantinya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Begitu pun Zelda yang sudah tak tahan dengan panas matahari, napasnya berhembus tak teratur, peluh membasahi wajah cantiknya.

Dia mengipas diri, sambil mengatur napas.

"Hei, lo sakit?" Zelda menoleh sedikit pada laki-laki yang berbaris di barisan sampingnya. Laki-laki itu melihatnya cemas, iris pekatnya memandang Zelda tanpa henti.

"Ngga, gue baik-baik aja." Zelda menampilkan senyum paksa, berusaha terlihat baik-baik saja.

Laki-laki itu terlihat manggut-manggut, tapi pandangannya masih tertuju pada Zelda.

"Saya harap kalian betah di Universitas ini, menjadi mahasiswa yang baik, patuh terhadap peraturan." Setelah cukup lama, laki-laki yang berbicara di depan mic itu mengakhiri pidato pembukaan ospek dan yang terakhir dia menyuruh para peserta agar besok melakukan apa yang mereka minta, karena besok adalah ospek yang sebenarnya.

Zelda merasakan kepalanya berdenyut, sakit itu menyerang saat dia sibuk mengatur napasnya.

Dia memijat pelan kepalanya, sementara di lantai dua tribun seorang senior perempuan menyampaikan beberapa informasi tentang Universitas Trisakti.

"Lo baik-baik aja, kan?" Zelda sedikit melirik pada laki-laki di sampingnya.

Dia kembali untuk memaksakan senyum, namun sakit itu semakin terasa. Pelan-pelan gelap mulai datang, cahaya seolah redup. Semuanya menggelap ketika tubuh Zelda limbung dan kesadarannya nyaris hilang.

Teriakan perempuan yang berbaris depan dan belakangnya membuat yang lain ikutan panik, begitu juga dengan laki-laki yang tadi menanyakan keadaannya.

Laki-laki itu berjongkok untuk membantu orang-orang mengangkat tubuh Zelda, tetapi lengan seseorang menahannya.

Samar-samar Zelda mendengar suara yang tak begitu asing.

"Lo semua berbaris kembali, nanti gue yang bawa dia." Zelda merasa dia hanya berhalusinasi, hingga ia tak mendengar suara apapun lagi.

Para peserta ospek yang tadi sempat maju untuk membantu Zelda kembali ke barisan mereka.

Davi yang tadi menyuruh kembali berbaris, segera menggendong Zelda ala bridal style. Wajah perempuan yang digendongannya itu tampak pucat.

Dalam hati Davi merasa khawatir, biar bagaimana pun Zelda tetap bagian dari hidupnya. Setidaknya dia harus menghargai sebuah ikatan, meskipun tanpa perasaan.

Laki-laki itu membawa perempuan di gendongannya meinggalkan lapangan tribun.

Beberapa pasang mata memperhatikannya, terutama para senior. Bukan apa-apa, tapi mengingat apa yang sekarang Davi lakukan tidak sesuai dengan karakter laki-laki itu.

Davi di kenal ketus, apalagi jika berhubungan dengan perempuan, namun melihat Davi mengkhawatirkan Zelda, ada sesuatu yang tidak mereka mengerti.

Zelda mahasiswa baru, sepengetahuan mereka Davi tidak mengenal perempuan itu.

The Fate (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang