Fate-37

3.9K 224 4
                                    

Harapan akan selalu kupinta
Kesempatan selalu kunantikan
Tetap, hanya karenamu.

-Uknown

                         🍁🍁🍁


Ivan dikejutkan oleh kedatangan adiknya. Walaupun Zelda memberitahunya akan ke sini--kantornya--tapi tetap saja melihat Zelda menangis membuatnya khawatir.

"Kenapa lo?" tanya Ivan, bangkit dari kursi putarnya.

Tidak di sangka-sangka, Zelda langsung memeluk Ivan, menumpahkan tangisnya di dada bidang Ivan.

Ivan mengelus lembut rambut Zelda. "Lo kenapa, hm? Adik gue kenapa jadi cengeng?" tanyanya, sesekali mengecup puncak kepala adiknya.

"Gue jahat, Bang. G ... gue jahat." Sahut Zelda sambil terisak.

"Udah, udah, ayo duduk dulu." Merasa ada yang tidak beres, Ivan menuntun adiknya ke kursi sofa yang ada di ruang kerjanya. Dia menyodorkan adiknya sebotol air mineral. Lalu, duduk di samping Zelda.

"Pelan-pelan, lo ceritain sama gue kenapa lo nangis." Dielusnya rambut sang adik membuat Zelda sedikit tenang.

Zelda menyeka ingusnya dengan tangan. "Jorok amat, sih." Ketus Ivan, kemudian mengambilkan Zelda kotak tissue di atas mejanya.

Zelda menyeka ingusnya lebih dulu. "Gue jahat, Bang. Gue udah jadian sama Kak Ray, tapi gue dengan nggak tahu malunya meluk-meluk Davi. Gue ngerasa ... gue kayak mainin perasaan mereka. Gue ... gue malu, Bang. Gue malu sama diri gue sendiri. Gue jahat ..." Zelda kembali menangis.

Ivan menarik Zelda masuk ke dalam pelukannya. "Shhht ... lo nggak jahat, oke? Lo cuma bingung sama perasaan lo."

Zelda menggeleng tegas. "Gue jahat."

"Zel, coba lo jujur lo sayang sama Davi, kan? Lo masih ngarepin dia?"

Zelda mengangguk masih dalam pelukan Ivan.

Kreek

Zelda dan Ivan spontan mengangkat wajahnya melihat pintu kaca ruangan itu terbuka.

Seorang wanita cantik menatap mereka dengan salah tingkah. Wajahnya memerah. "Maaf, Pak. Saya tidak tahu kalau Bapak lagi ada tamu." Kemudian pintu tertutup, dan wanita itu berlalu.

Ivan menepuk jidatnya. "Aduh ... mati gue."

"Kenapa, Bang?" Zelda mengernyit, memperhatikan raut wajah Ivan.

"Itu cewek yang gue mau kenalin sama nyokap. Dia pasti salah paham." Ivan mendesah frustasi, sedangkan Zelda berusaha menahan tawanya.

"Udah lo pulang, gue mau rayu dia dulu." Zelda mencebik kesal mendengar nada mengusir kakaknya yang kentara.

"Gue mau pulang naik apa? Masa gue mau naik taksi lagi. Ini kan gara-gara lo ngadu sama nyo ..."

"Nanti gue telfon Davi." Potong Ivan segera, mengambil ponsel di saku jasnya.

"Eh, Bang, kagak usah ..." namun terlambat, panggilan sudah terhubung.

Zelda berdecak, mendengar suara Davi dari seberang sana.

"Halo, ada apa, Bang?"

"Lo ke kantor gue sekarang. Zelda pingsan gue lagi ada pertemuan mendadak. Lo harus bawa dia ke rumah sakit. Cepatan. Gue tunggu." Dan kemudian panggilan Ivan akhiri secara sepihak.

Zelda memutar bola mata. Alasan konyol.

"Apaan sih lo?" ketusnya, tapi Ivan hanya tersenyum menggoda.

The Fate (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang