Fate-40

5K 242 12
                                    

Ada sakit yang tidak bisa dijelaskan
Hanya air mata yang menjadi jawaban.

-Uknown

🍁🍁🍁

Jika ada lagi patah hati yang lebih menyakitkan, mungkin Ray yang akan lebih dulu merasakan patah hati terhebat itu, seperti saat ini ia kembali patah hati. Ia masih bergeming memandangi dua sejoli yang sedang tertawa bahagia di gazebo dekat green house kampus. Ray ingin melangkah menarik Zelda untuk membawa ke dalam dekapannya. Tapi mengapa ia hanya diam saja meratapi gejolak hatinya yang terluka?

Padahal ia berhak menuntut Zelda untuk memilih antara ia dan Davi.
Padahal ia berhak menarik Zelda ke dalam dekapannya.
Padahal ia berhak menyurutkan tawa bahagia Zelda dan Davi.

Namun tidak, ia hanya bungkam, menyaksikan segalanya.

"Jangan dliatin mulu, nyakitin tauuu." Ray melirik Bayu yang berdiri di sampingnya. Mereka bersandar pada pagar besi yang menjadi dinding green house.

Bayu bersedekap dada, mengikuti arah mata Ray tertuju. Terlalu menyakitkan, menurutnya.

Ray menghela napas dalam, mengembuskannya kasar bersama gurat luka yang tidak seharusnya ia renungi.

"Gue yang bego atau Zelda yang jahat, sih?" Ray tersenyum lirih, tidak mengerti mengapa Zelda berhasil menyakiti hatinya. Padahal selama ini hatinya damai, sebelum Zelda berhasil menarik segalanya. Kedamaian itu hilang dalam sekejap. Ray gelisah, takut Zelda lebih memilih Davi dibanding dirinya.

"Gue nggak tahu hubungan sejenis apa yang kalian jalanin, tapi gue miris aja ngeliatnya, kasian banget." Bayu berkata santai, dengan matanya yang lurus ke depan.

Ray mendengkus keras, kesal bercampur kecewa. Jika dipikir-pikir, kisah cintanya benar-benar memprihatinkan. Status yang hanya melibatkan satu cinta.

Bayu melirik Ray, meneliti penampilan sahabatnya.

Ray yang merasa diperhatikan, merasa jengah. Ia berdecak. "Ck, jangan liatin gue gitu, bego." Sungutnya kesal.

Bayu tertawa jenaka. "Heran aja, lo dan Davi itu lumayan oke-lah, tapi kok perebutin satu cewek?" Bayu melirik Ray yang menarik napas dalam.

"Zelda beda, Yu. She is a caring girl. Bukan tipe cewek yang care untuk nyari perhatian, tapi care-nya itu tulus. Gue selalu nyaman di sampingnya. Ya, meskipun kadang nyebalin, karena di saat bersama pun Zelda masih sempat-sempatnya mikirin Davi." Ray menundukkan wajahnya, membuang napas keras.

"Kalau Zelda care sama lo, dia pasti nggak bakalan nerima Davi, apalagi ini sebagai tunangan." Ray bungkam. Sebenarnya yang dikatakan Bayu cukup mengganggu, tapi ia berusaha berpikir positif. Mungkin Zelda terpaksa.

Bayu memandangi langit kelabu di balik pohon yang menjulang tinggi. "Apa perlu gue nyari seribu cewek yang tulus care biar lo bisa move on?"

Ray tersenyum sinis. "Gue belum putus sama Zelda."

Bayu mengerutkan alisnya. "Berarti lo mau putus, dong." Seharusnya itu pertanyaan, tapi Bayu menjadikannya pernyataan, karena dia tidak membutuhkan jawaban Ray.

Ray melirik Bayu tajam. "Enggak." Elaknya kesal.

Bayu terkekeh. "Itu pernyataan, loh."

Ray hanya berdecak, memilih diam. Hening menyergap keduanya, keadaan sekitar yang cukup ramai mengiringi hening yang mereka ciptakan.

Dalam waktu yang telah ditentukan Tuhan, langit menumpahkan tangisnya pada bumi, angin berseru lantang, petir bersahutan kala itu juga.

Orang-orang yang disekitar green house berlari ke arah gazebo, tapi tidak dengan Bayu dan Ray. Keduanya berjalan santai menuju gazebo yang ditempati Davi, Zelda, dan beberapa mahasiswa lainnya.

The Fate (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang