Fate-24

4.4K 249 3
                                    

Luka terlalu senang datang, membuatku ingin melupakan.

-Ranti Kirana

   
🍁🍁🍁

Zelda terbangun dari tidurnya, ketika melihat dia sudah berada di kasur empuknya yang sangat nyaman untuk menjadi tempat melupakan beban. Perempuan itu tersenyum sedih mengingat bagaimana interaksinya kemarin dengan Davi setelah dia terbangun dan sudah sampai di kampus. Davi mengantarkannya pulang dan memintanya agar memaafkan semua kesalahan yang laki-laki itu lakukan, karena Davi menyesal telah menyia-nyiakan Zelda.

Zelda tidak sepenuhnya memaafkan Davi, dia masih sedikit membenci laki-laki itu. Tapi, kebencian tidak akan mengubah segalanya dan itulah Zelda berusaha melupakan apa yang terjadi diantara dia dan Davi.

Davi mengatakan semuanya pada Zelda, mungkin akan tiba saatnya dia akan menyerah dan mengikhlaskan Zelda bersama laki-laki lain.

Karena, sejatinya orang bertahan akan ada saatnya dia merasa lelah, ketika perjuangannya terus diabaikan.

Zelda tampak berpikir, selama ini Davi tidak terlihat berjuang untuk mencapai hatinya. Lalu, apa yang akan membuat Davi lelah?

Zelda mengembuskan napas. Untuk menebak semua teka-teki itu dia harus membutuhkan waktu dan pastinya pikiran yang tenang.

Untuk saat ini, dia tidak akan bisa menebaknya, karena masih banyak masalah yang dia pikirkan.

Dia juga masih memikirkan bagaimana agar bisa Leo memaafkannya. Memikirkan bagaimana sifat Ray yang subuh tadi menghubunginya tanpa alasan yang jelas. Mengingat Rara yang tidak mengikuti kegiatan Bina Akrab padahal mereka berjanji akan bertemu di sana. Memikirkan Rani yang tidak pernah lagi dia lihat dan apakah perempuan itu masih berkomunikasi dengan Dava?

Terlalu banyak untuk menemukan jawabannya dalam sehari. Zelda membuang napas dan segera bergerak memperbaiki ranjangnya ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul enam lewat lima belas menit.

Zelda menggeser gorden membuat pemandangan kelam di luar terlihat jelas.

Dia memperhatikan langit yang berkabut, awan hitam menyingsing dan gerimis mulai turun.

"Aduh ... hujan lagi, mana gue mau ke kampus." Gerutunya melihat langit yang telah menangis pilu.

Zelda berdecak, kesal pada cuaca walau cuaca itu tidak bersalah.

Namun, kemudian dia tersenyum senang.

Ada alasan dong supaya gue nggak ke kampus.

"Zel, nggak ke kampus?" samar-samar Zelda mendengar suara Zerina bersamaan dengan hujan yang mulai lebat.

Langit mencurahkan sedihnya lewat rinai yang menghantar pada tanah kering. Aroma petrichor tercium tajam, tapi Zelda kali ini tidak merasa tenang walau telah mencium aroma menenangkan itu.

"Gimana mau ke kampus kalau hujan." Kesalnya bersungut dan memutar badannya, lalu pergi membukakan Zerina pintu.

Zerina memandang adik perempuannya dengan alis mengerut. Zelda belum siap-siap juga, padahal sebentar lagi jam akan menunjukkan pukul 08:30.

Setelah menatap penampilan Zelda yang masih memakai baju tidur, dia bertanya, "Kenapa belum siap-siap? Nggak ke kampus?"

Zelda menggerutu, menghentakkan kakinya pada lantai marmer kamarnya. "Hujan, Kak. Ya kali, gue mau ke kampus ujan-ujanan gini."

Zerina menggeleng samar. Di luar memang hujan deras, tapi Zelda ke kampus naik mobil, tidak akan kebasahan. Kalau begini, Zerina curiga adiknya sedang melarikan diri dari masalah.

The Fate (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang