Fate-44

4.4K 257 10
                                    

Sebelumnya gue mau minta maaf, karena nggak update sesuai janji. Kemarin2 gue lagi bad mood pake banget, jadi baru sempat nulis. Sorry:"(

Vote sebelum baca:)

Happy reading^^

                                🍁🍁🍁

Seperti sepi yang berjaga di malam hari
Bahagia sedang menunggu di sini
Bersamamu, bersamaku
Untuk kita yang percaya TAKDIR.

-Uknown

         🍁🍁🍁

Sepanjang hari ini semuanya terasa hampa bagi Davi. Ia mengingat kejadian-kejadian beberapa hari terakhir ini yang mengacaukan hidupnya. Dari mama yang harus rutin cuci darah dan pihak rumah sakit yang belum juga menemukan pendonor ginjal. Belum lagi soal asmara ... ini rumit.

Setiap Davi ingin melupa, tatapan lembut Zelda selalu terbayang di kepalanya. Davi memejamkan mata, lalu duduk bersimpuh di lantai depan ruangan mamanya yang sedang melakukan cuci darah.

Memorinya memutar kejadian kemarin, di mana Zelda menjelaskan semuanya, namun masih ada perasaan ragu untuk memercayai Zelda.

"Vi!" Davi menengadah, kemudian bangkit berdiri ketika melihat keluarga Andromeda; orang tua Zelda, Ivan, dan perempuan yang telah menyakiti hatinya.

Davi memandang sinis Zelda yang berdiri sambil menundukkan wajah di samping Ivan, rambut curly perempuan itu tergerai hingga menutupi separuh wajahnya.

"Bagaimana keadaan Mama kamu?" tanya mama Zelda ketika keheningan larut menyapa mereka. Entah mengapa salam sapa itu hilang di antara Davi dan Zelda.

Davi berdehem untuk membasahi tenggorokannya yang kering, dengan datar ia menjawab. "Cukup baik," Davi sekilas melirik Zelda. "Mama sedang cuci darah." Lanjutnya.

Mereka menunggu di luar, hingga seorang pria berjas putih dan beberapa perawat keluar dari ruangan itu dan mempersilahkan mereka masuk untuk melihat keadaan pasien.

"Tante boleh kan masuk melihat keadaan Mama kamu?" Davi hanya mengangguk, memperhatikan orang tua Zelda dan Ivan masuk ke dalam ruangan mamanya.

"Kecuali lo!" ucapnya dingin, ketika Zelda akan melewatinya yang bersandar di tembok pembatas ruangan.

Mendadak Zelda menghentikan langkahnya. Tubuhnya terasa kaku saat Davi melepaskan punggungnya dari tembok. Lelaki itu berjalan mendekatinya, menatap Zelda dingin.

"Apa lo lupa kalau gue pernah bilang jangan pernah nginjakkin kaki lo di sini, meski pun itu untuk jenguk nyokap gue." Keringat dingin menetes di pelipis Zelda.

"Ta ... tapi ...,"

"PERGI!!" Zelda terlonjak kaget, ia menelan salivanya susah payah.

"Vi, ta ... tapi ...,"

"GUE BILANG PERGI!! LO BUDEK?!" gertakan Davi membuat beberapa orang yang berlalu lalang bergidik melihatnya. Perawat beserta security datang menenangkan Davi.

Sementara di dalam ruangan, orang tua Zelda dan mama Davi menoleh ke arah pintu yang tertutup rapat. Ivan menghela napas dalam. "Mama sama Papa nemanin Tante aja, nanti saya yang nyamperin mereka." Mama menggenggam tangan Ivan, berharap putra satu-satunya itu bisa membantu memperbaiki hubungan Davi dan Zelda.

Ivan mengangguk meyakinkan, kemudian segera keluar.

"Ada apa ini?" tanyanya berdiri di depan pintu ruangan.

The Fate (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang