Bila lelahku adalah sunyi, jangan kau tinggalkan lagi, aku takan mampu sendiri.
-Uknown
🍁🍁🍁
Hamparan laut terpampang jelas di hadapan sepasang manusia yang sedang mengumpulkan udara segar dan menghirup aroma khas laut. Setelah Zelda menemukan taksi, Zelda menelfon Ray untuk menemaninya ke pantai.
Dengan senang Ray mengangguk. Kini mereka berdua duduk bersisian di kursi tepi pantai.
Matahari nyaris tenggelam, digantikan senja berwarna jingga. Sungguh pemandangan yang sangat indah.
Ray memperhatikan Zelda, dari tadi perempuan itu hanya diam, sesekali mengembuskan napas berat, dan terkadang menunduk.
"Lo kenapa? Ada masalah?" tanyanya lembut, merangkulkan tangannya di pundak Zelda.
Zelda sedikit melirik Ray, kemudian dia menunduk lesuh.
Cahaya jingga di batas horizon itu membuat Zelda terpaku. Senja tidak selalu membawa cerita tentang bahagia, karena setelah itu malam akan menggantikannya.
"Zel, lo bisa 'kan cerita sama gue? Jangan dipendam sendiri." Ray menyayangi Zelda, dia tidak mau Zelda merasakan sakit sendirian.
Zelda menatap Ray, terpaku pada iris lelaki itu. Ray mengernyitkan alisnya ketika iris hazel Zelda jatuh tepat di irisnya.
Zelda membuang pandangannya, kembali pada langit berwarna jingga. "Gue nggak tau kenapa gue masih suka sama Davi, padahal Davi udah punya pacar." Dia mendesah kecewa. Ada separuh hatinya yang retak, namun dia tidak menyadari separuh hati Ray juga retak. Menjadi kepingan yang akan ia coba untuk satukan kembali.
"Bukan lagi suka, tapi lo udah cinta sama Davi." Ray menyadari itu, sebesar apapun ia berusaha untuk meyakinkan hatinya bahwa perasaan Zelda pada Davi hanyalah bentuk kagum, tapi dia kembali menyadari selama ini Zelda tidak pernah baik-baik saja jika melihat Davi bahagia dengan perempuan lain.
Zelda memejamkan mata. "Mungkin. Tapi, gue masih nggak habis mikir perasaan ini bisa bertahan," Dia menghela napas setelah kelopak matanya terbuka. "Awalnya gue ngerasa hanya suka biasa, tapi makin hari Davi buat gue nyaman, setelah itu dia batalin pertunangan kami," entah mengapa Zelda bersikap terbuka pada Ray, dia merasa bebannya berkurang ketika menceritakan lukanya pada lelaki di sisinya.
"Malam itu gue kecewa. Gue udah usaha untuk lupain dia, tapi semakin gue usaha, rasa sayang gue sama dia justru bertambah."
Ray mengembuskan napas, dia mengelus lembut rambut Zelda untuk menenangkan perempuan itu, sambil menunggu Zelda kembali bersuara.
"Gue nggak bisa nebak perasaan Davi, kadang dia care sama gue, tapi dia juga tega nyakitin gue." Zelda memejamkan matanya lagi.
Langit jingga itu sudah mulai memudar. Namun, mereka masih duduk di kursi pinggir pantai.
"Terus, sekarang apa yang akan lo lakuin?" dengan sabar Ray menemani Zelda, meski dia sudah tahu hari sudah beranjak malam. Tapi, keadaan pantai tidak sepi, tidak jauh dari mereka ada yang merayakan ulang tahun, ada juga yang merayakan anyversary.
Zelda menggeleng tidak tahu. "Gue masih belum bisa mikir."
Ray manggut-manggut, kemudian bibirnya membentuk lengkungan tipis. "Gue punya cara kalau lo milih lupain Davi."
Zelda menaikkan alisnya, menatap Ray penuh tanya. "Apa?"
Ray tersenyum misterius. "Lo harus buka hati buat cowok lain. Gue sih bukan mau cari kesempatan dalam kesempitan, tapi gue mau bantuin lo untuk lupain Davi, karena gue nggak suka lihat muka kusut lo." Jawabnya, membuat Zelda menggeleng pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fate (Completed)
Teen FictionSequel INABILITY, bisa dibaca terpisah:) Menyembunyikan perasaan perihal biasa, berpura-pura tidak suka meski sebenarnya suka. Itulah yang Zelda lakukan, Zelda menyukai Davi, tapi yang dia tahu Davi menyukai Rani dan yang tidak dia tahu Davi menyuk...