Fate-26

4.8K 261 3
                                    

Menyakitkan, saat kau tahu seberapa pun kau menolak sebuah perpisahan dia akan tetap datang jika sudah ditakdirkan.

-Uknown

🍁🍁🍁

Malam sudah datang, tapi langit tidak sedang berbahagia. Dia kelam.
Zelda memandang langit dari balik jendela kamarnya yang belum dia tutupi horden keemasan itu.

Perempuan itu duduk di kursi yang dia tarik ke dekat jendela kamarnya. Rambutnya yang terurai ia biarkan tertiup angin yang menyapanya lembut.

Zelda terpaku dalam waktu yang cukup lama. Dia tidak mengerti apa yang hatinya rasakan. Berusaha melupakan Davi, namun tak pernah bisa.

Perempuan penyuka langit itu melepaskan napas panjang, lalu kembali memandangi langit yang seolah sedang berduka.

"Zel, udah tidur lo?"

Zelda mendengus keras ketika menyadari suara kakak laki-lakinya dan ketukan pintu yang cukup keras.

Zelda tidak menyahut, bibirnya mengeluarkan decakan kagum saat ketukan pintu kamarnya semakin keras.

"Woi ... Zel, lo tidur secepat ini, masa? Gue nggak percaya, loh. Cepat buka kalau lo belum tidur."

Zelda menutup kupingnya malas, namun akhirnya mengalah dan bangkit dari duduknya.

Dia berjalan dengan hentakan kaki, lalu dengan kesal menarik kenop pintu kamarnya yang dia kunci dari dalam.

"Apaan sih, Bang? Gue ini mau istirahat, ganggu mulu lo." Gerutunya sambil berdecak menatap pria mapan itu yang menyengir.

Ivan menggaruk tengkuknya. "Davi di bawah, tuh. Katanya mau ngajak lo jalan."

Zelda melongo, tidak percaya. Ada perlu apa Davi sampai mau mengajaknya jalan? Jangan bilang lelaki itu mau mempermalukan dia untuk yang kedua kalinya?

"Ogah. Usir aja dia!" kesalnya dan akan menutup pintu, tapi Ivan yang mengenali gestur Zelda dengan cekatan menahan pintu cokelat itu.

"Nggak boleh gitu, dong. Dia udah jauh-jauh ke sini dan lo dengan enaknya ngusir dia."

Zelda berdecak, tidak mengerti dengan kinerja otak Ivan. "Bang, ingat 'kan apa yang udah dia lakuin ke kita? Dia udah permaluin kita, Bang."

Ivan membuang napasnya. Dia mengerti kalau Zelda belum memaafkan Davi adalah sebuah kewajaran, namun jika terus mengingat kejadian malam itu, maka sakit hati yang Zelda rasakan akan bertambah. Karena, rasa benci lah yang menyebabkan penyakit dalam hati.

"Zel, Abang ngerti maksud lo, tapi ..."

"Zel, astaga ... kamu belum siap-siap? Davi udah lama nungguin kamu. Ivan kamu emangnya nggak ngasitau Zelda, yah?" perkataan Ivan terpotong, karena kedatangan Zerina.

"Udah my sister, tapi lo tau 'kan adik lo ini mana mau dengarin gue. Dinasehatin pasti bilangnya gue bawel. Padahal gue itu hanya pengen jadi saudara yang terbaik, karena di antara kita bertiga hanya gue yang berjenis kelamin berbeda." Cerocos Ivan membuat Zerina menggeleng-geleng dan Zelda mendengus geli.

"Bawel lo. Sana, gue mau kerja tugas." Katanya, tapi Ivan dan Zerina langsung menatap tajam adiknya itu.

Zelda mengerucutkan bibir, menyadari apa maksud dari tatapan kedua kakaknya. "Bang, Kak, gue itu lagi banyak tugas dan ini bukan malam minggu. Yang punya pacar aja di rumah, masa gue yang jomblo mau keliaran. 'Kan nggak elite gitu."

"Lo juga bawel, cepat ikut." Ivan menarik Zelda yang hanya memakai T-shirt pink dan short pants.

Zerina menggeleng-geleng, di antara mereka bertiga sudah dia lah yang paling kalem. Kalau Zelda semacam berkepribadian ganda, jika sama orang yang tidak begitu akrab dengannya, dia akan menjadi sosok yang tenang, tapi jika orang itu telah akrab dengannya, dia bisa saja menjadi sosok yang cerewet.

The Fate (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang