Aku takut kalau ada hal buruk terjadi padamu.
-Davi Exavario
🍁🍁🍁
"Lo lupa kalau gue pacar lo?" pertanyaan itu membuat langkah Zelda menjadi pelan.
Dia berbalik, melihat Ray yang menatapnya. Senyum sinis ditampilkan lelaki itu.
"Kak,"
"Zel, sampe kapan? Apa coba gunanya lo nerima gue kalo yang lo anggap tempat ternyaman itu Davi?"
Zelda menunduk, menggerak-gerakkan sepatu converse putihnya pada lantai
Ray yang melihat itu mendesah kecewa. "Percuma gue jadi bagian penting dalam hidup lo, kalau hanya sekedar status."
Zelda semakin menundukkan kepalanya, rambut cokelatnya yang terurai menutupi sebagian wajahnya. Tangannya mencengkram erat-erat tali ransel putih yang di punggungnya.
Dia mendengar langkah kaki seseorang mendekatinya, sudah dipastikan itu Ray. Dia masih terpaku.
Ray berhenti tidak jauh dari hadapannya, bersandar pada salah satu pilar di belakang perpustakaan.
"Maaf, Kak. Gu ... gue udah ngecewain lo." Mungkin Zelda terlalu jahat, sekilas melirik perasaan Ray, lalu masih mempertahankan fakta bahwa hatinya tidak bisa melupakan Davi.
"It's okay. Lo cuma perlu jawab pertanyaan gue, kenapa lo masih membiarkan Davi meluk-meluk lo saat lo sendiri udah punya pacar?"
Zelda kembali bungkam, pertanyaan itu yang membuatnya ingin menghilang. Sudah dua kali Ray menanyakan hal yang sama, namun lelaki itu hanya menemukan kebisuan.
"Jawab, Zel!! Jangan diam aja." Ray sedikit membentak, membuat Zelda terlonjak.
Ditatapnya wajah Ray, lelaki itu melihatnya geram. Tangan Ray terkepal, tatapannya tajam.
Zelda tidak mengenal Ray yang di depannya.
Ray kembali melangkahkan kakinya mendekati Zelda. Spontan Zelda mundur dua langkah membuat punggungnya membentur tembok bercat putih. Tembok belakang perpustakaan.
Suasana di sana tidak ramai, lebih banyak yang berkeliaran di depan perpustakaan. Gazebo juga sepi, tidak seperti biasanya. Hal itu tentu membuat Zelda takut jika Ray nekat berbuat yang macam-macam.
Ray memojokkan Zelda, mengurung tubuh Zelda di antara tubuhnya dan tembok.
Ray menatap lamat-lamat Zelda, perempuan itu menunduk dengan kakinya yang gemetar.
"Tatap gue!" Zelda menggeleng lemah, membuat emosi Ray meluap.
Ray menarik tubuhnya, tanpa terduga tangan kanannya yang terkepal meninju tembok, tepat di samping Zelda membuat kepalan tangannya memerah.
Zelda terkejut, napasnya memburu. Dia mengangkat wajahnya, menatap Ray yang juga menatapnya.
"A ... apa yang lo lakuin?" napasnya putus-putus, namun ia tetap mengusahakan untuk bertanya.
Ray tersenyum sinis, sebelum menjawab, "Gue ngelakuin apa yang bisa buat lo sadar."
Tatapan itu menyiratkan emosi, sedangkan tangan Ray kembali tertumpu pada tembok, mengurung tubuh Zelda.
"Gue mohon jangan bertingkah bodoh, Kak. Lo it ..."
"Bodoh? Siapa yang bodoh? LO ATAU GUE?" tanya Ray sinis, menaikkan volume suaranya di akhir kalimat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fate (Completed)
Teen FictionSequel INABILITY, bisa dibaca terpisah:) Menyembunyikan perasaan perihal biasa, berpura-pura tidak suka meski sebenarnya suka. Itulah yang Zelda lakukan, Zelda menyukai Davi, tapi yang dia tahu Davi menyukai Rani dan yang tidak dia tahu Davi menyuk...