Fate-28

4.4K 272 25
                                    

Ada yang mencoba mendekap hangat, namun yang dia temukan adalah kedinginan. Tuhan, ke mana aku harus pulang jika jalanku sudah engkau tutup dengan tangisan?

-Uknown

                           

         🍁🍁🍁

Tidak ada yang tahu apa yang Rani rasakan saat ini, melihat Davi belum juga membuka kelopak matanya. Setidaknya untuk melihat dunia, bahwa dia tidak sendiri, masih ada Rani yang setia menemani.

Berkali-kali Rani berdoa pada Tuhan agar lelaki yang terpejam di brankar, segera bangkit dan melihatnya yang selalu setia berada di samping Davi.

Jemarinya menggenggam erat tangan Davi, takut kehilangan jika dia melepaskan genggamannya itu. Rinai mengalir dari sudut matanya untuk lelaki yang mirip dengan seseorang di masa lalunya.

Rani tercebak dalam nostalgia, lelaki di masa lalunya pernah ada di posisi seperti Davi. Terpejam dan ... pergi.

Rani tidak mau kehilangan lagi, sudah cukup masa lalu membuat hidupnya berubah.

Matahari sebentar lagi akan tenggelam, namun tidak ada juga yang datang menjenguk Davi selain dia. Rani tidak mengenal siapa orang-orang yang dekat dengan Davi, yang dia tahu hanya Zelda, dan dia tidak akan bisa menghubungi perempuan itu. Biar bagaimanapun sama saja dia telah menggoreskan luka di hatinya, jika melihat Zelda menjenguk Davi.

Perempuan itu menarik napas untuk menekan tangisnya agar tak mengeluarkan suara, cukup air matanya saja yang mengalir.

Rani mendekap tangan Davi, hangat yang dirasakannya tak bisa menular pada jemari lelaki yang terpejam itu.  Rani menunduk, kembali menekan suaranya yang nyaris terisak. Dia mengangkat wajahnya dan ketika detik itu, lelaki yang di brankar membuka-menutup mata.

Pelan, sedikit buram Davi melihat sosok perempuan di hadapannya. Dia memaksakan senyum tipis ketika melihat perempuan itu. Oh, di bayangannya perempuan yang duduk di kursi sisi kirinya adalah Zelda. Perempuan yang dia bawa dalam mimpi.

Rani tidak percaya apa yang dia lihat, Davi tersenyum, kelopak mata itu sedikit terbuka, iris cokelat itu menatapnya. Rani hampir menangis gembira, hingga ...

... "Zelda."

Dia sadar Zelda ibarat magnet yang akan selalu berhasil menarik Davi kemana pun lelaki itu berada dan dalam keadaan kondisi apa pun Zelda akan tetap menjadi nama yang pertama Davi sebut ketika kelopak matanya terbuka. Dia sadar, Davi merindukan Zelda.

"Zel, g ... gue ..." suara Davi lirih, seperti ingin mengungkapkan sesuatu yang selama ini menekan dadanya.

Sedang Rani tak sanggup lagi jika terus mendengar nama Zelda di setiap hela napas Davi.

Air matanya meluruh, perempuan itu terisak, sambil mencengkram tepi brankar. Kepalanya menunduk dalam, lalu berucap lirih, "Gue bukan Zelda, gue Rani, Vi."

Bulir-bulir bening itu terus mengalir dari sudut matanya, Davi berusaha melirik ke kanan, namun dia merasa pegal.

"Lo masih benci gue, ya? Sampe nggak mau ngaku kalau lo khawatir, Zel?" suara serak Davi membungkam Rani. Suaranya cukup jelas, karena cup yang memberinya bantuan pernapasan sudah dilepaskan.

Tidak bisakah Davi melihatnya sedetik saja?

Rani menggeleng samar, air matanya semakin mengalir deras.

"Lo jahat, Vi. Gue Rani, bukan Zelda." Rani bangkit dari kursi di sisi Davi. Iris kelamnya menatap sang iris cokelat yang terkejut. Tatapannya menyiratkan kekecawaan dan luka.

The Fate (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang