Tidak ada lagi harapan, sebab kamu telah menghapus harapan itu.
-Zelda Maharani
🍁🍁🍁Saat matahari telah melewati batas horizon, saat embun pagi berkabut itu telah hilang, saat sebentar lagi semuanya hanya akan menjadi kenangan, Davi memilih mengajak Zelda jalan-jalan mengelilingi kota Jakarta, sekedar untuk membuat perempuan itu bahagia, untuk sementara, lalu melepaskan.
Terlalu jahat memang, tapi itulah yang akan terjadi. Davi tidak bisa mengatakan iya, jika nyatanya dia tidak ingin.
Laki-laki itu telah tiba di rumah Zelda, setelah memarkirkan mobilnya, dia bertamu ke rumah calon tunangannya.
"Assalamualaikum." Untuk menjaga citra kesopanan, dia mengetuk pintu dan mengucapkan salam.
"Waalaikumsalam." Mama Zelda yang datang membuka pintu langsung memasang raut bahagia, dengan senyum lebar.
"Eh, ada calon mantu, nih. Ayo masuk." Davi tersenyum hangat, dengan sopan dia menyalami tangan mama Zelda, lalu masuk ke dalam rumah itu.
Di meja makan telah duduk anggota keluarga yang lengkap, keluarga harmonis dan pastinya bahagia. Itulah yang membuat Davi benci, lebih tepatnya iri.
Kalau dia ingin membandingkan kehidupan di rumah Zelda dan kehidupan di rumahnya sangat berbanding jauh.
Rumahnya lebih pantas di sebut istana kosong di banding rumah, sepi, senyap, dengan kenangan yang berusaha dia lupakan.
Ada yang tidak mengetahui sebagian dari dirinya, ada yang tidak mengetahui bahwa Davi pernah merasa kehilangan, ada yang tidak mengetahui Davi pernah mencintai seseorang melebihi cinta, dan ada yang tidak mengetahui bahwa cinta itu telah mengkhianatinya.
"Loh, Dav. Kenapa ngelamun di situ? Ayo gabung." Davi tersentak, lalu tersenyum pada Ivan dan yang lainnya.
Dia mendekati meja itu, lalu menarik kursi di samping Zelda. Pagi ini perempuan itu sedang dirundung gelisah, jika malam tiba maka statusnya dan Davi akan berubah.
Dia gugup, apalagi saat Davi telah duduk di sampingnya.
Zerina dan papanya tersenyum melihat kegugupan Zelda, papa yang duduk berhadapan dengan Zelda mengedipkan matanya bermaksud menggoda dan hal itu tentu membuat Davi juga melirik Zelda.
Dia tersenyum, lalu memasang wajah datar saat Zelda menoleh padanya, "Gak usah gugup, gue gak makan orang, kok." Katanya dengan senyum dikulum.
Andai saja rasa sakit itu sudah tidak berbekas lagi, pasti kebahagiaan ini akan dia terima dengan sepenuh hati, tapi Davi tidak mau jatuh cinta untuk kedua kali, jika nantinya cinta itu akan mengkhianati.
Zelda tidak bisa membaca semua rasa sakit Davi dari mimik wajah laki-laki itu, yang Zelda lihat senyum Davi pagi ini tulus, tak ada sedikit pun paksaan.
Davi kembali memandang ke depan, lalu membuka suara, "Om, Tan, hari ini saya mau ngajak Zelda jalan-jalan. Malam kan udah pertunangan kami." Orang tua Zelda yang tadinya mengulum senyum kini tersenyum lebar, bagi mereka ini kemajuan yang sangat besar, ada kemungkinan Davi telah memiliki rasa untuk Zelda. Mereka otomatis mengangguk.
Setelah acara sarapan yang tidak sepenuhnya membahagiakan, Davi pamit untuk membawa Zelda.
Pertama Davi mengajak Zelda ke taman, dan kedua dia mengajaknya ke danau Setu Babakan, menaiki perahu bebek dan menyantap kerak telor, tertawa dan bahagia. Lalu, menikmati angin sepoi-sepoi di sekitaran danau, bersandar pada punggung masing-masing, saling membelakangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fate (Completed)
Teen FictionSequel INABILITY, bisa dibaca terpisah:) Menyembunyikan perasaan perihal biasa, berpura-pura tidak suka meski sebenarnya suka. Itulah yang Zelda lakukan, Zelda menyukai Davi, tapi yang dia tahu Davi menyukai Rani dan yang tidak dia tahu Davi menyuk...