Tolong baca authors note paling bawa, ada info penting!!
🍁🍁🍁
Ada dua pilihan, membuka lembaran baru bersama orang yang kucintai
Atau
Mencoba memendam semua perasaan ini dengan mengizinkan seseorang yang baru untuk mengambil alih hatiku.-Zelda Andromeda
🍁🍁🍁
Gelisah itu mendatang, sejenak sebelum semuanya menghilang. Zelda sedari tadi mondar-mandir dalam kamarnya. Senja sudah tenggelam, digantikan langit yang penuh bintang.
Jika kemarin-kemarin Zelda menyukai bintang yang menghiasi langit, tapi malam ini dia tidak begitu menyukai langit. Mengapa langit tidak kelam saja? Agar Davi tidak jadi datang melamarnya.
Ya Tuhan, kenapa lo cemas, Zel, bukannya lo suka Davi?
Bukan itu permasalahannya! Tapi Zelda juga harus sadar sudah ada Ray yang menggantikan posisi Davi, meski bukan di hatinya.
Tok tok tok
"Masuk aja." Jawab Zelda sekenanya.
Ivan menarik kenop pintu, kepalanya menyembul ke dalam kamar Zelda. Adiknya itu kini sedang menenggelamkan wajahnya pada bantal throwpillownya.
Ivan duduk di pinggir ranjang Zelda, lalu mengelus rambut Zelda pelan.
"Nggak usah dipikirin, semuanya pasti baik-baik aja." Katanya pelan.
Zelda menengadah, menatap Ivan yang tersenyum tipis. Iya, seharusnya ia tidak perlu memikirkan perihal Davi yang telah meminta izin pada Ivan untuk melamar Zelda. Kalau Zelda menolak, Davi bisa apa?
Zelda menundukkan kembali wajahnya. "Bang, gue dilema siapa yang harus gue pilih." Ia memejamkan mata, sejenak untuk melupa.
Ivan menghela napas, kemudian mengembuskannya pelan. "Mereka bukan pilihan, Zel. Lo harus percayain hati lo, siapa yang bisa membuat hati lo berlabuh dalam ketenangan, maka dia lah pemiliknya."
Zelda berpikir beberapa menit, sebelum bangun dari tengkurapnya. Ia duduk menyilang dan bantal throwpillownya ditaruh diatas pahanya.
"Tenang? Gue nggak tahu." Zelda mendesah kecewa. Bersama Davi dan Ray ia nyaman, namun terkadang Davi dan Ray sama-sama membuatnya ingin menghilang.
"Gini yah Zel, kalau hati lo masih terpaku sama Davi, ya lo pilih dia lah. Tapi, kalau hati lo udah ditembus pacar lo itu, ya gue nggak tahu lagi mau bilang apa. Yang pastinya ikutin kata hati lo, jangan sampe lo nyesal kalau lo nolak Davi." Ujar Ivan panjang lebar. Dia mengerti ini adalah pilihan yang sulit buat Zelda. Di satu sisi, Ivan yakin Zelda masih belum bisa melupakan Davi, namun di sisi lain Zelda juga harus menghargai Ray yang saat ini menyandang status sebagai pacarnya.
Zelda memandang langit-langit putih kamarnya dengan kening mengerut. "Bang, kayaknya gue harus nolak Davi, deh. Biar gimana pun gue udah punya pacar." Perempuan itu mengembuskan napas berat, meresap semua perkataannya kembali.
Ivan menggeleng pelan. "Terus lo mau bohongin perasaan lo, gitu? Kalau hanya perasaan lo yang lo bohongin, mungkin masih bisa gue maklumi. Tapi, lo juga bohongin pacar lo itu, nerima dia karena terpaksa." Komentar Ivan, sama sekali tidak setuju dengan pemikiran adiknya.
Zelda mengusap wajahnya, mukanya berubah kusut. "Gue bukan terpaksa nerima dia, tapi gue sedang ngasih Kak Ray kesempatan buat bikin gue lupa sama Davi. Karena gue kemarin mikir untuk bersama Davi itu hanya angan-angan gue." Zelda membela diri. Dia memang menerima Ray bukan karena terpaksa. Saat dulu Davi membatalkan pertunangan mereka ketika hari H-nya, Zelda jadi berpikir untuk bisa bersama Davi hanya bagian dari ilusinya. Tidak akan seperti kisah novel yang dulu sering ia baca, di mana perjodohan bisa membuat mereka hidup bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fate (Completed)
Teen FictionSequel INABILITY, bisa dibaca terpisah:) Menyembunyikan perasaan perihal biasa, berpura-pura tidak suka meski sebenarnya suka. Itulah yang Zelda lakukan, Zelda menyukai Davi, tapi yang dia tahu Davi menyukai Rani dan yang tidak dia tahu Davi menyuk...