Bila ada yang harus tersakiti
Harusnya aku
Jangan kau!
Tapi mengapa?-Uknown
🍁🍁🍁
Hari ini semuanya tidak lagi sama, Davi terus berkelana mencari jawaban atas perasaannya yang bimbang.
Ia ingin menemui papa untuk membantunya mencarikan yang siap memberikan satu ginjalnya untuk mama, karena biar bagaimana pun papa lebih punya banyak kenalan.
Namun, Davi tidak mungkin meminta bantuan semudah itu atas apa yang telah ia lakukan kemarin. Ada sedikit penyesalan telah melakukan hal tersebut, karena sejatinya papa adalah orang yang pernah mendidik dan membesarkannya. Meski semuanya tidak lagi sama, namun kenyataan itu tidak akan pernah berubah.
Davi menggeram tertahan, satu masalah belum ia temukan solusinya, tapi ia sudah dihadiahkan lagi dengan masalah kisah cintanya.
"Woi, ngelamun mulu dari tadi lo!" tepukan di bahunya membuat lamunannya hilang, digantikan dengan dengkusan kasar.
"Lo lagi nggak niat nyari masalah, kan?" ketusnya sambil mengurut pangkal hidungnya.
Bayu terkekeh, memperhatikan muka kusut Davi. "Wooh ... garang amat." Komentar Bayu yang tak dihiraukan Davi.
Karena Bayu merasa iris cokelat Davi tertuju pada sesuatu yang menarik, maka ia mengikuti kemana iris cokelat itu terpaku.
Seketika Bayu tersenyum. "Udah tahu cuacanya panas, masih aja nambah-nambah." Gerutu Bayu dengan mukanya yang dibuat-buat kesal.
Tapi tidak ada reaksi berarti yang ia dapatkan dari sahabatnya itu. Tatapan Davi masih ke sana, pada dua orang yang berjalan menuju mereka, di antara orang yang berlalu lalang di taman kampus.
"Kalau cemburu bilang aja." Cibiran Bayu disambut decakan Davi dan tatapan garang lelaki itu.
"Buat apa gue cemburu sama mereka?" Davi terkekeh, mentertawai hidupnya kini. "Enggak berfaedah." Lanjutnya dengan pandangan kosong.
Bayu mencibir lagi. "Yakin lo nggak cemburu, padahal muka lo makin kusut aja. Udah kayak benang yang nggak bisa lagi diperbaiki selain digunting."
Davi menggerutu kecil. "Lo mah gitu, ngomong selalu bisa." Ia berdiri ketika dilihatnya Ray dan Zelda semakin dekat. "Gue balik duluan, ya. Ada urusan mendadak, nih." Katanya kemudian, menepuk pelan bahu Bayu.
Bayu tersenyum miris melihat kepergian Davi dan kedatangan Ray. Ada yang mengganjal yaitu persahabatan mereka, yang tidak dicoba mencari jalan keluar. Ray mendekat, Davi menjauh. Tidak ada lagi keinginan untuk mereka berbaikan.
"Davi masih nggak mau ngomong sama gue? Padahal udah tiga hari loh dia diamin gue. Nggak biasanya, kan?" Ray yang baru tiba di hadapan Bayu langsung duduk di kursi panjang taman kampus yang diduduki Davi tadi. Zelda menunduk, lalu duduk di samping Ray dengan perasaan canggung. Siang ini ia tidak bertemu Rara dan Leo, pasalnya mereka tidak masuk kelas pagi tadi.
Bayu melirik Ray sekilas, menghela napas dalam lalu mendengkus sinis. "Lo sih udah tahu Davi lebih dulu suka sama Zelda, tapi masih aja diembat."
Ray melirik Bayu tajam. "Terus di sini sepenuhnya gue yang salah?" nadanya sudah tidak biasa, ada emosi bernama kesal di sana.
Bayu hanya mengedikkan bahu tak acuh, berargumen dengan Ray hanya akan membuat semuanya semakin kacau.
Bayu bangkit berdiri, menatap Ray dengan pandangan serius. "Kalau lo ingin semuanya kembali lagi, lo harus nyari cara supaya Davi bisa percaya lagi sama lo dan Zelda." Bayu melangkah meninggalkan kursi taman kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fate (Completed)
Teen FictionSequel INABILITY, bisa dibaca terpisah:) Menyembunyikan perasaan perihal biasa, berpura-pura tidak suka meski sebenarnya suka. Itulah yang Zelda lakukan, Zelda menyukai Davi, tapi yang dia tahu Davi menyukai Rani dan yang tidak dia tahu Davi menyuk...