Cinta itu aneh, datangnya tidak diduga dan berlalu begitu saja.
-Uknown
🍁🍁🍁
Andai kata merelakan itu semudah mengagumi, Davi pasti sudah melakukan itu. Merelakan Zelda bersama lelaki yang mampu membuat perempuan itu bahagia. Namun, realitanya Davi belum bisa merelakan Zelda, dia masih ingin berusaha meski telah melihat bagaimana Zelda tertawa bersama lelaki lain.Langit masih muram, Davi, Bayu dan Ray sedang menikmati makan siangnya di cafe campus. Ralat, bukan menikmati, tapi merenungi. Karena di sini pandangan ketiganya terpusat di meja dekat jendela. Meja yang ditempati ketiga junior mereka. Zelda dan Leo asyik berbicara, sedang Rara hanya memandangi keduanya dan sesekali tersenyum lirih.
Davi membuang napas, "Gue ke situ dulu, mau godain cewek." Katanya, berlalu dari hadapan Bayu dan Ray yang sontak saling menatap.
Bayu menunjuk punggung Davi yang menjauh dan Ray menggeleng pelan tidak tahu.
Ray memicingkan matanya ketika melihat Davi duduk di samping Rara. "Tuh, anak lagi kesambet apaan? Gue curiga deh kalau dia itu suka sama cewek cantik di samping Zelda."
Bayu membulatkan mulutnya, tidak mengerti dengan pemikiran Ray. Davi itu suka Zelda, mengapa Ray jadi berpikir Davi suka Rara?
Dia menggeleng samar melihat Ray yang sedang memandangi meja di samping jendela itu. "Eh, lo nggak sadar apa kalau Davi itu suka Zelda?"
Ray melirik Bayu sekilas, lalu tersenyum penuh arti. "Dia nggak pernah ngomong, mana gue tau."
Namun, di balik kata itu ada pisau yang Ray siapkan untuk menikam seseorang.
Bayu tidak menyadari hal itu, dia pikir ini hanyalah konflik biasa.
Sedang di meja dekat jendela, Zelda membuang pandangannya ke luar. Melihat rintik-rintik hujan dan segelintir orang yang berlalu lalang dengan memakai payung atau ada juga yang menutupi kepalanya dengan jaket.
Iris hazelnya tidak mau menatap pemandangan yang tepat di hadapannya.
"Eh, gue boleh minta nomor lo, nggak?" tanya Davi memandang Rara, berharap perempuan itu mengerti kodenya yang hanya untuk memanas-manasi Zelda.
Tapi, Rara sama sekali tidak mengerti maksud Davi meminta nomor ponselnya. "Maaf, Kak, bukannya nggak sopan, tapi saya nggak bisa kasih nomor saya sama cowok. Dilarang Mama."
Leo mengulum senyumnya mendengar jawaban polos Rara. Sedang Zelda hanya mendengar hal itu samar, karena fokusnya pada hujan yang mulai reda.
Davi bersungut, "Nggak ngerti kode amat, sih." Gerutunya pelan.
Leo menatap Rara, tersenyum memuji pada perempuan itu. Rara nyaris terbang, tapi belum sampai angannya melayang senyum Leo kembali menyentaknya ke alam sadar.
Davi sejenak berpikir, setengah melirik Zelda dia berdehem. "Zel, gimana kabar keluarga lo?"
Manik Zelda yang tadi fokus pada pemandangan di luar setengah melirik Davi. Dia hanya menatap lelaki itu sekilas, sebelum kembali mengalihkan pandangannya ke luar jendela.
"Buruk, kalau lo yang nanyain." Jawabnya tanpa kembali melirik Davi.
Hati Davi sakit mendengar hal itu. Meski kemarin dia sudah meminta Zelda untuk melupakan apa yang telah terjadi di antara mereka, tapi perempuan itu belum melupakan sepenuhnya.
Keadaan jadi tegang, karena keheningan yang menyerbu. Hingga Davi kembali bersuara, "Gue udah bilang lupain segalanya, Zel. Malam itu ..."
"Jangan ingatin lagi. Gue lagi berproses untuk ngelupain semuanya," Zelda memberi jeda. Iris hazelnya menatap dalam sang iris cokelat, kemudian berbicara lebih lanjut, "Ngelupain bukan hal yang mudah, Vi. Kalau pun gue ingin lupain kalau lo terus ingatin, gue nggak akan pernah lupa."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fate (Completed)
Teen FictionSequel INABILITY, bisa dibaca terpisah:) Menyembunyikan perasaan perihal biasa, berpura-pura tidak suka meski sebenarnya suka. Itulah yang Zelda lakukan, Zelda menyukai Davi, tapi yang dia tahu Davi menyukai Rani dan yang tidak dia tahu Davi menyuk...