Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di waktu selanjutnya
Tapi percayalah,jika kita ikhlas pasti semua hal yang kamu pikir buruk akan menjadi yang terbaik.-Davi Exavario
Setelah Davi mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi, ia melamar Zelda untuk menjadi pendampingnya sampai maut memisahkan. Dan kini, pernikahan mereka sudah memasuki usia tiga tahun dan telah memiliki satu putra.
Pagi ini akhir pekan, Davi sudah mengatakan akan membawa istri dan putranya untuk menghabiskan akhir pekan bertiga. Pukul tujuh mereka telah bangun dan sekarang sedang menikmati sarapan berupa nasi goreng buatan Zelda.
"Pap--pa." Zelda tersenyum kecil ketika putranya Abimanyu Raga Exavario yang tengah mengunyah biskuit SUN di genggamannya memanggil suaminya.
Umur Raga dua bulan lagi menginjak satu tahun, oma dan opa Raga akan menyiapkan acara besar-besaran untuk cucu pertama mereka.
"Anak papa udah bisa ngomong, ya?" Davi mengelus puncak kepala putranya penuh sayang, berharap Raga yang duduk di kursi roda bayi bisa merasakan kasih sayangnya.
Kegiatan sarapan itu diiringi kehangatan. Setelah mereka selesai bersiap-siap, Davi dan Zelda berniat mengajak putra mereka ke taman.
Davi membuka pintu depan rumahnya dengan Raga yang berada di gendongannya, sedangkan Zelda membawa makanan dan susu Raga. Perlengkapan yang lain nanti akan dibawa oleh asisten rumah tangga yang sengaja Davi pekerjakan, karena Zelda sekarang sibuk menjaga putra kesayangannya itu, juga sesekali melukis jika ada pesanan.
Oek oek
Zelda mengernyit heran melihat keranjang bayi di depan pintu rumahnya saat Davi mempersilahkannya keluar. Ia menunduk, meluruhkan kakinya.
Sekian detik kemudian, Zelda ternganga menatap bayi mungil yang di dalam keranjang bayi itu. "Bayi, Mas." Katanya setelah mengeluarkan bayi itu dari keranjang.
Davi mendekati istrinya itu. "Bayi siapa, sayang? Kok ada yang tega naruh di sini?"
Zelda menekuri setiap sisi keranjang bayi itu dan iris hazelnya menemukan secarik kertas yang tak terlipat.
Aku mohon jaga anakku. Namanya Awanair.
"Awanair?" gumamnya lirih.
"Sayang kita masuk dulu ke dalam dulu." Ajak Davi yang diangguki Zelda.
Zelda masuk ke dalam rumahnya kembali dengan bayi mungil itu di gendongannya. Bayi itu sudah tidak menangis lagi.
Mereka masuk ke dalam kamar, Raga dan bayi yang tadi di depan pintu sudah mereka baringkan di tengah-tengah ranjang.
Zelda menatapi putranya kemudian bayi mungil itu.
"Mas, apa yang akan kita lakukan? Apa kita harus membawa bayi ini ke kantor polisi agar orang tuanya datang mengambilnya?" ada perasaan hangat ketika tadi Zelda menggendong bayi mungil itu, tetapi tetap saja bayi itu bukan darah dagingnya, bahkan ia sendiri tidak tahu siapa orang tua bayi itu.
Davi yang duduk di sisi Zelda mengembuskan napas berat. "Sepertinya percuma kalau kita lapor ke polisi, nggak mungkin orang tuanya melakukan hal ini atas dasar ketidaksengajaan. Mas yakin ada yang salah pada orang tuanya, sehingga mereka tega menyimpan bayi ini di depan rumah kita."
Zelda menggangguk membenarkan, ia juga sempat berpikir seperti itu, namun jika memang orang itu sengaja apa alasannya dan juga mengapa di depan rumahnya?
"Mas, CCTV ...,"
"CCTV rusak sayang, belum diservice." Potong Davi seolah mengerti apa yang akan istrinya pertanyakan.
Davi memang menyewa security untuk berjaga di rumahnya, tapi dua hari lalu security tersebut meminta izin untuk pulang kampung karena istrinya akan melahirkan. Davi yang terlanjur mempercayai security itu membuatnya tidak mencari pengganti karena security itu berjanji akan kembali secepatnya.
"Terus bayi ini?"
"Apa isi pesan yang tadi kamu baca?" Zelda memberikan secarik kertas yang telah ia remas sehingga menjadi kusut.
Davi membaca tulisan itu kemudian menghela napas. "Sepertinya tidak ada pilihan lain, sayang. Kita harus mengadopsi bayi ini." Jelasnya membuat Zelda tampak berpikir. Ia takut jika ada seseorang yang ingin menghancurkan rumah tangganya sehingga menitipkan bayi mungil ini di sela kebahagiaan mereka.
Bukan negative thinking, hanya saja kamu pasti akan berpikir sama dengan Zelda jika berada di posisinya. Ada seseorang yang mengantarkan bayi mungil yang sangat tampan itu saat masih banyak rumah lain yang mungkin membutuhkan anak.
Melihat Zelda yang masih saja diam, membuat Davi kembali membuka suara, "Nggak mungkin kan kita ngantar di panti asuhan saat orang itu menitipnya pada kita? Walaupun aku nggak tahu apa motif dari ini semua, tapi aku berharap ini bisa menjadi kebahagiaan kita."
Zelda menatap suaminya kemudian menggangguk disertai senyuman tipis. Ia akan menyayangi bayi mungil itu seperti putra kandungnya, sebab ia sadar bayi itu adalah titipan Tuhan.
"Bagaimana kalau namanya Regan Awanair, biar ada kesamaan dengan Raga?" Zelda mengangguk semangat, lalu memeluk pinggang suaminya. Mereka menatap Regan dan Raga yang saling berpandangan dengan senyum tipis di bibir masing-masing seolah bermaksud berkenalan. Sungguh manis.
🍁🍁🍁
Sejak saat itu, Regan dan Raga selalu terlihat bersama, merayakan ulang tahun bersama. Andai saja wajah mereka dan pembawaan mereka yang sangat jauh berbanding itu tidak ada, mungkin saja keduanya akan dikira saudara kembar.
Orang tua Davi sempat tidak setuju dengan keputusan putra semata wayang mereka, tetapi ketika Davi bersih keras maka hal tersebut membuat mereka tidak bisa melakukan apa-apa.
Namun kebahagiaan atas kehadiran Regan perlahan hilang saat ia mengetahui siapa dirinya sebenarnya. Adopsi, itu yang ia dengar ketika usianya sudah remaja.
🍁🍁🍁
Ini yang terakhir:(
Apa ada yang sudah baca SEMESTA? anak-anak ZelDav lho😁😁😁
Yang udah baca angkat kaki😅 komen deng😄
See you di cerita anak mereka😗
Luvluv💕💕
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fate (Completed)
Teen FictionSequel INABILITY, bisa dibaca terpisah:) Menyembunyikan perasaan perihal biasa, berpura-pura tidak suka meski sebenarnya suka. Itulah yang Zelda lakukan, Zelda menyukai Davi, tapi yang dia tahu Davi menyukai Rani dan yang tidak dia tahu Davi menyuk...