Fate-20

6.2K 331 4
                                    

Seperti diperebutkan, namun tak diinginkan.

-Uknown

🍁🍁🍁

Pukul 3:15, saat matahari sudah bergerak ke arah barat, bus yang membawa para peserta dan panitia kegiatan Bina Akrab telah sampai di lokasi yang terletak di pelosok desa.

Ada beberapa rumah berpenghuni di sana, desa yang sangat terpencil. Desa itu masih bisa dijangkau listrik dan juga jaringan, walaupun jaringannya tidak sebagus di kota.

Setelah sholat ashar di masjid kecil yang menjadi tempat ibadah umat muslim di desa itu, panitia memerintahkan kepada para peserta untuk mendirikan tenda masing-masing yang dalam satu tenda terdiri dari empat orang.

Zelda dan ketiga teman barunya yang baru dia kenal di sini sedang berusaha membangun tenda mereka.

"Susah banget, sih." Gerutu Dinda, memukul-mukul kayu agar tertancap di tanah.

"Butuh bantuan?" tanya Leo, tiba-tiba telah berdiri di samping Zelda.

Zelda, Dinda, Mega dan Cecil melihat Leo yang tersenyum manis.

Mereka mengangguk serempak, "Untung lo dateng." Ucap Zelda yang hanya dibalas senyuman Leo.

Leo duduk, lalu memukul kayu itu hingga tertancap di tanah. Dia melakukan hal yang sama pada ketiga kayu selanjutnya.

"HEH, LO, KENAPA DI TENDA PEREMPUAN?" tanya Davi mendatangi mereka sambil membawa alat pengeras suara yang menggantung di lehernya.

Mereka jelas terkejut, setelah melihat Davi yang menatapnya tajam, Zelda memutar bola mata.

"Saya lagi bantuin mereka, Kak. Mereka nggak tau pasang tenda." Jawab Leo, bersikap tenang. Hal itu tentu membuat para perempuan yang tengah memperhatikannya mengangguk, termaksud Zelda.

Davi melepaskan alat pengeras suaranya, "Gue nggak suruh lo jawab." Katanya, penuh penekanan.

"Maaf, Kak." Leo menunduk, kemudian laki-laki itu meraih tali ujung tenda untuk mengikatnya pada kayu yang tadi telah dia tancapkan di tanah.

"Siapa yang nyuruh lo pasangin tenda mereka?" Leo tidak lagi menjawab ketika ditanya Davi, karena dia tidak diperintahkan untuk menjawab.

"EH, KALAU SENIOR TANYA ITU JAWAB!!" Zelda menutup telinganya ketika Davi kembali memakai alat pengeras suara. Dia membentak Leo, tapi tidak membuat Leo takut.

"Maaf Kak, tadi Ka--"

"Gue nggak suruh lo jawab."

Leo menghembuskan napas, jadi junior memang serba salah, menjawab salah tidak menjawab pun salah. Benar, senior selalu menang.

Zelda sudah jengah melihat kelakuan Davi, perempuan itu berdiri dan bertolak pinggang, menantang Davi.

Davi mengerutkan alisnya, heran melihat Zelda yang menatapnya tajam, wajah perempuan itu tertekuk, matanya mengeluarkan bara kemerahan.

"Apa lo liatin gue?" tanyanya melotot pada Zelda. Sekarang itu dia lagi emosi, karena lagi-lagi melihat Leo mendekati Zelda.

"Senior nggak berhak marah-marah mulu, apalagi kalau marahnya tanpa alasan." Balas Zelda, menatap Davi tajam.

Dinda, Mega dan Cecil melotot melihat keberanian Zelda, sementara Leo hanya menggeleng pelan.

"Gue nggak nyuruh lo ngomong." Balas Davi, dia juga ikut bertolak pinggang.

Zelda jadi kesal, perempuan itu semakin melebarkan bola matanya. "Kalau nggak mau gue ngomong, lo juga jangan ngomong. Maunya menang sendiri."

"SENIOR SELALU MENANG." Davi kembali berbicara menggunakan alat pengeras suara, sekedar mengingatkan pada semua peserta tentang undang-undang senior, entah siapa yang membuat undang-undang aneh itu.

The Fate (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang