Fate-41

4.1K 246 8
                                    

Mungkin, beginilah cara kerja dunia
Satu orang bahagia, namun yang lainnya terluka.

-Uknown

🍁🍁🍁

Zelda mengucek-ngucek hidungnya berulang kali, hingga mengakibatkan hidung kecilnya berwarna merah. Ini semua gara-gara Davi karena membiarkannya hujan-hujanan.

Namun, sedetik kemudian pipi Zelda merona ketika mengingat kejadian kemarin. Memalukan.

Tok tok tok

Zelda meraih bantal thropillownya untuk menutup telinganya. Sekarang ia butuh istirahat dan ia bersyukur karena hari ini tidak ada mata kuliah. Pasti orang tuanya dan Zerina sudah berangkat kerja.

"Zel, Ray di bawah nungguin lo." Suara Ivan membuat Zelda melepaskan bantal thropillownya. Ia melirik jam beker di atas nakas. Baru pukul delapan, tapi Ray sudah datang di rumahnya sepagi ini.

Zelda merasa kedatangan Ray bukanlah sebuah kebaikan. "Zel, woii!! Mau masih di dalam ngurung diri?! Lo kenapa, sih? Kemarin pas datang senyam-senyum, sekarang nggak mau keluar kamar. Lo kenapa, coba?!"

Zelda menghela napas, mengembuskannya pelan. Kalau ia membiarkan dirinya di dalam kamar terus, dia yakin Ivan pasti tidak akan tinggal diam saja.

Zelda bangkit dari posisinya, beralih menuju pintu kamarnya. Setelah membuka pintu, ia langsung berhadapan dengan Ivan yang mengernyit, melihat wajah pucatnya.

"Gue lagi nggak enak badan. Bisa nggak nyuruh Kak Ray pulang aja dulu?" tanya Zelda, memandang Ivan dengan mata sayunya.

"Ya Tuhan ... lo pucat. Kenapa nggak bilang kalau lo sakit. Jadinya ribet, kan?" Ivan menyentuh dahi Zelda, membuatnya merengut karena Zelda sama sekali tidak memberitahu siapa pun tentang kondisinya saat ini. Dari semalam perempuan itu hanya di dalam kamar, keluar hanya saat makan malam. "Ayo, lo harus ke rumah sakit sekarang." Ivan menarik pelan pergelangan tangan Zelda yang masih mengenakan piyama dengan motif dora emon.

"Iih, Bang. Ini cuman panas dikit doang, hanya butuh istrahat, kok." Meski Zelda menolak berkali-kali agar tidak dibawa di rumah sakit lagi, Ivan tidak akan pernah menuruti kemauannya yang satu itu.

"Nggak usah bawel, deh." Mereka menuruni undakan tangga dengan Zelda yang berjalan sedikit terseok-seok.

"Loh, Zel, lo kenapa?" Ray yang tengah duduk di sofa ruang tamu, langsung menegakkan punggungnya ketika melihat Ivan menarik Zelda menghampirinya.

Zelda menggeleng kaku, ia tidak pernah memikirkan bagaimana pertemuannya dengan Ray setelah ia dan Davi resmi bertunangan. Menurut Zelda, ia telah menyakiti Ray dengan tindakannya.

"Zelda demam, gue harus bawa di rumah sakit." Ivan yang merasa ada yang salah di antara Zelda dan Ray langsung angkat suara. Melihat adiknya hanya bungkam, ada rasa kasihan meski hanya sedikit.

"Bang, bukannya lo hari ini ada meeting?" Zelda sengaja mengalihkan pembicaraan, meski suaranya saat ini sangat lemah, ia berharap Ivan lebih memikirkan pekerjaannya.

"Urusan meeting itu gampang. Nanti gue nyuruh sekretaris gue buat ngatur ulang jadwalnya," Ivan tersenyum tipis pada Zelda, tahu adiknya itu hanya ingin mengelabuinya. "Oh ya Rey, lo mau ngomong kan sama Zelda? Di rumah sakit aja, oke?"

Ray hanya mengangguk. Hari ini Ray sudah memutuskan untuk meminta Zelda agar memberikan penjelasan padanya, biar Ray tahu apa langkah selanjutnya yang harus ia ambil.

Ray dan Zelda berjalan beriringan menuju pintu utama. Terasa canggung, seolah mereka baru bertemu setelah sekian lama berpisah.

Ivan juga hanya diam menyaksikan keduanya. Ia bersedia memberikan waktu Zelda dan Ray untuk menyelesaikan masalah mereka.

The Fate (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang