Fate-9

6.6K 416 5
                                    

Perjuangan itu seperti bernapas, kalau aku berhenti, aku mati.

    
-Zelda Andromeda

🍁🍁🍁

Motor Leo telah tiba di perkomplekan rumah Zelda, salah satu perkomplekan mewah di kota jakarta.

Kendaraan beroda dua itu berhenti tepat di pekarangan rumah Zelda. Petugas yang biasanya berjaga hari ini izin, karena akan mengantar istrinya ke rumah sakit yang akan melahirkan.

Zelda turun dari boncengan Leo, perempuan itu meneliti rumahnya yang kali ini sepi. Tidak seperti biasanya.

"Mau masuk dulu?" tanya Zelda saat tiba di teras rumahnya.

Leo berhenti di belakang perempuan itu, meneliti rumah Zelda yang mewah.

"Ngga usah deh, Zel. Udah mau maghrib, nih." Jawab Leo sambil melirik jam di pergelangan tangannya yang sebentar lagi menunjukkan pukul enam.

"Yaudah deh, hati-hati ya." Leo mengangguk, kemudian tersenyum hingga matanya menyipit.

"Gue balik dulu, ya. Lo juga hati-hati, nanti rumah lo ada hantunya lagi." Kata Leo dengan tawa mengejek.

Zelda mengerucut lucu, hal itu membuat Leo gemas.

Laki-laki itu mengacak rambut Zelda yang sudah berantakan, karena dari tadi dia belum menyisir rambutnya yang di kuncir.

"Kalau ngomong sama lo bikin lupa waktu, nyaman banget." Pipi Zelda merona, seperti orang yang baru pertama kali mendapatkan pujian dari seorang laki-laki tanpa ada hubungan darah.

"Udah gombalnya?" tanyanya mengulum senyum, agar senyumnya tak membuat Leo besar kepala.

Leo terkekeh pelan, "Udah." Sahutnya, kembali mengacak rambut Zelda.

"Iih ... udah, deh." Zelda cemberut dan Leo tertawa pelan.

Leo menghentikan tawanya, menatap Zelda lekat. Perempuan itu juga menatapnya, tepat di manik mata.

"Andai aja lo gak dijodohin, gue pasti jadi orang yang paling bahagia." Suara Leo mengalun lembut di pendengaran Zelda. Perempuan itu merasa nyaris terbang, sebelum Leo kembali bersuara.

"Gue balik dulu, entar gue jemput." Pamitnya sekali lagi, namun kali ini dia benar-benar pergi setelah mengacak rambut Zelda.

Zelda masih mematung di tempatnya berdiri, menatap punggung Leo yang sudah menjauh, hingga motor matic Leo meninggalkan pekarangan rumahnya.

Jika saja dia lebih dulu mengenal Leo di banding Davi, Zelda yakin Leo akan mampu membuatnya jatuh cinta dalam sehari. Tapi sayangnya, hati perempuan itu telah jatuh pada hati yang tidak mengharapkannya.

Zelda menarik napas, menghembuskannya pelan. Perempuan itu lalu membalik badan untuk segera meninggalkan teras rumah.

Namun, ketika badannya sudah sepenuhnya berbalik menghadap pintu, perempuan itu di buat terkejut.

Di depannya berdiri laki-laki jangkung yang tengah menatapnya terang-terangan. Davi sama sekali tidak mengalihkan pandang, walaupun bola mata Zelda nyaris keluar saking terkejut.

"Masuk, di luar ngga baik buat kesehatan lo." Suara bass Davi menyentakkan Zelda ke alam nyata.

Tetapi, dia kembali di buat terkejut saat genggaman hangat terasa menghampiri tubuhnya.

Bahkan,angin malam yang mulai datang menghampiri tak ia rasakan. Kini, kehangatan itu sungguh nyata.

"Mau masih berdiri di sini?" Davi memutar bola mata malas, ketika Zelda belum juga melangkahkan kaki.

The Fate (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang