Tidak bisakah sedetik saja jangan ada dia, cukup aku saja?
-Karin Maharani
🍁🍁🍁
Matahari sudah menjejaki bumi, cahayanya merosot ke seluruh penjuru, lalu menatap sendu lelaki yang tengah terpejam di balik gorden transparan.
Ruangan perpaduan warna putih-hijau itu tampak sepi, hanya seseorang yang menempatinya. Hening, sepi, dan merintih.
Semalam Davi dibawa di rumah sakit, orang tuanya belum ada yang datang. Papa sedang ada pertemuan di luar negeri, sedang mama sedang sibuk dengan klien bisnisnya yang mau mengelola cafe yang sudah dia rintis sejak lima tahu yang lalu.
Alat monitor menunjukkan garis melengkung. Cup alat bantu pernapasan tepat di mulut lelaki yang terpejam itu. Punggung tangan kirinya tertempel inpus.
Pihak rumah sakit sudah berulang kali menghubungi nomor orang tua Davi--mereka menemukan ponsel Davi di dekat lelaki itu tergeletak dalam jurang kematian--namun selalu operator yang menjawab panggilan itu.
Miris, bahkan saat Davi sedang berjuang sendirian antara hidup dan mati, orang tuanya masih sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Entah kebetulan dari mana, Davi dirawat di rumah sakit tempat Zerina bekerja.
Zerina memasuki ruang ICU, karena subuh tadi Davi dipindahkan di ruangan itu. Dia membutuhkan perawatan yang lebih intensif.
Dia mengalami patah tulang, tepat pada tulang sendi lengan kanannya membuat lelaki itu untuk beberapa hari atau bahkan minggu tidak akan dapat melakukan aktivitasnya seperti biasa.
Zerina memandangi wajah tenang Davi, dilihat seperti ini Davi ibarat laut yang tenang, tak bergelombang. Zerina tersenyum tipis, lalu menyingkirkan horden agar matahari pagi menyinari Davi.
"Coba kamu nggak hancurin harapan Zelda, saya pasti akan menghubungi dia sekarang untuk datang menjengukmu." Katanya tersenyum lirih. Zerina belum memberitahu tentang kecelakaan yang dialami Davi pada anggota keluarganya. Dia tidak mau Zelda khawatir berlebihan, karena Zerina tahu masih ada perasaan yang tertinggal di hati kecil adiknya itu.
Seorang suster menghampiri Zerina yang berdiri di samping brankar. "Dok, siapa yang akan kita hubungi? Orang tua pasien sudah dihubungi berulang kali, tapi belum ada jawaban."
Zerina menghela napas. "Ponsel pasien mana? Nanti saya mencoba menghubungi temannya."
Suster tadi menyerahkan ponsel Davi, kemudian berlalu untuk mengerjakan tugasnya yang lain.
Zerina menggeser layar ponsel itu, bersyukur tidak diberi password. Dia langsung mencari kontak yang mungkin bisa dihubunginya.
Iris pekat Zerina berhenti pada satu nama.
Dia mengembuskan napas, hanya nama ini yang familiar. Meski ragu, perempuan muda itu menekan tombol hijau.
Panggilan terhubung pada bunyi ketiga. Zerina menarik napas, ketika akan mengeluarkan suara. Tentu dia merasa kaku bicara dengan Rani, karena biar bagaimana pun yang dia tahu Davi membatalkan pertunangannya dengan Zelda dengan alasan lelaki itu telah memiliki pacar--Rani.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fate (Completed)
Teen FictionSequel INABILITY, bisa dibaca terpisah:) Menyembunyikan perasaan perihal biasa, berpura-pura tidak suka meski sebenarnya suka. Itulah yang Zelda lakukan, Zelda menyukai Davi, tapi yang dia tahu Davi menyukai Rani dan yang tidak dia tahu Davi menyuk...