Bahagia itu sederhana, tergantung dari cara kamu mensyukurinya.
-Davi Exavario
🍁🍁🍁
Semua pandang tertuju padanya ketika dia dipojokkan oleh Davi. Zelda ingin mengutuk laki-laki itu, laki-laki yang tiba-tiba menahannya saat akan ke kelas.
Tadi, Zelda dari toilet wanita dan ketika dia akan kembali ke kelasnya, Davi menahan pergelangan tangan perempuan itu. Zelda meronta, tapi apa dayanya yang sebagai perempuan, tidak akan mampu menyaingi kekuatan lelaki.
Davi mengurung tubuh Zelda pada tembok perbatasan ruang B3. Semua mahasiswa yang tadi berada di dalam ruangan itu langsung keluar menyaksikan apa yang sebenarnya terjadi hingga menimbulkan keramaian.
"Gue udah bilang, dengarin gue." Tangan Davi mencengkram tangan Zelda, menempelkannya pada tembok.
"Buat apa lagi gue dengarin lo?" tantang Zelda membuat semua mata melotot melihatnya. Pasalnya, selama ini belum ada yang berani menantang Davi.
Davi itu bukan lelaki yang bersikap lembut, jika emosinya dipancing, maka sifat kasarnya akan muncul.
Seperti saat ini, rahang Davi mengeras, cengkramannya pada tangan Zelda semakin keras membuat perempuan itu merintih.
"Lepasin gue!!" Zelda memberontak, tapi Davi tak acuh.
"Apa sih mau lo? Bukannya lo sendiri yang hancurin semuanya? Ini 'kan yang lo mau? Gue gak ada lagi di hidup lo, nggak jadi benalu lagi. Cukup, Vi. Gue mohon berhenti permainin hidup gue." Air mata Zelda meluruh, bahunya bergetar bersama suaranya yang berubah menjadi isakan.
Pandangan-pandangan meremehkan muncul, ada yang men-judge bahwa Zelda itu manja, cengeng, tanpa tahu apa yang sebenarnya perempuan itu rasakan.
Zelda terluka, merasa dipermainkan, bahkan dia merasa harga dirinya sekarang sudah tidak ada.
"Zel, jangan nangis. Please, jangan buang---"
"Lepasin gue. Jauhin gue. Lupain semuanya, anggap lo dan gue gak pernah ada." Potong Zelda di tengah isakannya.
Davi terdiam beberapa detik, cengkramannya pada pergelangan Zelda lentur.
Lelaki itu melepaskan Zelda, mengangkat dagu Zelda agar mau menatapnya."Apa lo gak bisa ngasih gue kesempatan?" lebih pada diri sendiri Davi bertanya, karena perempuan tempat pertanyaan itu diajukan tak menghiraukannya lagi.
Zelda menatap benci Davi, baginya tatapan terluka yang laki-laki itu perlihatkan hanyalah tatapan terluka palsu, penuh dengan kepalsuan.
"Nggak akan ada kesempatan kedua." Zelda menabrak bahu Davi, hingga laki-laki itu spontan mundur ke belakang.
Orang-orang kembali ke aktivitas mereka masing-masing, karena sudah tidak ada lagi yang bisa dijadikan bahan gosip.
Tatapan Davi berubah sendu, air mukanya berubah keruh.
"Wah, Vi, ada yang belum lo ceritain nih sama kita." Kata Bayu yang sedari tadi memperhatikan kelakuan Davi.
Di samping Bayu ada Ray, teman seperjuangan mereka. Keduanya menatap Davi dengan sorot penasaran, tapi Davi hanya mendesah kecewa.
"Nanti deh ceritanya, balapan yuk, lagi gak mood belajar nih gue." Balas Davi, setelahnya berlalu setelah mengajak kedua sahabatnya.
Bayu dan Ray saling berpandangan, seolah meminta penjelasan, lalu keduanya mengangkat bahu tanda tak tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fate (Completed)
Fiksi RemajaSequel INABILITY, bisa dibaca terpisah:) Menyembunyikan perasaan perihal biasa, berpura-pura tidak suka meski sebenarnya suka. Itulah yang Zelda lakukan, Zelda menyukai Davi, tapi yang dia tahu Davi menyukai Rani dan yang tidak dia tahu Davi menyuk...