Jangan datang memberikan harapan, jika akhirnya kamu akan meninggalkan beban.
-Zelda Andromeda
🍁🍁🍁
Subuh-subuh semua peserta telah dibangunkan untuk segera melaksanakan sholat berjamaah bagi umat muslim dan yang beragama non-muslim diperintahkan untuk olahraga dipimpin oleh panitia yang sedang masa menstruasi.
Setelah sholat subuh telah selesai mereka laksanakan, semua peserta diperintahkan ke lapangan besar SD yang menjadi tempat mereka membangun tenda.
"Zel, udaranya dingin banget, lo nggak apa-apa ikut olahraga?" tanya Leo khawatir, pasalnya udara di pagi ini dinginnya menembus kulit, laki-laki itu khawatir jika nanti asma Zelda kambuh.
Zelda memandang kabut yang masih setia menggantung di udara, melayang di permukaan tanah. Perempuan itu menarik napas, lalu melirik Leo yang berjalan di sampingnya.
"Nggak usah lebay, kalo penyakit dimanjain yang ada makin parah." Sahutnya, sedikit kesal. Orang-orang selalu mengkhawatirkan jika penyakitnya kambuh, sementara dia ingin hidup normal seperti orang lain, yang tidak merasakan sesak di dada.
Embun pagi yang masih menempel pada rumput lapangan terasa menusuk-nusuk kulit, pagi ini hawanya begitu dingin, padahal Zelda sudah memakai switer tebal dipadukan training biru navi dan sepatu sneakers untuk melindungi tubuhnya dari hawa dingin.
Leo memijit pelipisnya, pusing, kalau dia terus membalas perkataan Zelda, maka mereka akan berdebat sepanjang hari. Jadi, laki-laki itu hanya menghembuskan napas.
"Ayo," dia menarik lembut tangan Zelda, membawanya ke barisan kelompok delapan yang sudah berbaris rapi di lapangan.
"Woy ... dua-duaan mulu lo berdua." Cibir Anto--leader kelompok delapan--yang sedang mengatur barisan kelompoknya.
"Sewot lo, makanya jangan jomblo mulu." Anto mendengus sinis, sementara Leo dan Zelda hanya tertawa pelan. Padahal keduanya sama-sama jomblo, sama-sama menyiapkan diri untuk terluka jika hati yang mereka harapkan tidak mengharapkan mereka.
Tanpa keduanya sadari, di barisan kelompok sembilan yang berbaris di samping barisan mereka, Davi tengah memperhatikan aktivitas mereka dengan wajah kesal.
"Nggak capek apa tuh anak berdua mulu?" kesalnya, sambil menghentakkan kaki.
Laki-laki berkacamata yang berada di samping Davi melirik Davi lamat-lamat. "Kakak nanya siapa?" tanyanya kemudian, karena keheranan melihat Davi cemberut.
"Nanya setan." Jawab Davi asal-asalan, lalu langsung pergi dari situ.
Laki-laki berkacamata tadi menggeleng pelan, sementara teman-teman yang berbaris di depan-belakangnya menahan senyum.
Para cewek sempat terpukau melihat Davi berdiri mengamati barisan mereka, namun ketika melihat wajah kesal Davi mereka melupakan keterpukauan itu dan mengikuti arah pandangan Davi, saat itulah mereka sadar ada perempuan yang telah berhasil merebut hati Davi, dan sayangnya perempuan itu bukan berada di barisan mereka.
"Hari ini kegiatan kalian adalah kerja bakti, semua peserta akan dibawa oleh masing-masing pembimbing kelompoknya. Kakak pembimbing kelompok segera mengambil barisan di depan kelompoknya." Kata Sinta--salah satu panitia--memanggil semua panitia yang bertugas menjadi pembimbing untuk peserta yang telah dibagi menjadi sepuluh kelompok.
Setelah pengarahan, semuanya diarahkan oleh pembimbing kelompok masing-masing ke tempat yang telah ditunjukkan.
Davi yang melihat Bayu--pembimbing kelompok delapan--telah berjalan ke ujung lapangan, segera berlari menghampiri laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fate (Completed)
Teen FictionSequel INABILITY, bisa dibaca terpisah:) Menyembunyikan perasaan perihal biasa, berpura-pura tidak suka meski sebenarnya suka. Itulah yang Zelda lakukan, Zelda menyukai Davi, tapi yang dia tahu Davi menyukai Rani dan yang tidak dia tahu Davi menyuk...