"Yuk, (Nam), balik ke sekolah." Ajak Diat.
"Gue masih mau disini Yat," lirih (Nam) dengan matanya yang sembab akibat menangis.
"Andai lo tau (Nam), gue punya perasaan yang lebih ke lo, iya lebih dari sahabat. Gue suka sama lo, tapi gue sadar diri kalo lo itu sayangnya sama Aca, bukan sama gue." Batin Diat.
"Yat, kenapa bengong?," ucap (Nam).
"Eh- ga kok (Nam). Hehe." Ucap Diat seraya menyengir.
"Lo mau balik ke sekolah gak?," tanya Diat.
"Yaudah deh, gue balik ke sekolah." Ucap (Nam) pasrah.
Diat menggandeng tangan (Nam) menuju parkiran. Mereka berdua kembali menuju sekolah. Sepanjang jalan (Nam) hanya diam saja, mungkin ia masih sedih karena ditinggal Aca ke German.
SKIP, Sekolah.
Saat ingin menuju kelas, (Nam) dan Diat melewati kooridor yang cukup ramai, mungkin guru-guru sedang rapat jadi freeclass deh.
Dilapangan basket terdapat sejumblah siswa laki-laki mungkin kelas 10 sedang bermain basket. Tak sengaja, salah satu anak kelas 10 melempar bola basket menuju (Nam), Diat yang melihat langsung menghalang bola agar tidak terkena (Nam).
Bugh. Bola basket itu tepat mendarat di kepala Diat. Diat pun menuju lapangan basket dan bertanya siapa yang melempar bola basket itu.
"Woi, siapa yang ngelempar bola basket ini?!" Bentak Diat kepada anak kelas 10.
Semua yang sedang berada dilapangan basket pun seketika diam. Tak ada yang mengaku, sama sekali.
"Jawab goblok! Siapa yang ngelempar bola ini?," ucap Diat sambil membawa bola basket itu.
"Gu-gue, ka," ucap salah satu anak kelas 10.
"Lo tau, dengan lo main basket kaya tadi, bisa ngebahayain orang lain!." Balas Diat.
"I-iy-a ka, gue minta maaf,"
"Yaudah. Gue maafin, jangan diulangin lagi."
Diat akhirnya menuju ke (Nam).
"Lo gapapa kan, Yat?," tanya (Nam) memastikan bahwa Diat baik-baik saja.
"Elah. Gue gapapa, ini mah ga sakit."
"Oh-oke,"
(Nam) dan Diat menuju kelas. Sesampainya di kelas, (Nam) duduk dibangkunya. Ajeng dan Raisha pun menghampiri (Nam).
"Gimana (Nam)?," tanya Raisha.
"Ya gitu deh," ucap (Nam) seraya mengangkat kedua bahunya.
"Kelas ini, sekolah ini bakalan sepi. Gaada yang kena hukuman tiap hari, gaada yang rusuh di kelas," ucap Ajeng.
"Iya. Jeng. Bener," balas Ray.
"Apaansih, lo Ray. Nyambung aja, kek hotspot." Celetuk Ajeng.
"Yaudah sih!," balas Ray.
Bel pulang berbunyi. Seperti biasa (Nam) menunggu dihalte seorang diri, melihat sekelilingnya.
"(Nam), yuk, bareng." Ajak Diat.
"Ga deh, gue balik naik angkot aja." Balas (Nam).
"Tapi ini mau ujan (Nam), nanti lo keujanan. Mending bareng gue aja," tawar Diat sekali lagi.
(Nam) mengangguk. Menaiki motor Diat. Motor Diat melaju, meninggalkan sekolah. Pada saat itu, cuaca sangatlah mendung, tak lama turun hujan dengan deras. Diat mencari tempat berteduh, mereka berdua berteduh di sebuah toko.
"Ujannya gede banget ya," ucap Diat memecah keheningan.
"Eh, iya. Kalo ujan gini, inget Aca hehe." Balas (Nam).
"Inget nya? Gara-gara apa?,"
"Ya keujanan bareng, ehehe." Balas (Nam).
Taklama. Keheningan terjadi lagi. Hanya suara hujan dan kendaraan yang melintas, menemani mereka. (Nam) merasa dirinya kedinginan, bibirnya berwarna biru-keunguan, ya, hujan turun dengan deras dan angin bertiup kencang.
"(Nam), lo kedinginan ya?," tanya Diat.
"Ngga kok."
"Gausah boong deh, lo pake jaket gue aja ya. Mungkin bisa bikin badan lo anget dikit," ucap Diat seraya melepaskan jaket yang ia kenakan.
"Eh-gausah Yat, buat lo aja nanti lo kedinginan gimana?,"
"Udah gapapa. Gue kan cowo, nih buruan pake." Balas Diat.
(Nam) memakai jaket Diat. Namun, tetap saja (Nam) masih merasa kedinginan. Dengan inisiatif, Diat memeluk (Nam) supaya tubuh (Nam) tidak kedinginan lagi.
"Lo itu baik banget Yat. Lo itu mirip sama kaya Aca. Gue ngerasa nyaman kalo deket lo Yat." Batin (Nam).
"Andai. Lo tau perasaan gue yang sebenarnya, (Nam)." Batin Diat.
Next ga nih?
Baper ga sih?Vote+komen kalo udah baca yaw💕
Oiya, author bikin grupchat di line gitu. Kalo kalian readers disini, bisa join ko. Add aja line author its.selvii
Makasi💋
KAMU SEDANG MEMBACA
Badboy (Mffashar) ❌ (Namakamu)
Teen FictionJangan pernah menyia-nyiakan seseorang yang beneran sayang sama kamu. Kamu nggak akan tau, perasaan orang itu untuk esok dan seterusnya. Bisa saja dia bosan, karena di sia-siakan oleh kamu. Lalu, dia memilih untuk pergi. Dan akhirnya kamu menyesali...