41:: Jadian(?)

2.2K 176 32
                                    

HAPPY READING GAES.

"Maapin kalo banyak typo dimana-mana, hehe."

"(Nam), ke luar hotel yuk. Gue mau nyari udara segar nih, bosen sumpah." Pinta Ajeng. (Nam) pun hanya mengangguk, menuruti saja.

Di luar hotel. (Nam) begitu terpakau melihat matahari yang terbenam. Ya, (Nam) memang menyukai matahari yang terbenam.

"Jeng. Matahari nya bagus ya?," ucap (Nam).

"Iya bagus, cantik lagi, kaya orang yang di sebelah gue." Ucap Diat. (Nam) kaget karena bukan Ajeng yang berada di sampingnya, melainkan Diat.

"Loh, kok lo Yat? Ajeng mana?," tanya (Nam).

"Ajeng ke kamar dulu, mau ambil handpone katanya." Ucap Diat.

"Oh-oke."

"(Nam). Lo masih ngarepin Aca sampai kapan?," tanya Diat.

"Ntah. Kemungkinan sampai, gue udah ga ada di dunia ini lagi."

"Ish! Lo jangan ngomong gitu, dong!"

"Emang bener Yat. Andai Aca tau, gimana rasanya jadi gue, itu sakit Yat! Sakit!"

"Iya gue ngerti. Lo jangan ngomong gitu dong, kalo lo meninggal, terus gue harus bahagia sama siapa? Kan bahagia gue cuma ada di lo, (Nam)." Ucap Diat, seraya menatap (Nam) sambil tersenyum.

"Perempuan masih banyak Yat. Masih banyak di luaran sana yang jauh lebih cantik, perfect dari gue."

"Harus banget gitu, gue nyari diluaran sana? Jujur, mereka semua itu emang cantik-cantik, perfect. Tapi, hati gue cuma milih lo."

"Kenapa?," tanya (Nam).

"Lo mau tau alesan gue? Alesan gue itu simple (Nam). Lo itu orangnya bisa bikin gue nyaman dalam keadaan apapun."

"So?," balas (Nam).

"Lo tau sayang itu berasal dari mana?," tanya Diat.

(Nam) hanya menggeleng kan kepalanya.

"Nih ya, sayang itu berasal dari nyaman. Karena gue udah nyaman banget sama lo, berarti gue udah sayang banget ke lo." Jelas Diat dengan terus-terang.

Diat langsung memegang kedua tangan (Nam). Dan berkata " (Nam), will u be mine?,"

(Nam) diam sejenak. Dan akhirnya (Nam) membalas ucapan Diat itu. "Yes, i will."

Hari ini menjadi hari yang terkesan bagi (Nam). Karena ia telah menemukan pengganti hatinya yang retak. Diat, satu nama yang telah mengisi hati (Nam). Diat memeluk (Nam) dengan muka bahagia.

Aca yang tak sengaja melihat. Ia merasa sama sekali tidak menyesal. Kenapa? Atau mungkin Aca sudah sayang sekali dengan Clarissa?

Taklama, Ajeng, Raisha, dan Ray datang menghampiri (Nam) dan Diat.

"Weh, bau-bau jadian nih. Jangan lupa pj yak," ucap Ray.

"Yat. Jangan sampe lo nyakitin perasaan (Nam). Cukup Aca yang aja udah nyakitin perasaan (Nam). Gue harap lo jadi laki-laki terakhir yang di pilih (Nam)." Ucap Ajeng.

"Oh iya, kalo sampe lo bikin (Nam) nangis, lo bakal berurusan sama gue." Ucap Raisha sambil terkekeh.

"Anjir, kalem ae lah." Balas Diat.

Malamnya.

Mereka semua menikmati keindahan German. Mengelilingi tempat yang berada di German, suasana malam yang membuat German menjadi lebih indah.

"Jadi betah disini deh," ucap (Nam) sambil duduk dan memandang bintang-bintang yang ada di atas langit itu.

"Gaboleh gitu. Lo harus balik ke Indo, kan lo lahir disana." Balas Diat.

"Yaudah sih, hehe."




Neks ga woi?
Gue yang ngetik baper sendiri masa.

1. Kasih saran buat ending cerita ini.

Jawab woi!

Vote+komen jan lupa yaw

Makasii🌹

-JodohnyaAca💋-

Badboy (Mffashar) ❌ (Namakamu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang