Author Pov
Lisa memijit keningnya mencoba menghilangkan ketegangan di otaknya yang disebabkan oleh kedua orang tuanya. Bagaimana tidak? Dia baru saja selesai meeting, dicerca habis-habisan oleh Presdirnya, begitu kembali ke ruangan dan mengecek ponsel, sebuah pesan dari mamanya makin membuat darahnya 'panas'.
Papa dan mama mulai hari ini mogok bicara sama kamu kecuali kamu udah nikah
Singkat, namun menohok.
"What the???" Serunya setelah selesai membaca pesan tersebut. Segera dia menekan speed dial nomor 1, ayahnya. Tidak ada jawaban. Lisa menekan speed dial nomor 2, ibunya. Sama saja, nihil. Akhirnya dia menekan speed dial nomor 3."Nares!!" Serunya cepat sebelum adiknya diseberang sana menjawab.
"Wow kak kuping gue masih normal! Gak usah teriak gue juga denger kali." Protes Nares.
"Apa benar papa dan mama mogok ngomong sama gue sampai gue nikah??" Tanya Lisa to the point. Lisa memang tipe orang yang tidak suka terlalu basa basi.
"What?? Drama apa pula yang mamak dan bapak perankan sekarang??" Ujar Nares berlogat Batak yang dibuat-buat.
"Bah! Jawab aja iya atau tidak?? Cam mana pulak kau" Lisa jadi terbawa suasana. Diseberang sana Nares mulai ngakak. "cepetan Res jawab!" Lisa sudah mulai tidak sabar.
"Lah gue juga baru dengar hari ini dari elo kak. Udah 5 hari gue gak pulang dan kontak sama bonyok."
"Di gunung mana lagi loe sekarang?" Lisa sudah hapal betul sifat adiknya jika sudah lama tak pulang rumah sudah pasti adiknya ada di gunung. Entah apa yang dia dapatkan dari manjat gunung. Baru membayangkan saja Lisa sudah capek duluan. Makanya dulu Lisa paling anti jika harus ikut kegiatan para MAPALA. Dia lebih memilih untuk tidur di hari libur.
"Gue baru di jalan mau pulang. Sejam lagi nyampe rumah. Entar gue tanya mama dan papa dulu benaran apa nggak."
"Ya udah ntar kalo loe udah tanya mereka cepetan info gue."
"Iya bawel!" Seru Nares. "Kak kenapa loe gak nikah aja biar gak ada drama lagi. Gak capek apa loe?"
"Loe tanya aja papa dan mama sana apa mereka gak capek nyuruh gue nikah terus?"
"Loe masih belum move on juga dari-"
Sambungan telpon terputus. Lisa yang memutuskan sambungan telpon.
"Sialan si Nares..." Umpatnya dan bersandar penuh di kursi kebesarannya. Lisa mendesah napas pelan dan memutar kursinya menghadap dinding kaca besar di belakangnya yang langsung menyuguhkan pemandangan kota di sore hari. Tidak ada sunset karena langit sedang mendung berat, namun tak ada tanda kalau akan hujan.
Pikiran Lisa kembali melayang ke kejadian kemarin saat dia ke rumah orang tuanya karena sudah lama tak berkunjung. Lisa sendiri 6 tahun tinggal sendiri di apartemen yang tak jauh dari kantornya saat ini. Belum 5 menit berada di rumah orang tuanya, Lisa sudah bertengkar hebat dengan mamanya. Apalagi kalo bukan karena masalah pernikahan. Masih teringat jelas kalimat mamanya sebelum Lisa pergi dari rumah yang sampai saat ini masih terdengar jelas di telinganya.
Percuma jabatan kamu setinggi langit tapi kalo kamu belum nikah sama saja.
Kalimat itu semakin membuat darah Lisa mendidih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We Getting Married Yet?
RomanceSagara Fattah Ghani seorang dokter obgyn di RS terkenal di kota, sudah mencapai usia di awal 30 namun masih single karena terlalu sibuk dengan kerjaannya. Sementara sang ibu selalu memaksanya untuk segera menikah dan mengancam akan berpindah kewarga...