Saga menutup pintu dengan sangat perlahan, agar Marly yang sudah terlelap kembali terbangun. Wanita itu baru selesai meminum obatnya yang mengandung penenang. Kepalanya tertunduk sesaat menatap ujung sepatunya. Masih terbersit dengan jelas penjelasan Marly tentang kenapa dia meninggalkan dirinya belasan tahun lalu.
"Baiklah, hari ini saya akan mendengarkan semua penjelasan kamu," kata Saga kedengaran mengalah, lebih tepatnya lelah karena terus dipaksa untuk mendengar alasan Marly meninggalkannya dulu. Saga duduk di kursi yang berada tepat di sisi kanan ranjang.
Marly menyugar rambut panjangnya yang berantakan dengan gugup. Terlihat dia kesulitan menelan ludahnya sendiri "Aku... Aku ninggalin kamu dulu karena..." Marly menarik napas untuk mengatur suaranya yang terdengar bergetar "karena ambisiku untuk menjadi orang kaya dan sukses," Marly kembali menitikkan air mata. "Aku yakin dengan kuliah di Amerika, aku bisa menjadi dokter yang hebat dan menghasilkan banyak uang karena ilmu ku, lalu menikah dengan orang kaya. Kamu tahu kan, kehidupanku semiskin apa,"
Saga hanya diam, tidak menyangka jika gadis yang dipikirnya seseorang yang sederhana dan rendah hati, ternyata juga tergoda oleh harta dan kekayaan. Cinta tulus Saga tak sebanding dengan ambisi Marly.
"Jadi... Semua ini tentang harta? Kekayaan? Uang?" Gumam Saga dan merasakan nyeri yang menjalar di hatinya. "Karena saya miskin, kamu meninggalkan saya begitu saja? Cinta dan kasih sayang saya, tidak cukup untuk membuat kamu tetap bersama saya? Berjuang bersama untuk masa depan kita? Lalu, kenapa kamu harus bertahan bersama saya hingga 4 tahun?"
Linangan air mata Marly semakin deras dengan berbagai pertanyaan Saga yang menyudutkannya. Perasaannya berkecamuk, namun sudah mengetahui jika Saga akan merespon seperti ini.
"Aku sayang kamu, Gara makanya aku bertahan sama kamu! Tapi, aku nggak bisa melewatkan kesempatan itu begitu saja. Aku ingin memperbaiki nasibku, kedua orang tuaku, keluargaku! Itulah yang menjadi prioritasku waktu itu,"
Saga tertawa mencemooh kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan menuju jendela yang terbuka. Mencari udara segar demi menjernihkan pikirannya. Sayang tapi meninggalkan? Apa maksudnya?
"Apa hati saya hanya sebuah mainan untuk kamu?" Tanya Saga terdengar menyakitkan. "Kamu berkata sayang, but, in the end you still left me, Marly. Am I supposed to believe that?"
"I love you Saga! I always do, until today, I still have that feeling, like years ago. Aku terlalu terobsesi dengan keinginanku akan materi dan kesuksesan. Aku pikir, aku bisa menghilangkan kamu dari pikiranku dengan mudah setelah sukses dan mendapatkan pria yang lebih mapan. Tapi tidak satu pun hubungan ku berhasil,"
Marly memejamkan mata hingga cairan bening kembali mengalir di kedua sisi pipinya. "Because I still thinking over you, and it didn't work with any man. Aku terus memikirkan mu, tidak peduli seberapa keras aku berusaha melupakan kamu, aku tetap nggak bisa! Aku masih menginginkan kamu hingga saat ini. Kembalilah padaku, Gara. Maafkan aku... Maaf... Maaf..." Marly terus saja menangis sambil mengeluarkan kata maaf dari mulutnya tanpa henti. Saga yang terus membelakangi Marly akhirnya berbalik dan berjalan pelan ke arah wanita yang menatapnya penuh harap agar dimaafkan. Saga mematung dan melihat Marly tepat di manik matanya yang berair. Pria itu tersenyum tulus dan memeluk erat Marly, hingga wajahnya tertanam di perut Saga. Pria itu, benar-benar sudah memutuskan, bagaimana kehidupannya setelah ini.
***
Lalisa POVAku merasa kepalaku pusing, kaki dan tanganku terasa dingin, sekujur tubuhku berkeringat hebat padahal angin berhembus cukup kuat. Aku tidak tahu apa yang terjadi hingga aku bisa berada di sini. Yang aku ingat, aku berada di tengah-tengah meeting, hanya duduk, diam dan memperhatikan Ben yang sedang mempresentasikan projectnya. Kemudian keluar makan siang seperti mayat hidup, dan saat sadar aku sudah berada di atas roller coaster! Apa aku dihipnotis??
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We Getting Married Yet?
RomanceSagara Fattah Ghani seorang dokter obgyn di RS terkenal di kota, sudah mencapai usia di awal 30 namun masih single karena terlalu sibuk dengan kerjaannya. Sementara sang ibu selalu memaksanya untuk segera menikah dan mengancam akan berpindah kewarga...