Setelah mendengar Yolan akan menikah, kontan saja suara tawa Marco langsung terdengar. Dari yang tadinya pelan, menjadi terbahak hingga air matanya keluar. Marco sedang menganggap Yolan saat ini sebagai pelawak. Pelawak payah.
"Hahahaha," tawa Marco begitu membahana di sepanjang lorong yang sepi. Yolan hanya diam dan memperhatikan sampai kapan pria ini akan berakting gila seperti ini.
"Menikah?" Marco mengulang pertanyaan disisa tawanya. "Menikah sama siapa? Sama Channing Tatum favorit Lo itu? Hahaha. Yolan, Yolan. Segitu pengennya Lo menghindar dari gue sampai harus berbohong seperti itu," ucap Marco dan menyeka air matanya dengan punggung tangan. "Sumpah, baru kali ini gue ketawa sampai nangis,"
Yolan tersenyum. Senyum lembut yang membuat Marco lemah seketika.
"Nanti, kalo gue undang, datang ya?" Ucap Yolan yang membuat Marco sakit hati seketika.
"Maksud Lo apa ngarang cerita kayak gini?" Rahang Marco mengeras, tangannya terkepal hingga terlihat berwarna putih. "Lo ha-" Marco mengentikan kalimatnya, memilih mengembuskan napas kasar. "Lo nggak bisa menghindar dari gue, Lan. Nggak akan bisa," lanjutnya.
Karena Lo mengandung darah daging gue, kita lebih tepatnya
"Marco," panggil Yolan lembut hingga membuat pria itu sungguh terkejut. Kedua kalinya, Yolan kembali menyebut namanya. "Gue udah memutuskan untuk memilih pria lain. Gue harap, Lo juga bisa mendapatkan wanita yang baik, karena nggak ada kita di masa depan. Berhenti kejar-kejar gue, karena semuanya sia-sia. Lo nggak akan mendapatkan gue, atau apa pun selain kita akan saling menyakiti diri sendiri. Percaya, jika bersama yang ada hanya luka. Gue akan selalu ingat pengkhianatan Lo, karena memorinya begitu berbekas di hati dan pikiran gue. Setiap kali gue, liat Lo, betapa baiknya Lo sama gue, gue nggak bakalan lupa apa yang sudah Lo perbuat sama gue dan akhirnya kebencian gue semakin bertambah,"
Yolan menghela napas pelan. "It's very awful and make me have a nightmare every single night. Gue merasa nggak akan bisa memaafkan lo-" Isak tangis Marco mengentikan kalimat Yolan. Dia terpana, kali ini, pertama kalinya, dia melihat Marco menangis seperti anak kecil. Wajahnya penuh air mata, sesekali diusap Marco dengan punggung tangannya. Yolan merasa sedih, tapi, ini jalan terbaik.
"Marco," panggil Yolan dengan nada iba.
"Gu-gue nggak apa-apa," ucap Marco sesenggukan, mencoba menghentikan air matanya. Tapi, tangisannya semakin menjadi. "Gu-gue.. emang brengsek. Selama ini, gue egois, nggak pernah mikirin perasaan Lo. Ternyata gue cuma jadi beban Lo. Gue pikir Lo bakal luluh sama usaha gue selama ini. Tapi, luka yang gue torehkan terlalu dalam sampai nggak akan bisa sembuh. Gue terlalu sayang sama Lo, sampai menutup mata sama perasan Lo sendiri. Maafin gue Lan, gue cinta banget sama Lo. Tapi, gue nggak bisa jauh dari Lo. Gue, lebih baik mati," Marco tergugu dengan tangisannya, hingga dia tak bisa berkata apapun, selain menutup wajah dengan telapak tangannya. Setelah sekian lama, akhirnya dia mengerti, kenapa Yolan begitu benci pada dirinya. Apa yang dilakukannya dulu sangatlah buruk.
Yolan bergerak maju, memeluk Marco erat, seperti tidak akan bertemu lagi.
"Gue yakin, Lo pasti bisa hidup tanpa gue, sama seperti gue," Yolan mengambil langkah mundur. Wajah Marco masih basah karena air mata, tapi tangisnya mulai mereda.
"Keep healthy and happy. Gue... Udah maafin Lo. Jadi, jangan hidup dalam rasa bersalah lagi," Yolan tersenyum lalu berbalik, berjalan menjauhi Marco yang masih meneteskan air mata.
"Lan!" Teriak Marco. "Bunuh gue sebelum Lo pergi! Gue nggak akan sanggup hidup dari sekarang,"
Yolan terus berjalan tanpa mau menoleh ke belakang, apalagi menanggapi permintaan gila Marco. Suara Marco yang terdengar meraung, terus memanggilnya tidak juga menghentikan langkah Yolan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We Getting Married Yet?
RomanceSagara Fattah Ghani seorang dokter obgyn di RS terkenal di kota, sudah mencapai usia di awal 30 namun masih single karena terlalu sibuk dengan kerjaannya. Sementara sang ibu selalu memaksanya untuk segera menikah dan mengancam akan berpindah kewarga...