Author POV
'Ayo kita menikah'
Seminggu. Ya, genap seminggu sejak kejadian Lisa tiba-tiba diajak menikah oleh pria yang bahkan baru ditemuinya 2 kali. Sejak seminggu pula kata-kata Saga-yang mengajaknya untuk menikah-selalu terdengar di telinga dengan jelas seperti kaset yang otomatis me-rewind dengan sendirinya. Membuatnya susah tidur, bekerja pun lebih banyak melamun. Baru kali ini dirinya sekacau sekarang. Semua hanya karena seorang pria bernama Saga.
"God..." Lisa mendesah sambil menatap nanar sunset dari kursinya. Biasanya sunset akan selalu membuatnya bersemangat, entah kenapa hari ini malah membuatnya menjadi lebih sendu dan istilah gaul sekarang, galau. Lisa kembali mengingat kejadian saat di rumah sakit yang berputar ke belakang seperti potongan film.
#Flashback
"Jadi, ayo kita menikah." Ujar Saga tenang dan tersenyum. Reaksi Lisa hanya menganga hingga ponselnya terjatuh dari genggaman saking terkejutnya. Biasanya dia hanya menerima pernyataan cinta untuk dijadikan pacar. Tapi diajak menikah? Hanya Saga saja yang pernah menawarkan. Jadi tidak salah kan jika dia sekaget sekarang?
Beberapa menit berlalu dan Lisa masih menganga. Saga pun mengambil ponsel yang terjatuh dan memberikannya pada Lisa. Saat itu juga kesadaran Lisa kembali sepenuhnya dan mengambil ponselnya dengan cepat. Dia segera tersadar dan mengusap bagian belakang lehernya.
"Ha-ha-ha kamu bisa aja bercandanya. Ha-ha-ha" Lisa tertawa awkward mencoba menghilangkan atmosfir aneh di sekitarnya.
"Saya..." Saga menggantung kalimatnya dan mensejajarkan pandangannya dengan wajah Lisa "tidak bercanda. Dengan menikah kita sama-sama diuntungkan."
"Kamu suka sama aku?" Tembak Lisa random.
"Nggak. Saya cuman menawarkan solusi. Masalah kita sama dan kamu salah satu teman baik Yolan. Saya yakin kamu wanita baik-baik. Jadi tidak ada salahnya kita mencoba."
Lisa berpikir sebentar. Menganalisa apakah pria dihadapannya ini benar-benar serius atau sedang bercanda. Karena jika dia sedang bercanda, tentu tidak lucu sama sekali.
"Saya juga punya masalah besar jika tidak menikah dalam waktu dekat. Jika dengan menikah sama kamu bisa menyelesaikan masalah saya, saya tidak keberatan."
"Tapi aku keberatan. Kita baru bertemu dan kamu sudah mengajak aku menikah dengan dalih masalah kita sama? Bagaimana aku bisa percaya kamu?" Lisa melipat tangan di depan dadanya, dan memandang Saga tajam.
"Menikah tidak harus karena cinta kan? Apalagi kita sama-sama tidak saling menyukai. Saya cuman butuh status saja. Kalo kamu tertarik dengan penawaran saya, saya akan menceritakan masalah saya."
"Kenapa harus sama aku? Memang kamu gak punya pacar apa? Kamu kan dokter dan gan-gak jelek juga" Lisa hampir mengakui kalo Saga itu tampan. Syukurlah belum keceplosan.
"Saya cuman butuh kamu."
Blush~ Lisa bisa merasakan pipinya panas. Seumur hidup, baru kali ini ada pria asing yang membutuhkannya.
"Jadi gimana? Kalo kamu butuh waktu-"
"Aku anggap kamu gak pernah ngomong kayak gini." Tegas Lisa memotong kalimat Saga. Pernikahan hanya sekali seumur hidup dan dia tidak mau jika harus menjalani pernikahan palsu. Apalagi hanya untuk menghindari pertanyaan 'kapan nikah'.
"Kalo kamu berubah pikiran sudah tahukan cari saya ke mana?" Saga setengah berteriak karena Lisa yang sudah jauh di depannya. Sementara Lisa lebih mempercepat langkahnya.
"Dasar laki-laki gila!"
#Flashbackend
***
Hari ini apartemen Yolan lebih ramai dari biasanya. Kedua sahabat gilanya Rere dan Lisa sedang datang ke tempatnya untuk merayakan Rere yang negatif hamil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We Getting Married Yet?
Lãng mạnSagara Fattah Ghani seorang dokter obgyn di RS terkenal di kota, sudah mencapai usia di awal 30 namun masih single karena terlalu sibuk dengan kerjaannya. Sementara sang ibu selalu memaksanya untuk segera menikah dan mengancam akan berpindah kewarga...