Author POV
"Yolan," kepala Marco muncul dari balik tembok, memanggil Yolan yang baru saja selesai mencuci tangan. Marco adalah dokter spesialis saraf, salah satu kolega Yolan yang paling ingin dihindarinya setiap hari.
Yolan yang tak menjawab panggilannya membuat Marco segera melangkah masuk.
"Saraf auditori Lo kayaknya bermasalah. Mau gue periksa?" Sarkas Marco yang berhasil membuat Yolan berpaling padanya.
"Apa?!" Jawabnya kasar.
"Gue cuman pengen ajak makan siang. Apa gue salah?" Desah Marco pelan.
"Iya. Apapun yang lo buat semuanya salah."
"Segitu bencinya lo sama gue Lan? Gue udah berusaha buat tebus kesalahan gue. Apa nggak cukup?"
Yolan menatap mantannya itu dengan emosi yang tak bisa dijelaskan.
"Jangan tatap gue kayak gitu," ancam Marco dan bergerak maju ke arahnya. Yolan tahu benar selanjutnya apa yang akan terjadi dengan ancaman tersebut. Mereka akan berakhir di ranjang. Dan memang dia menginginkan hal itu saat ini.
***
Yolan bersandar manja di dada Marco, sementara pria itu sibuk membelai rambut panjang Yolan. Mereka baru saja menyelesaikan 'permainan panas' mereka secara singkat. Tak ada percakapan setelahnya, mereka hanya seperti itu, diam sambil sesekali Marco mengecup lama kening Yolan."Marry me," Marco bersuara, membuat Yolan mendongak.
"No," jawab Yolan singkat dan menggigit dagu Marco yang membiru karena baru saja bercukur tadi pagi.
"Kenapa? Masih nggak percaya sama gue?" Yolan yang ditanya hanya diam.
"Selama kita pacaran dulu Lo gak pernah nyinggung soal pernikahan. Kenapa setelah putus malah sering ngajak nikah?" Sindir Yolan.
"Because we love each other," jawab Marco yang langsung disambut tawa Yolan.
"Tidak ada yang lucu Yolan," suara Marco terdengar tegas. Yolan berhenti tertawa dan mengecup bibir Marco.
"Just because we having sex, it doesn't mean I love you. Lo tau gue cuman pengen main bersih. Dan lo juga cuman butuh partner. Itu aja,"
Rahang Marco terlihat mengeras setelah mendengar jawaban Yolan.
"Tapi-"
"Gue harap, Lo tau batasan Lo Marco. Kita hanya mantan... with benefits," Ujar Yolan memotong Marco yang hendak menyuarakan protesnya.
Marco tersenyum getir, "I know," ucapnya dan mencium pipi Yolan.
Yolan melirik arloji ditangan kanannya. Sebentar lagi dia harus menjemput Rere. Mereka berencana makan siang bersama. Yolan segera keluar dari pelukan Marco yang nyaman menuju cermin yang tertempel di atas wastafel cuci tangannya.
Dia merapikan kemeja serta riasan dan menurunkan rok span yang sudah naik sampai di atas perut akibat ulah Marco. Setelah dia mengulas lipstik, Yolan berbalik menatap Marco yang sedari tadi memperhatikannya.
"Remember the rule. 10 minutes after me," Marco mengangguk dan Yolan segera meninggalkan ruangannya. Begitu pintu tertutup, Yolan bersandar di pintu, seakan tenaganya telah disedot Marco, sehingga rasanya berdiri saja sudah tak sanggup. Pengaruh Marco begitu hebat hingga bisa mempengaruhi kehidupan Yolan. Dulu dia begitu memuja pria tersebut. Tapi itu dulu...
***"Capek?" Seruan Saga membuyarkan lamunan Lisa. Pria itu bersikeras mau menjemput Lisa padahal ada anak buah Lisa yang akan menjemputnya.
"Enggak kok, lagian cuman beberapa jam aja." Jawab Lisa mencoba menghilangkan kegugupannya. Mereka hanya berdua di dalam mobil bagaimana dia tidak gugup? Salah. Pria ini yang selalu membuatnya gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We Getting Married Yet?
RomanceSagara Fattah Ghani seorang dokter obgyn di RS terkenal di kota, sudah mencapai usia di awal 30 namun masih single karena terlalu sibuk dengan kerjaannya. Sementara sang ibu selalu memaksanya untuk segera menikah dan mengancam akan berpindah kewarga...