Jangan bosan sama Lisa & Saga yaa ♥️
***
"Sebenarnya yang dokter itu aku atau kamu? Kenapa harus aku yang bantu melahirkan? Kalo ada sesuatu yang buruk terjadi karena aku gimana? Kalo aku dituntut? Kalo aku-""You can do it, Lisa" ujar Saga lembut dan mengusap lengan atas wanita yang mematung tersebut. "Saya tidak bisa membantu langsung dalam proses kelahiran kali ini. Baru pegang perut istrinya saja, suaminya sudah melotot. Apalagi kalo saya sampai melihat pretelan istrinya? Menurut kamu apa yang akan terjadi Lisa?"
"Tapi kenapa harus akuuu..." Lisa hampir menangis lagi "aku phobia sama darah..."
"Karena kamu perempuan. Pasti tak akan jadi masalah. Dan juga, karena kamu Lisa. GM terbaik se-Asia yang serba bisa, cantik, bisa diandalkan-"
"Oh, just stop it, Saga," Lisa bisa merasakan pipinya memanas. "Kalo aja ada maunya kamu muji aku setinggi langit," sungut Lisa dan mengerucutkan bibir.
Saga hanya tertawa dan mengacak rambut Lisa yang memang sudah acak-acakan. "Ayo cepat waktu kita nggak banyak," Saga kembali menarik tangan Lisa dan tak ada perlawanan lagi. Wanita dibelakangnya hanya pasrah, terus berdoa, semoga kuat menghadapi phobia terbesarnya.
Mereka sudah masuk kembali ke dalam kamar dengan penerangan seadanya dari lampu minyak sederhana. Saat tatapannya bertemu dengan Pak Umbu, Lisa bergidik dan memalingkan muka. Tak mau menatap, masih teringat bagaimana perlakuannya pada Lisa.
Saga dengan sigap membantu Lisa untuk mencuci tangan, kemudian membasuhnya dengan alkohol 70%. Setelah itu, memakaikan Lisa jubah berbahan plastik, diikuti handscoon steril, masker dan penutup kepala. Setelahnya Saga juga melakukan hal yang sama.
"Are you ready?" Ujar Saga dari balik masker yang sudah menutup mulut dan hidungnya, hingga hanya terlihat mata bulatnya. Lisa mengangguk gugup dan mengacungkan jempol. Setelah menginstruksikan Pak Umbu dan nenek agar berada di masing-masing sisi ibu Magdalena-menggengam tangannya, Saga segera beralih ke Lisa yang juga menatapnya. Saga berdoa sebentar, seperti biasa sebelum melakukan tindakan. Ini pertama kalinya dia membantu seorang ibu melahirkan normal, bukan melalui operasi sepeti biasa dengan kondisi minim fasilitas serta penerangan dan bukan berada di rumah sakit. Dia hanya berharap si bayi bisa keluar dengan selamat tanpa masalah berarti.
"Sekarang tekuk kedua kakinya, kemudian buka lebar," Lisa segera melakukan instruksi Saga, sementara pria itu melihat dengan seksama, seakan Lisa tengah melakukan ujian praktek. "Good. Sekarang buka kainnya dan lepas celana dalamnya," lanjut Saga.
Lisa menelan ludahnya. Ini pertama kalinya dia melihat vagina selain miliknya. Dan semua ini gara-gara suaminya. Lisa tiba-tiba berpikir, bagaimana dengan Saga yang sudah melihatnya ratusan kali mungkin? Dengan berbagai bentuk dan warna dan, ah... Sudahlah.
Saat membuka celana dalam ibu Magdalena, Lisa segera mencium bau anyir yang menembus maskernya, membuat mual seketika. Dia sempat mundur selangkah sambil menutup mulut dengan tangan.
"Lisa, hang on. Kamu bisa, saya yakin. Kamu bisa mengalahkan ketakutan kamu. Bayangkan kalo kamu itu dokter, yang berusaha menyelamatkan nyawa pasiennya. Ketakutan kamu hanya satu. Persaliman tidak berjalan lancar. Hanya itu ketakutan kamu sekarang," Saga yang berdiri tepat di samping Pak Umbu terus memberi semangat. Keberaniannya kembali muncul, membuatnya kembali maju satu langkah, kemudian menyalakan senter yang terpasang di kepalanya. Mengarahkan tepat diantara selangkangan ibu Magdalena
Selanjutnya, teriakan Lisa terdengar namun teredam maskernya. Matanya terpejam erat, badannya terasa kaku.
"Kenapa? Apa yang kamu lihat?" Saga ikut panik. Tak ada respon berarti, karena wanita itu masih mematung, seperti berada di dunianya sendiri. Lisa merasa telinganya berdenging, tubuhnya serasa limbung, hingga membuatnya berlutut. Kepalanya sakit, jantungnya berdetak diluar batas normal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We Getting Married Yet?
RomanceSagara Fattah Ghani seorang dokter obgyn di RS terkenal di kota, sudah mencapai usia di awal 30 namun masih single karena terlalu sibuk dengan kerjaannya. Sementara sang ibu selalu memaksanya untuk segera menikah dan mengancam akan berpindah kewarga...