55

287K 16.5K 753
                                    

Author POV

"Am I hurt the baby?" Bisik Marco lembut di depan bibir Yolan, sepuluh menit setelah pelepasannya. Seperti sebelumnya, Yolan menggeleng, diikuti mengecup bibir Marco.

"The baby is okay, sayang," Yolan tersenyum geli, merasa aneh sendiri saat mengucapkan sayang, sesuatu yang dari dulu tidak pernah terbayangkan.

"Sayang?" Ulang Marco hampir tidak percaya dengan yang didengarnya. Yolan mengangguk dengan wajah merah menahan malu.

"Aku suka dipanggil sayang," Marco memberikan sebuah ciuman panjang sebagai ungkapan bahagia. Sejak dua jam yang lalu sebelum pergumulan panas mereka, telah diputuskan bahwa Yolan dan Marco akan ber-aku-kamu ria.

"Apa adek nyusahin Mama selama Papa nggak ada?" Marco bergerak ke bawah, mensejajarkan kepalanya dengan perut Yolan. Mencium dan mengusap penuh sayang.

"Nggak, Pa. Adek nggak nakal, kok," jawab Yolan dan mengusap belakang kepala Marco. Pria itu mendongak ke atas dan tersenyum saat Yolan juga menarik sudut bibirnya ke atas.

Marco kembali memberikan ciuman pada perut yolan sebelum bergabung kembali ke pelukan Yolan.

"Aku cinta kamu, aku sayang kamu. Aku nggak mau kehilangan kamu lagi. Aku janji nggak akan nyakitin kamu, atau pun anak kita," ucap Marco sungguh-sungguh.

"Aku tahu," kata Yolan setengah berbisik. "I love you too,"

Mereka sama-sama tersenyum bahagia, saling memandang wajah masing-masing dengan pancaran mata penuh cinta yang hangat. Tubuh telanjang mereka semakin erat saat Marco mengetatkan pelukannya, namun masih memberi ruang pada tangannya yang digips.

"Aku pikir, aku nggak bakalan lihat kamu lagi, Lan," Marco mengetatkan pelukannya. "Aku udah pasrah apa pun yang terjadi. Aku cuma berharap bisa lihat kamu sebelum pergi,"

"Tapi kamu ada di sini sekarang. Bersamaku dan anak kita,"

"Aku tahu dan aku sangat bersyukur diberikan kesempatan oleh Tuhan, dan juga kamu. Apalagi yang aku butuhkan? Keinginan terbesar aku menikah sama kamu akan segera terwujud,"

Yolan menatap wajah Marco dengan seksama, meneliti setiap sudut wajah tampan yang masih berbalut luka, akan menjadi miliknya, selamanya. Menyusuri perlahan dengan jari lentik Yolan.

"Aku nggak pernah nyangka, wajah ini, yang akan aku lihat sebelum tidur, dan, terbangun esok harinya. Wajah yang dulu paling aku benci, namun, menjadi yang paling ingin aku lihat hari ini. Kamu nggak tahu, aku kayak orang gila di UGD. Sampai Saga marah, dan bentak aku karena lebih milih di UGD nunggu kamu daripada istirahat,"

"Dia bentak kamu?" Tanya Marco tidak percaya. "Aku bakalan bikin perhitungan sama dia," lanjutnya dengan ekspresi marah.

"Perhitungan gimana?" Yolan mendelik penasaran.

"Buat perhitungan. Satu tambah satu, terus, dua tambah-aww!" Marco meringis kesakitan saat Yolan menekan lukanya kuat."Sakit, Yang!"

"Bercanda kamu nggak lucu!" Sungut Yolan kesal diikuti Marco yang tertawa, begitu gemas melihat ekspresi kesal Yolan.

"Kita pulang hari ini ya? Kamu pindah ke apartemen aku. Tinggal sama aku mulai hari ini," pinta Marco dan mengecup satu per satu jari Yolan.

"Iya, aku mau," sekali lagi, Marco seperti tidak ada habisnya untuk terkejut ketika dengan mudahnya Yolan mengiyakan apa pun permintaannya. Pria itu melirik ke atas meja kecil, menatap jam yang telah menunjukan pukul lima pagi. Masih ada waktu dua jam sebelum sarapan.

"Lemme eat my dessert," Marco menyeringai, menghilang di dalam selimut, diikuti Yolan yang mendesah tak karuan saat bagian sensitifnya dibelai lembut oleh lidah Marco.
***
Lalisa POV

Are We Getting Married Yet?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang