Author POV
Sandwich yang dibuat Lisa sudah selesai 5 menit yang lalu. Seharusnya Saga juga sudah turun dari tadi. Tapi, sepertinya tidak ada tanda-tanda jika Saga akan ikut sarapan bersamanya. Karena dari tadi tidak terdengar aktivitas dari dalam kamar Saga. Penasaran, Lisa kembali berjalan ke atas dan mengetuk pintu kamar Saga.
Dua kali Lisa mengetuk, tidak ada respon dari Saga. Entah itu suara atau sekedar membukakan pintu. Hening. Lisa tiba-tiba menjadi khawatir. Tanpa minta izin tangannya bergerak memutar kenop pintu.
"Kosong," gumam Lisa dan berjalan pelan ke dalam sambil melihat sekeliling. Dia berinisiatif mengetuk pintu kamar mandi. Juga tak ada jawaban.
"Kayaknya Saga udah berangkat dari pagi-pagi. Mungkin ada operasi mendadak," Lisa hendak berbalik pergi namun berhenti saat melihat ponsel Saga yang terletak di atas nakas samping tempat tidur. "Buru-buru banget sampai lupa bawa hapenya," sebuah ide brilian melintas di otak cerdasnya. Lisa tersenyum dan mengantongi ponsel tersebut di dalam blazernya. Hari ini, Lisa akan memberikan kejutan untuk Saga dengan muncul tiba-tiba di rumah sakit. Pasti suaminya akan sangat senang, kemudian mereka akan makan siang bersama.
Baru membayangkannya saja, Lisa sudah bahagia dan terus tersenyum sembari keluar dari kamar.
***
Sepertinya Lisa harus menunda kejutan untuk Saga. Justru dirinya yang diberikan kejutan oleh Rere. Masih siang bolong, Rere datang ke kantornya dalam keadaan mabuk dan menangis sesenggukan karena sedang bermalasah dengan Joe."Huwaaaaaaaa ~" tangis Rere mengisi seluruh sudut ruangan Lisa. "Dia udah 3 hari nggak pulang Lisaaa..."
"Kenapa lagi?" Tanya Lisa hampir bosan. Selalu saja mereka bertengkar seperti ini meski sudah bertahun-tahun pacaran.
"Dia... Marah karena gue panggil dia cowok nggak berguna. Cuma manusia pemakan beras," lirih Rere dan menangis semakin keras.
"Astaga. Gue kira apaan. Ya telponlah dia! Suruh pulang," gusar Lisa dan membantu Rere berdiri setelah sahabatnya itu menangis sambil guling-guling di lantai. Susah payah Lisa membantu Rere untuk berbaring di atas sofa.
"Nggak mau! Gengsi! Tapi gue kangen dia Lisa... Gue kangen... Huwaaaaaa..." Lisa menutup kedua telinganya karena tangisan Rere yang membuat telinganya sakit saking nyaringnya.
"Biar gue yang telpon dia suruh pulang," ujar Lisa dan akan menghubungi Joe. Tapi tangan Rere lebih cepat menyambar ponsel Lisa hingga terjatuh dengan keras ke lantai sampai casing Lisa terbelah dua.
"Jangan! Jangan telpon dia. Biar dia yang sadar sendiri dan pulang ke rumah, dan-hoeekkkkss," Rere sukses menumpahkan semua isi perutnya di atas karpet kesayangan Lisa.
Lisa hanya bisa mendesah pelan, memijit pangkal hidungnya sesaat kemudian memungut ponselnya yang tercecer. Mencoba memasang kembali namun tak mau hidup saat Lisa menekan tombol on.
"Sialan," Lisa mengumpat ke arah Rere yang sekarang malah tertidur setelah muntah. "Kalo udah sadar ganti hape gue!" Lanjutnya dengan emosi sambil mengacungkan ponselnya ke arah Rere.
Sebuah getaran halus dari dalam saku blazernya membuat perhatian Lisa segera teralihkan. Dia lupa jika masih menyimpan ponsel Saga. Ada sebuah pesan yang muncul di layar. Dari nomor tak dikenal
0819873450xx : Kamu sibuk?
Lisa penasaran setengah mati, namun berusaha keras menahan jarinya agar tidak membuka pesan tersebut. Bagaimana pun, ini ponsel Saga. Dia tidak boleh membuka sembarangan dan mengecek berbagai pesan serta foto di dalam sana. Ketika Lisa berniat tidak mau peduli dengan si pengirim misterius itu, pesan berikutnya dari nomor yang sama masuk kedua kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We Getting Married Yet?
Любовные романыSagara Fattah Ghani seorang dokter obgyn di RS terkenal di kota, sudah mencapai usia di awal 30 namun masih single karena terlalu sibuk dengan kerjaannya. Sementara sang ibu selalu memaksanya untuk segera menikah dan mengancam akan berpindah kewarga...