34

228K 12.6K 225
                                    

Author POV
***
Saga perlahan membuka matanya ketika tidak sengaja terbangun karena mendengar bunyi wajan yang berdenting. Tangannya bergerak meraih handuk kecil dari atas keningnya yang sudah kering. Dilihatnya pakaian pun masih sama seperti kemarin. Kepalanya sudah mendingan. Suhu badannya pun kembali normal, namun tubuhnya terasa lengket karena terus berkeringat dari semalam. Dia terduduk sebentar sambil bersandar di kepala ranjang. Pikirannya segera melayang ke kejadian kemarin. Begitu hebat pengaruh Marly pada dirinya, meski sudah belasan tahun tak bertemu. Hanya mendengar namanya saja, tubuhnya bereaksi begitu hebat, lebih tepatnya shock, hingga menyebabkan dirinya jatuh sakit seperti sekarang. Apalagi, jika sampai bertemu? Tidak bisa terbayangkan apa yang akan terjadi. Saga mengacak rambutnya kasar, kesal dengan dirinya yang masih saja lemah. Dia harus melihat istrinya secepat mungkin agar pikirannya tak dipenuhi  oleh Marly. Saga segera bangkit dari tempat tidur, menyeret langkahnya yang berat karena masih terasa lemas.

Begitu mendapati Lisa sibuk memasak, membuat senyum terpatri di bibir pucatnya. Saga mempercepat langkahnya agar bisa merengkuh tubuh Lisa yang sangat dirindukannya. Wanita itu sedikit terpekik saat Saga memeluknya tiba-tiba dari belakang.

"Kamu udah bangun?" Lisa menjulurkan tangannya ke belakang membelai pipi Saga tanpa menoleh. Dia hanya bergumam sambil menghirup dalam-dalam aroma bunga di pundak Lisa. "Badan kamu udah nggak panas. Udah mendingan?" Lagi, Saga hanya bergumam.

"Kamu mandi dulu, setelah itu kita sarapan," Lisa sudah berbalik menghadap Saga, menyisir lembut rambutnya yang berantakan dengan jari lentiknya.

"Aku ketakutan setengah mati kamu datang malam-malam, apalagi sampai sakit kayak gitu," ucap Lisa lembut dan menarik satu tangan Saga ke arah pipinya.

Saga mengucapkan maaf tanpa suara kemudian mengecup kening Lisa panjang. Lisa segera memejamkan mata, menikmati sensasi geli yang ditimbulkannya oleh ciuman tersebut. Tangannya melingkar disekitar pinggang Saga.

"Saya kangen kamu, makanya pulang lebih cepat," kini pipi Saga menempel di samping kepala Lisa, masih memeluk istrinya erat, enggan melepaskan.

"Kamu kok bisa sakit? Kegiatannya padat banget, ya?" Tebak Lisa yang masih nyaman bersandar di dada Saga. Menikmati detak jantungnya yang berirama.

"Lisa, I love you," ucap Saga, namun bukan menjawab pertanyaan Lisa. "I love you, Lisa. I love you so much," pelukan Saga mengerat, seakan meyakinkan dirinya jika memang hanya Lisa yang dicintainya.

"Iya, aku juga cinta kamu. Sekarang mandi ya? Aku lanjut masak dulu. Nanti aku siapin handuk sama bajunya Nares, kebetulan ada beberapa yang dia tinggalin di sini," Saga hanya mengangguk patuh dan berjalan ke dalam kamar. Sementara Lisa mendesah pelan dan mengaduk masakannya. Terus menahan diri untuk tidak bertanya dulu tentang siapa sebenarnya wanita bernama Marly.

Hampir 30 menit Saga akhirnya keluar dari kamar dengan penampilan lebih fresh, tidak sekusut tadi. Rambutnya yang basah semakin menambah kesan maskulin. Untunglah baju kaos dan celana training Nares sangat pas di tubuh Saga. Pria itu langsung mengambil tempat di meja karena makanan sudah tersedia. Dengan sigap, Lisa mengambilkan makanan Saga. Mereka makan dalam diam hingga Saga bersuara.

"Lisa," panggil Saga pelan. Lisa mengangkat wajahnya dan menghentikan aktivitas makannya sementara waktu. Mencoba menyimak apa yang ingin dikatakan suaminya.

"Ada apa?" Ucap Lisa ketika Saga masih saja diam seperti ragu melanjutkan kalimatnya.

"Kamu... kerja hari ini?" Tanya Saga yang dijawab Lisa dengan sebuah anggukan.

"Iya aku kerja hari ini. Kenapa? Kamu masih nggak enak badan?" Lisa tiba-tiba khawatir. Mungkin saja dia minta ditemani, pikir Lisa. Saga tersenyum dan menggeleng.

Are We Getting Married Yet?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang