Author POV
Lisa menatap ketiga anaknya dengan perasaan bahagia yang membuncah dalam dirinya. Ketiga anak laki-lakinya tertidur dengan nyenyak, membuat siapa saja yang melihatnya akan segera jatuh hati. Dia memperbaiki selimut Rion yang melorot, lalu mengecup kening anak bungsunya, diikut kedua kakaknya.
Jika memutar ingatannya dua tahun lalu, rasanya masih saja takjub anak-anak berkembang dan bertumbuh dengan pesat. Rasanya, seperti mengedipkan mata sesaat saja, tahu-tahu anaknya sudah berumur dua tahun saja. Apalagi Rion, anaknya yang lahir paling kecil diantara yang lain. Membuat perasaan was-was ketika Rion harus dirawat di ruang khusus bayi bermasalah, dengan berbagai selang dan kabel terpasang ditubuh ringkih itu. Tiada hari tanpa dia lewati dengan air mata dan doa sebelum anaknya benar-benar dinyatakan sehat dan bisa pulang ke rumah.
Lisa mengehela napas dan menyeka air mat haru yang sempat menitik mengingat perjuangannya dua tahun lalu. Syukurlah, keluarganya selalu ada bersamanya, sehingga tidak terasa berat dalam menjalani mengurus ketiga buah hatinya. Apalagi, Saga, pria itu, sangat membantunya juga menyemangati diawal-awal Lisa baru saja melahirkan dan sempat mengalami baby blues syndrome meski hanya sesaat. Bagaimana dia tidak jatuh cinta berkali-kali pada suaminya. Yang rela begadang demi menjaga anaknya meski lelah bekerja seharian. Selalu ada dan sigap jika Lisa butuhkan.
"Bun," panggil Saga setengah berbisik menyusul Lisa dalam kamar triplet. Lisa berbalik dan menunjukkan matanya yang sembab. Masih ada sisa air mata yang menggantung. "kamu kenapa?" Tanya Saga panik melihat Lisa menangis.
"Nggak ada," isaknya dan menyeka air mata dengan ujung lengan piyama. "Rasanya baru kemarin aku gendong anak-anak, sekarang mereka bahkan udah bisa lari," Lisa mengulum bibir, menahan isakannya agar tidak membangunkan ketiga anaknya. Saga tertawa pelan, merangkul pundak Lisa dan membawanya keluar. Namun sebelumnya dia mencium satu per satu kening anaknya, lalu keluar bersama Lisa.
"Udah, jangan nangis," Saga memeluk erat Lisa yang terisak didadanya. Mengecup berulang kali puncak kepala istrinya.
"Aku nggak tahu apa jadinya kalo nggak ada kamu yang dukung dan semangatin aku. Ternyata ngurus dan mendidik anak itu berat, apalagi tiga sekaligus. Terima kasih, kamu selalu ada untuk aku dan anak-anak," ucap Lisa dan mendongak menatap intens suaminya.
"Sudah tugas aku kan, sebagai ayah dan suami." Saga mengusap air mata Lisa, lalu mengecup singkat bibir istrinya. Lisa tersenyum diantara ciuman mereka, memeluk leher Saga, memperdalam ciuman mereka.
"Kamu pernah tanya kan, apa kamu akan menjadi ayah yang baik untuk anak-anak kita?" Bisik Lisa didepan wajah Saga ketika ciuman mereka terelai. Saga tersenyum dan mengangguk. "Melihat anak-anak kita tumbuh dengan baik dan sehat, kamu udah berhasil, sayang." Lanjut Lisa dan mencium sudut bibir Saga. Pria itu memejamkan mata dan tersenyum bangga. Akhirnya, akhirnya Saga bisa merasa lega mendengar kalimat istrinya barusan. Dia telah menjadi ayah yang baik.
"Lebih bagus lagi kalo kita bisa kasih adek ke triplets," ucap Lisa ditelinga Saga begitu sensual, hingga pria itu membuka matanya dengan cepat dan menatap horor Lisa.
"Aduh, aku capek banget. Pengen tidur. Aku duluan sayang," Saga berlari secepat yang dia bisa ke kamarnya. Meninggalkan Lisa, kesal sendirian di tempatnya. Selalu begini, Saga akan menghindar ketika Lisa membahas kemungkinan mereka akan memiliki anak lagi.
"Sagara!" Sungut Lisa dan ikut menyusul Saga ke dalam kamar.
***
Seperti biasa-setelah melahirkan, Lisa akan selalu menjadi orang pertama yang bangun. Hari masih gelap, namun Lisa harus bangun, karena sebentar lagi ketiga anaknya akan merengek minta makan. Perlahan Lisa melepaskan tangan Saga yang melingkar dipinggangnya, lalu turun dari ranjang dan memakai pakaiannya yang berserakan di lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We Getting Married Yet?
RomantikSagara Fattah Ghani seorang dokter obgyn di RS terkenal di kota, sudah mencapai usia di awal 30 namun masih single karena terlalu sibuk dengan kerjaannya. Sementara sang ibu selalu memaksanya untuk segera menikah dan mengancam akan berpindah kewarga...