Dan demi apa cerita ini udah masuk peringkat #973?? Kalian terbaikkkk
Happy reading ♥️
***Author POV
Sinar matahari yang berhasil lolos dari sela-sela ventilasi dan menerpa wajahnya, memaksa Lisa harus bangun dari tidur nyenyaknya. Dia mengerjap beberapa saat, kemudian merasa sakit kepala yang hebat dan tenggorokan yang terasa kering. Apalagi tubuhnya, serasa dilempar dari tingkat 10, patah tulang sana sini tapi masih survive."Airr..." Ujarnya dengan suara parau. Sial, tidak ada air di atas nakas. Padahal, dia tidak pernah lupa meletakkan botol air di sana. Lisa memaksa tubuhnya untuk bangkit, meski keseimbangannya masih sulit dijaga. Dia mulai berjalan tertatih sambil memegang apapun yang bisa diraih, kemudian segera menuju dapur. Begitu menemukan air di meja bar, segera saja dia minum hingga tandas setelah dituang ke gelas.
"Selamat pagi," Sapa seseorang.
"Ya, pagi." Jawab Lisa malas. Sekarang kepalanya malah berdenyut hingga dia memutuskan merebahkan kepalanya di atas meja.
Mata Lisa yang terpejam sejenak, terbuka seketika saat menyadari ada sesuatu yang janggal. Ada yang menyapa dirinya, sedangkan dia sendirian di apartemen. Nares? Sudah jelas itu bukan suara cempreng Nares. Tapi suara itu terdengar familiar.
Lisa mengangkat kepalanya dan pemilik suara tersebut sudah duduk di depannya dan tersenyum manis "gimana keadaan kamu?"
Lisa mengerjap beberapa kali, merasa ini kemungkinan halusinasi. Tidak mungkin, batinnya. Tidak mungkin orang ini ada di apartemenku.
"Kamu mabuk semalam. Saya antar kamu pulang, tapi kamu nggak ingat kode apartemen kamu. Jadi, saya bawa kamu ke sini. Maaf.." Sagara tersenyum dan menuangkan kembali air putih ke gelas Lisa yang kosong sama seperti tatapan Lisa yang kosong saat ini, menatap Sagara tak percaya. Kemudian dia melihat sekeliling untuk memastikan jika memang dia benar di apartemen Saga.
"Shit," umpatnya pelan begitu sadar ternyata ini memang apartemen Saga. Lisa yakin kemarin dia pingsan total, dan sejurus cemas tentang apa yang Saga pikirkan tentang dirinya.
Lisa mengangkat jari telunjuknya seakan hendak mengatakan sesuatu, "Aaaa...." Namun kalimat yang keluar lain dengan maksud utamanya "aaaa... ku mau ke kamar mandi," lanjut Lisa dan berjalan sempoyongan ke kamar mandi. Sial, entah dimana letak kamar mandi sehingga wanita itu asal saja belok kiri sampai Saga berseru "sebelah kanan!" sehingga wanita itu otomatis mengubah haluan dengan cara balik kanan ala baris berbaris.
Brak! Pintu kamar mandi tertutup keras dan selanjutnya terdengar teriakan Lisa yang melengking diantara suara aliran air dari keran.
***
"Ayo makan," ujar Saga setelah meletakkan sepiring nasi goreng yang diselimuti telur dadar di hadapan Lisa yang tertunduk sedari tadi. Ini benar-benar memalukan. Bisa-bisanya dia mabuk, tak sadarkan diri dan menyusahkan pria ini, kemudian berakhir di apartemen Saga? Lisa tidak berani memikirkan apa yang terjadi saat dia mabuk. Sudah tentu itu hal yang memalukan. Tapi, seperti sebelumnya, sekeras apapun dia mencoba mengingat, takkan satu pun memori saat mabuk yang muncul. Hanya Tuhan yang tahu sehancur apa dirinya kemarin. Dia berharap ada gempa bumi sehingga bisa keluar secepatnya dari sini. Tapi itu sesuatu yang mustahil. Lebih parah, Saga malah menahannya lebih lama untuk sarapan. Dia sempat berasalan kalo terlambat kerja, yang segera dijawab Saga "tapi ini kan Minggu?" Dan Lisa tak berkutik setelahnya."I-iya selamat makan," ujarnya pelan dan menyendok kan nasi goreng dengan tidak nafsu ke mulutnya.
Krauk, krauk! Lisa merasa aneh saat mengunyah nasi goreng, seperti terasa sedang mengunyah sesuatu yang crunchy. Lisa melirik Saga yang sedang sibuk ponselnya. Dia memuntahkan apa yang sudah dikunyah di telapak tangan dengan setengah menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We Getting Married Yet?
RomantikSagara Fattah Ghani seorang dokter obgyn di RS terkenal di kota, sudah mencapai usia di awal 30 namun masih single karena terlalu sibuk dengan kerjaannya. Sementara sang ibu selalu memaksanya untuk segera menikah dan mengancam akan berpindah kewarga...