Author POV
Saga memasuki apartemen setelah selesai melepas sepatu larinya. Kaos dan rambutnya basah karena keringat, namun malah menambah kesan seksi. Dia berjalan ke dapur, dan tersenyum saat melihat Lisa tengah mengaduk sesuatu. Dia hanya memakai kemeja Saga yang kebesaran, tanpa celana. Pria itu berdiri tepat di belakang Lisa. Menyapukan tangan besarnya sepanjang paha mulus Lisa, dan berakhir di pinggang ramping istrinya.
"Masak apa?" Bisik Saga dan meletakkan dagunya di pundak Lisa.
"Kesukaan kamu," Lisa mengaduk ayam kecap dengan pelan. Dia mengambil satu sendok kecil bumbu ayam yang berkilat hitam dan mengarahkan tepat ke mulut Saga.
"Enak," komentar singkat Saga mampu membuat Lisa tak berhenti tersenyum.
"Mandi dulu, setelah itu kita sarapan,"
"Mandi bersama?" Entah pria itu bertanya atau malah menawarkan.
"Enggak. Kamu mandi duluan. Bakalan lama kalo mandi sama-sama," Lisa mematikan kompor dan dalam sekejap masakannya sudah berpindah ke dalam mangkuk putih. Lisa bergerak ke meja makan dan mulai mengatur sarapannya. Sementara Saga masih setia menempel di punggungnya, sesekali mencuri kecupan kecil di telinga atau leher Lisa.
"Ayo mandi, Ga. Setelah itu kita sarapan. Katanya kamu mau ke pantai?" Lisa melepaskan tangan Saga yang melingkar erat di perutnya. Dia berbalik dan berhadapan dengan suaminya.
"Kamu juga belum mandi, kan? Ayo mandi sama-sama," Saga masih berusaha menggoyahkan pertahanan istrinya. Tangannya bergerilya menjamah tubuh Lisa, hingga tanpa sadar kemeja putih itu kembali teronggok di atas lantai, membiarkan tubuh Lisa kembali polos. Pria itu menaikkan tubuh Lisa ke atas kitchen island setelah menyingkirkan benda-benda tidak penting. Dia mengambil kursi, duduk tepat di hadapan Lisa sembari menundukkan kepala, menuju target utamanya.
"Saga kamu benar-benar..." Lisa tidak dapat melanjutkan ketika lidah Saga sudah membuatnya terbang tinggi. Kedua pahanya menghimpit kepala Saga erat. Tangannya berpegangan pada pinggir meja, mencari pelampiasan. Hal selanjutnya yang terjadi adalah, Lisa merasa pandangannya seperti terbalik. Oh, ternyata tubuhnya telah terpanggul di atas pundak kekar Saga, dengan kepala menjuntai ke bawah.
Setelah acara mandi yang menghabiskan waktu hampir dua jam -hingga jari mereka mengerut, akhirnya mereka bisa sarapan dengan tenang. Saga sudah menghabiskan dua piring nasi sementara Lisa masih setengahnya.
"Lihat!" Seru Lisa antusias dan menunjukkan layar ponselnya pada Saga. "Undangan Yolan dan Marco. Sabtu depan," barusan Yolan mengirimkan pada Lisa. Saga ikut mengecek ponselnya. Sama, Marco juga mengirimkan undangan.
"Saya juga dapat," ucap Saga dan tertunduk menatap layar ponselnya.
"Akhirnya, mereka bisa bersatu dan bahagia selamanya bersama anak mereka nanti," Lisa menatap Saga dengan mata berbinar.
"Saya juga nggak kepikiran mereka akan menikah. Saya pikir, Yolan akan terus membenci Marco selamanya,"
"Aku juga pikir kayak gitu. Mungkin, janin dikandungan Yolan memang ditakdirkan untuk menyatukan orang tuanya. Meski awalnya dia menolak dan sempat tidak menginginkan anaknya, tapi aku bersyukur Yolan akhirnya berdamai, bahkan mau menerima Marco lagi sebagai suami," ucap Lisa dan tersenyum.
"Iya. Saya juga bersyukur bisa bersama kamu lagi," Saga mengambil tangan Lisa dan menggenggamnya dengan hangat. "Jangan pergi lagi," pintanya.
"Memangnya aku bisa pergi setelah kamu ambil keperawanan aku? Kamu harus tanggung jawab sama aku sampai selamanya," kelakar Lisa dan membalas genggaman Saga. "Aku nggak mungkin meninggalkan pria yang aku cintai untuk kedua kalinya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We Getting Married Yet?
RomanceSagara Fattah Ghani seorang dokter obgyn di RS terkenal di kota, sudah mencapai usia di awal 30 namun masih single karena terlalu sibuk dengan kerjaannya. Sementara sang ibu selalu memaksanya untuk segera menikah dan mengancam akan berpindah kewarga...