Author POV
"Oke gugel," ucap Saga ke ponselnya sendiri. Kemudian muncul 4 garis warna-warni menandakan ponselnya bereaksi terhadap suara tadi. "ide kencan seru," lanjut Saga.
"Mencari ide kencan seru," ulang suara khas robot dari dalam ponsel. Lalu, berikutnya muncul berbagai artikel tentang ide kencan seru yang Saga butuhkan sebagai referensi kencannya hari ini. Dia berbalik ke arah tangga, melihat belum ada tanda-tanda jika Lisa akan turun sehingga dia kembali berkonsentrasi ke artikel yang sedang dicarinya. Saga mau, kencan hari ini sukses, dan berkesan bagi istrinya. Sayang, dia tidak ada bayangan sama sekali bagaimana kencan yang seharusnya. Apalagi di umur 30 tahun seperti ini. Mengingat sebagian besar waktunya untuk bekerja.
"Dua belas ide kencan seru. Sepertinya menarik," ucap Saga pada dirinya sendiri kemudian meng-klik sebuah artikel yang dibutuhkannya dan membacanya. Sesekali keningnya berkerut saat membaca ide kencan yang aneh menurutnya. Saking seriusnya, Saga sampai tak menyadari jika Lisa sudah berdiri di belakang sofa dan ikut membaca sambil menahan tawa.
"Ide kencan panjat tebing? Yang benar saja? Bukannya romantis malah capek duluan," keluh Saga yang membuat Lisa makin tak bisa menahan tawanya.
"Jadi, ide kencan yang mana yang mau kamu coba?" Saga terkejut dan hampir menjatuhkan ponselnya jika saja dia tidak cepat-cepat menangkapnya. Saga menoleh ke belakang dan langsung terpaku melihat Lisa.
"Kenapa kamu? Kayak liat setan aja," Lisa berusaha menutup rasa gugupnya karena ditatap Saga begitu dalam. Tampilannya kasual, blouse off shoulder hingga menampakkan tulang selangkanya yang seksi, jeans 3/4 dan rambut panjangnya yang digerai, serta make-up tipis dengan bibir merah muda yang ingin dilumat Saga saat itu juga. Tapi pria itu tidak ingin merusak lipstiknya sekarang.
"Beautiful," hanya satu kata namun berhasil membuat Lisa seakan beranjak dari tempatnya berpijak.
"Udah yuk, berangkat," Lisa memilih pergi daripada tertangkap basah karena wajahnya memerah. Saga pun segera menyusul Lisa dengan pikiran yang dipenuhi oleh pundak Lisa yang terekspos. Rasa-rasanya Saga lebih memilih mengurung Lisa dalam kamar daripada harus pergi kencan. Hmmm, ingat bang, lagi puasa!
***
Hujan yang tiba-tiba saja turun, mulai bertambah deras hingga menimbulkan bunyi yang lumayan berisik. Saga menghela napas pelan, kecewa kencannya harus berakhir dalam mobil seperti ini gara-gara hujan sialan yang berhasil merusak moodnya seketika. Padahal mereka sudah tiba di wisata Kota Tua 10 menit yang lalu. Mereka memilih tempat ini karena bingung harus ke mana. Akhirnya Lisa memutuskan untuk ke tempat ini. Namun, langit seperti tak merestui rencana mereka hari ini."Maaf, kita harus berakhir di mobil kayak gini," ucap Saga dengan lesu sambil menatap Lisa yang langsung mengelus kepalanya. "Padahal, kamu sudah rela bolos kerja hanya karena menuruti keinginan bodoh saya,"
"Hei, nggak apa-apa. Namanya cuaca kita nggak bisa prediksi," Lisa memeluk sebelah lengan Saga dan menyadarkan kepala ke bahu pria itu. Sungguh, tempat paling nyaman kedua setelah pelukan Papa. "Kita tunggu sampai hujan reda, ya?" Lisa mendongak dan mengecup pipi Saga yang agak kasar karena belum bercukur. Pria itu tersenyum, memeluk pundak Lisa erat dan menumpukan dagu di puncak kepala istrinya. Selalu saja, Lisa berhasil mengembalikan moodnya kembali baik. Saga sudah tak peduli lagi jika hujan akan terus mengguyur, yang terpenting adalah Lisa ada bersamanya saat ini. Seperti ini saja, sudah membuat Saga bahagia. Dia berharap waktu berhenti sebentar, sehingga momen seperti ini bisa Saga rasakan lebih lama.
"Kamu tahu? Kalo hujan kayak gini, aku ingat sesuatu," ujar Lisa dan membuat pola abstrak di atas dada Saga dengan telunjuknya.
"Ingat apa?" Saga yang tadinya memejamkan mata karena mengantuk, segera membuka mata karena was-was. Dalam kepala Saga yang diingat Lisa pastilah mantannya-seperti yang selalu Saga baca di internet tentang hujan yang selalu memunculkan kegalauan. Mungkin, mereka juga pernah melewati momen hujan bersama. Jika Lisa masih mengingatnya, tentu itu kenangan yang manis dan akan selalu diingatnya jika hujan turun. Saga terdiam menunggu jawaban Lisa, menyiapkan diri apapun itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We Getting Married Yet?
Любовные романыSagara Fattah Ghani seorang dokter obgyn di RS terkenal di kota, sudah mencapai usia di awal 30 namun masih single karena terlalu sibuk dengan kerjaannya. Sementara sang ibu selalu memaksanya untuk segera menikah dan mengancam akan berpindah kewarga...